Tag: Atasi

7 Buah Pelancar BAB, Ampuh untuk Atasi Sembelit

Jakarta

Buah-buahan umumnya mengandung nutrisi, air, dan serat yang dapat membantu melancarkan pencernaan. Karenanya, tidak heran jika di antara buah-buahan tersebut terdapat beberapa yang dikenal sebagai buah pelancar BAB atau buang air besar.

Dikutip dari Healthline, frekuensi BAB yang regular berkisar tiga kali sehari hingga tiga kali seminggu. BAB yang tidak lancar bisa disebabkan oleh sembelit atau konstipasi. Kondisi ini membuat tinja menjadi kering dan keras sehingga sulit untuk dikeluarkan.

Memang, sembelit bisa diatasi dengan obat-obatan medis. Namun, ada sejumlah cara alami untuk mengatasi sembelit dan melancarkan BAB. Salah satunya dengan mengonsumsi buah pelancar BAB. Apa saja?


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ragam Buah Pelancar BAB

1. Pepaya

Khasiat pepaya untuk pencernaan memang sudah tidak diragukan lagi. Karena itu, tidak heran jika pepaya termasuk buah pelancar BAB yang ampuh.

Pepaya memiliki berbagai nutrisi yang baik untuk sistem pencernaan, mulai dari serat, folat, vitamin A, C, serta E. Penelitian yang dipublikasikan di Nationwide Library of Drugs juga mengungkapkan buah pepaya berkontribusi dalam menjaga kesehatan saluran pencernaan, serta membantu mengatasi gangguan pencernaan.

2. Apel

Selain pepaya, buah yang tak kalah berkhasiat untuk melancarkan BAB adalah apel. Buah yang identik dengan khasiatnya untuk mata itu ternyata juga mengandung zat yang bermanfaat untuk pencernaan loh.

Dikutip dari MedicineNet, kandungan pektin yang ada dalam buah apel dapat membantu mengatasi gangguan pencernaan, termasuk sembelit dan diare.

3. Jeruk

Sama seperti apel, buah jeruk juga mengandung serat pektin yang baik untuk pencernaan. Selain itu, jeruk juga mengandung antioksidan bernama naringerin.

Dikutip dari Nationwide Institutes of Well being, naringerin dapat meningkatkan sekresi cairan ke dalam usus. Hal ini dapat membuat tinja menjadi lebih lunak sehingga mudah untuk dikeluarkan.

4. Pir

Pir juga merupakan buah yang bisa dikonsumsi untuk melancarkan BAB. Selain kaya akan serat, buah pir juga mengandung gula fruktosa dan sorbitol yang membantu melancarkan BAB.

Dikutip dari situs Stay Robust, kandungan gula fruktosa dan sorbitol yang ada di dalam buah pir tidak dapat dicerna oleh tubuh, sehingga akan dialihkan ke usus besar. Fruktosa dan sorbitol ini kemudian akan menarik lebih banyak air sehingga membuat tinja menjadi lebih lunak, serta merangsang gerakan usus agar lebih cepat mengeluarkan kotoran.

5. Semangka

Semangka memang tidak memiliki kandungan serat sebanyak buah lainnya. Namun, buah ini memiliki kelebihan karena mengandung banyak air.

Dikutip dari laman WebMD, kandungan air yang ada dalam semangka dapat merangsang gerakan usus dan melunakkan tinja sehingga mudah dikeluarkan.

6. Mangga

Buah manis ini ternyata juga bisa membantu melancarkan BAB. Dikutip dari laman Medical Information Right now, senyawa polifenol dalam mangga daapat mendukung proses pencernaan.

Tak hanya itu, mangga juga memiliki efek prebiotik juga dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri baik di usus.

7. Pisang

Pisang juga dikenal sebagai buah pelancar BAB yang ampuh. Buah berwarna kuning ini mengandung serat pangan larut (soluble) yang dapat menyerap air sehingga membantu melunakkan tinja.

Namun perlu diingat, konsumsilah buah pisang yang sudah benar-benar matang. Sebab, buah pisang yang belum matang malah bisa memperparah sembelit.

