Jakarta

Kasus bullying di kalangan calon dokter spesialis belakangan tengah menjadi sorotan. Berbagai pengalaman dan kesaksian tengah bermunculan, seperti cerita pria berinisial (G) yang menyebut istrinya mengalami perundungan saat menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di salah satu fakultas kedokteran Indonesia.

G mengaku kasus perundungan tersebut sampai membuat sang istri mengalami depresi, bahkan sampai mengajukan pengunduran diri alias ‘resign’ dari PPDS lantaran disarankan psikiater untuk segera memulihkan trauma terlebih dulu.

Akan tetapi, permintaan tersebut ditolak pihak kampus, hingga akhirnya saat ini istri G mengambil masa cuti.

Adapun kasus perundungan itu terjadi sesaat sang istri diterima di PPDS. G bercerita bahwa sang istri dan teman-teman seangkatannya dikumpulkan oleh senior-senior di suatu tempat yang kemudian didoktrin oleh aturan-aturan yang harus diikuti oleh mahasiswa residen.

“Seperti tidak boleh pulang sebelum senior pulang, harus respons 5 menit ketika di-WA, tidak boleh mengatakan ‘tidak ada’ ketika diminta suatu barang, tidak boleh mengatakan ‘tidak bisa’ ketika disuruh dan lain-lain,” ucap G kepada detikcom, Rabu (12/7/2023).

Tak hanya itu, G menyebut sang istri juga menerima perkataan kasar dan makian dari senior-senior yang sebenarnya tak pantas diutarakan. Pertemuan semacam ini disebutnya tidak diketahui oleh pihak kampus.

Terlebih, sang istri juga harus menyediakan barang yang diminta senior berapapun biayanya. Apabila ia tak sanggup untuk menyediakannya, sang istri bakal dicibir oleh senior dan dihukum dengan tugas tambahan. Karenanya G menyebut tak hanya kerugian fisik yang dialami sang istri, tetapi juga dari segi materil.

“Biaya kuliah saja sudah berpuluh-puluh juta, ditambah sering harus menyediakan barang yang diminta senior ‘in any respect price’,” cerita G.

Beban semacam itu semakin berat dilalui saat istri G, juga harus menyelesaikan tugas pekerjaan dari rumah sakit. Setiap hari, hanya ada sisa waktu istirahat sekitar dua hingga tiga jam dengan kebiasaan berangkat kampus pukul 5 pagi dan baru pulang pukul 11 atau 12 malam waktu setempat, beberapa kali bahkan sampai dini hari.

“Pernah assembly sampai dini hari hanya untuk mendengarkan omelan dari senior. Lalu jam 5 pagi harus kembali ke kampus atau RS,” lanjutnya.

Akibat stres, dalam dua bulan bobot istri G bahkan menyusut 8 kilogram.

“Sistem ‘kakak asuh’ dan ‘adik asuh’ di PPDS malah membuat senioritas semakin kuat. Bahkan cenderung disalahgunakan oleh senior-senior tersebut,” ceritanya

“Perlu diketahui, orang-orang yg masuk PPDS itu merupakan trah ‘darah biru’. Kalau Anda nggak punya keluarga spesialis atau backing jangan harap,” pungkasnya.

Simak Video “Apakah Rubella Bisa Ditularkan Melalui ASI?
[Gambas:Video 20detik]
(suc/kna)