Jakarta –
Belakangan polusi udara di wilayah Jakarta menjadi perhatian publik. Polutan merupakan zat yang menyebabkan polusi udara. Polutan terbagi menjadi dua yakni polutan primer dan polutan sekunder. Berikut merupakan penjelasan singkat perbedaan antara keduanya.
Polutan primer merupakan polutan yang dilepaskan langsung ke atmosfer dan berada di sekeliling kita seperti asap pabrik, asap kendaraan, pembakaran sampah dan lain sebagainya. Sedangkan polutan yang terbentuk di udara yang diakibatkan adanya reaksi kimia dengan polutan lain disebut sebagai polutan sekunder.
Polutan dengan bukti terkuat yang dapat menyebabkan permasalahan kesehatan masyarakat yakni Particulate Matter (PM), Karbon Monoksida (CO), Ozon (O3), Nitrogen Dioksida (NO2), serta Sulfur Dioksida (SO2).
Mengatasi permasalahan polusi udara merupakan kunci untuk melindungi kesehatan masyarakat. Sebagian besar sumber polusi udara ada di luar kendali individu, sehingga hal ini menuntut tindakan bersama oleh pembuat kebijakan baik di tingkat daerah maupun nasional di berbagai sektor.
Terdapat beberapa contoh kebijakan sukses dalam mengurangi polusi udara, dikutip dari World Well being Group (WHO).
1. Industri
Kebijakan yang dapat dilakukan yakni, teknologi bersih yang mengurangi emisi cerobong asap industri, pengelolaan limbah perkotaan dan pertanian termasuk penangkapan gasoline metana yang dikeluarkan dari lokasi limbah sebagai alternatif pembakaran seperti biogas.
2. Transportasi
Beralih ke mode pembangkit listrik yang bersih, berjalan kaki dan bersepeda di perkotaan, serta memanfaatkan bahan bakar rendah emisi dapat menjadi pilihan untuk mengurangi polutan.
3. Pengelolaan limbah kota dan pertanian
Strategi pengurangan dan pemisahan limbah dan pembakaran limbah padat dengan kontrol emisi yang ketat sangat penting dilakukan.
4. Kegiatan perawatan kesehatan
Penempatan layanan kesehatan di jalur pembangunan rendah karbon dapat mendukung pemberian layanan yang lebih tangguh dan hemat biaya.
Simak Video “Ini 3 Biang Kerok Polusi di Jakarta“
[Gambas:Video 20detik]
(Nala Adrianingsih/naf)
Leave a Reply