Simak Video “Suggestions Alami Atasi Sembelit ala Refal Hadi
[Gambas:Video 20detik]
(ath/kna)

Siasat Kemenkes RI Atasi Sengkarut Antrean Mengular hingga Minim Nakes di RS

Jakarta

Antrean panjang di sejumlah rumah sakit menjadi potret nyata akses masyarakat ke fasilitas kesehatan Indonesia belum merdeka.

Banyak pasien tidak tertolong imbas keterbatasan faskes. Jangankan perkara canggih, alatnya saja belum memadai. Ditambah lagi, persoalan kekurangan tenaga dokter dan nakes.

Salah satu yang krusial, terkait kasus anak pengidap jantung bawaan (PJB). Demi menyiapkan bonus demografi 2045 mendatang, kesehatan mereka menjadi kunci utama di balik produktivitas negara yang kemudian berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi. Pemerintah punya ‘PR’ besar. Bagaimana tidak, Kementerian Kesehatan RI mencatat setiap tahunnya ada 12 hingga 15 ribu anak lahir dengan penyakit jantung bawaan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari whole tersebut, baru 6 ribu anak yang bisa mendapatkan tindakan operasi. Sisanya? Bak mengandalkan keajaiban lewat doa. Selain nihil alat mumpuni, jumlah dokter bedah hanya berkisar lebih dari 160 dokter di penjuru Tanah Air. Jika dirinci lebih lanjut, hanya 17 di antaranya yang terjun sebagai spesialis bedah jantung anak.

“Kita sudah 77 tahun merdeka. Masa sih masih 9.000 bayi harus meninggal kelainan jantung yang bisa disembuhkan, tidak bisa tertangani, karena tidak ada alat dan tidak ada dokter spesialis,” sentil Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin dalam beberapa kali kesempatan.

Beruntung, jika pasien cepat mendapatkan rujukan langsung ke RS rujukan nasional. Bagaimana dengan pasien di daerah dengan segala keterbatasan? Terlambat dirujuk, taruhannya adalah nyawa.

Kisah Pilu Ibu Membawa Anak ke Ibu Kota

Seperti yang dikhawatirkan Rika, wanita 23 tahun asal Sukabumi. Kabar tak mengenakkan datang saat anaknya yang baru memasuki usia 9 bulan, mulai mengeluhkan gejala batuk, pilek, bahkan sesak napas yang tak kunjung mereda.

Diminta untuk rutin menjalani pengobatan, Rika bolak-balik dokter umum selama dua bulan. Namun, kondisinya tak banyak berubah. Merasa ada yang tak beres, ia memutuskan untuk langsung membawa putranya dirawat di rumah sakit.

“Putra saya masih sering batuk, pilek dan sesak. Setelah itu saya inisiatif sendiri, dengan membawa ke rumah sakit, di sana dicek darah lagi, hasilnya anak saya mengidap penyakit lain, selain dari radang paru-paru ternyata punya penyakit lain yaitu anemia,” cerita Rika, saat dihubungi Minggu (29/10/2023).

Dokter kala itu menyebut putranya mengalami komplikasi, sampai menjalani perawatan intensif kurang lebih satu pekan, kemudian diperbolehkan pulang.

“Namun selama seminggu di rumah, anak saya kembali mengalami batuk, sesak, dan panas. Dirawat kembali jadinya, ketika dicek darah lagi, HB anak saya rendah, harus melakukan transfusi darah, selama dirawat hampir selama 3 minggu, kondisi anak saya tak kunjung membaik,” sambung dia.

Meski akhirnya demam sempat mereda sehingga proses transfusi darah bisa kembali dilanjutkan, Rika dibuat terkejut saat suhu anaknya mendadak tinggi nyaris 40 derajat celcius. Anak Rika kala itu juga mengalami step atau kejang-kejang. Ia kemudian memutuskan untuk membawa anaknya dirujuk ke RS lain di Sukabumi.

“Inisiatif sendiri lagi untuk paksa pulang, karena keadaan anak saya sudah mengkhawatirkan. Pada hari itu saya langsung pulang ke rumah dan lanjut membawa anak saya, ke rumah sakit di kota, di sana anak saya langsung mendapat tindakan dan dirawat inap selama seminggu. Alhamdullilah selama itu anak saya membaik dan berat badannya naik sampai 2 kilogram,” kata dia.

Analysis lain yang kemudian mengejutkan Rika, rupanya selama ini putranya mengidap Atrial Septal Defect atau kebocoran serambi jantung akibat penyakit jantung bawaan. Putra Rika harus segera mendapatkan penanganan sehingga dirujuk langsung ke RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita.

Nihil RS yang menyanggupi penanganan kasus anak jantung bawaan lantaran keterbatasan alat.

Imbasnya, beban Rika bertambah, biaya berobat hingga perjalanan otomatis menjadi berkali lipat. Sebagai single mum or dad di tengah keterbatasan ekonomi, Rika terpaksa membawa anaknya ke Ibu Kota dengan transportasi umum, bahkan sempat memakai truk untuk berangkat ke Ciawi dari Sukabumi, kemudian melanjutkan perjalanan dari Bogor ke Jakarta.

“Waktu itu untuk ke Jakarta saya sampai naik truk ditemani Ibu saya, untuk membawa putra saya, alhamdulillah walaupun hanya sampai Ciawi, hingga dikasih uang oleh pengemudi truknya, bukannya saya yang ngasih karena numpang,” ceritanya.

Kemenkes RIAntrean Layanan di RS Foto: Infografis detikHealth

Rika, hanya menjadi satu dari sekian banyak gambaran sulitnya mengakses pelayanan kesehatan. Information di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita mencatat lebih dari 300 anak setiap tahunnya lahir dengan penyakit jantung bawaan (PJB). Banyak dari mereka yang terpaksa menunggu jadwal operasi selama kurang lebih enam bulan.

Bukan tanpa sebab, keterisian mattress occupancy fee (BOR) ruang NICU seringnya melampaui 90 persen. Pasalnya, banyak anak membutuhkan perawatan lebih lama lantaran bobot tubuh berada di bawah 3 kg. Sementara untuk melakukan operasi, berat badan anak harus melampaui angka tersebut dan ini menjadi persyaratan utama.

”Ruangan NICU BOR-nya lebih dari 90 persen, apabila ini keluar lebih cepat, maka NICU ini bisa dipakai oleh bayi-bayi lain sehingga bisa lebih baik lagi flownya, antriannya,” beber Direktur Utama RSAB Harapan Kita, dr Ockti Palupi Rahayuningtyas, MPH, MH Kes, beberapa waktu lalu.

dr Ockti menyebut pihaknya kemudian membuka layanan baru kateterisasi radiologi intervensi bayi dan anak yang memungkinkan bayi ditindak langsung melakukan operasi dengan harapan memangkas waktu rawat inap lebih cepat, sehingga pasien tidak harus menunggu berbulan-bulan.

NEXT: Siasat Kemenkes RI

Atasi Permasalahan Prostat dengan TURP

Atasi Permasalahan Prostat dengan TURP

Sulit buang air kecil karena masalah prostat
   


   Seiring dengan perkembangan dunia medis yang semakin pesat, Bethsaida Hospital turut ambil bagian dengan selalu memberikan fasilitas dan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Salah satunya dengan adanya penyediaan alat untuk mengatasi permasalahan gangguan pancaran kencing akibat pembesaran Prostat, yaitu TURP atau Transurethral Resection of The Prostate. TURP adalah prosedur bedah minimal invasif yang dilakukan dengan cara memotong kelenjar prostat yang menutup saluran pada daerah uretra, sehingga menyebabkan pengeluaran kencing tidak tuntas. Prosedur TURP dilakukan dengan memasukan alat teropong melalui saluran uretra (saluran kencing) setelah dokter anastesi melakukan pembiusan pada pasien. 
Pembesaran prostat biasanya terjadi pada Pria diatas 50 tahun. Gangguan ini menyebabkan saluran uretra tertekan dan menyempit, sehingga penderitanya akan mengalami kesulitan buang air kecil dan tentunya menimbulkan rasa yang tidak nyaman.


Gejala Pembesaran Prostat:
•	Pancaran buang air kecil melemah
•	Frekuensi buang air kecil menjadi lebih sering
•	Sering buang air kecil di malam hari
•	Buang air kecil tidak tuntas, terputus-putus dan harus mengedan
•	Kesulitan untuk menahan buang air kecil


   Karena merupakan tindakan minimal invasif, maka prosedur TURP dilakukan tanpa sayatan, sehingga masa pemulihan tentunya lebih cepat dan lebih aman untuk dilakukan. Prosedur tindakan ini dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut Uretroskopi. Awalnya dokter akan memasukan alat Uteroskopi berbentuk teropong yang disertai dengan lensa dan kamera ke dalam lubang penis hingga ke prostat. Kemudian, melalui kamera dokter dapat melihat kondisi bagian dalam prostat dengan lebih jelas dan melakukan penanganan pada lokasi permasalahan didalamnya.

   Pada umumnya, dokter akan merekomendasikan prosedur tersebut kepada pasien yang mengalami gangguan saluran kemih sedang atau berat (yang tidak dapat buang air kecil secara tuntas atau pengeluaran kencing yang bermasalah), terutama jika kondisinya tidak dapat diperbaiki walau sudah mengkonsumsi obat yang telah diberikan sebelumnya. 
  
Evaluate : dr. Boyke Budiman Sumantri, Sp.U 

Metode ESWL RS Royal Progress untuk Atasi Batu Ginjal Tanpa Operasi


Jakarta

Kesibukan harian dan godaan minuman instan dan manis kerap membuat banyak orang seakan lupa untuk mengkonsumsi air putih. Padahal kebiasaan mengkonsumsi air putih merupakan hal yang perlu untuk dilakukan agar terhindar dari sejumlah penyakit, salah satunya batu ginjal.

Dokter Spesialis Urologi dari RS Royal Progress dr. Johannes Aritonang, B.MedSc, SpU, FICS mengakui air putih memiliki peran yang penting dalam menjaga kesehatan. Apalagi untuk mencegah diri dari penyakit seperti batu ginjal.

Penyakit batu ginjal sendiri merupakan salah satu gangguan kesehatan yang disebabkan oleh terbentuknya batu atau materials kristal di dalam ginjal. Ia mengatakan penyakit tersebut dapat disebabkan oleh sejumlah faktor seperti kebiasaan kurangnya konsumsi air putih, pola makanan yang kurang baik hingga kebiasaan menahan buang air kecil.

“Batu ginjal terbentuk salah satunya karena adanya senyawa kimia pembentuk kristal yang tidak dapat larut, sehingga menyebabkan terjadinya kristalisasi. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor risiko, seperti kurangnya minum air putih atau pola konsumsi berlebih makanan yang tinggi asam urat dan protein hewani, atau dapat pula karena faktor genetik,” kata dr. Johannes saat diwawancara oleh detikcom beberapa waktu lalu, dikutip Jumat (18/8/2023).

Tak hanya menjelaskan mengenai faktor pencetus, ia pun mengatakan berbagai gejala penyakit batu ginjal yang perlu diketahui oleh setiap orang. Adapun gejalanya yakni berupa nyeri pinggang yang dirasakan tumpul seperti pegal-pegal atau tajam seperti ditusuk-tusuk, yang dapat diikuti oleh demam, mual, muntah, anyang-anyangan, hingga kencing berdarah atau BAK keruh.

“Gejalanya itu biasanya seperti nyeri pinggang. Nyeri pinggang ini kadang bisa bersifat tumpul jadi rasanya tuh kaya pegal-pegal saja atau kadang bisa rasanya seperti tajam seperti ditusuk-tusuk itu ketika batu ginjal tersebut turun ke saluran ureter,” ungkapnya.

Menurutnya, angka persentase kesembuhan dari penyakit tersebut pun beragam karena ditentukan oleh beberapa faktor yakni ukuran, tingkat kekerasan, dan lokasi batu itu sendiri.

“Jadi kalau kita mau bicara tingkat keberhasilan terhadap terapi atau kesembuhan dari penyakit ini, kembali lagi kita harus mengetahui dan dapat menentukan ukuran batu, seberapa keras batu tersebut, dan di mana lokasi batunya,” jelasnya.

Biasanya, jika batu yang ditemukan besar atau lebih dari 2 cm dengan tingkat kekerasan batu yang tinggi, maka langkah pengobatan yang dilakukan yakni melalui operasi baik secara terbuka maupun minimal invasive. Langkah itu dilakukan agar batu ginjal yang terdapat dalam tubuh mampu dikeluarkan.

Namun, jika batu ginjal ukurannya tidak terlalu besar (ESWL merupakan tindakan pemecahan batu ginjal dengan menggunakan gelombang kejut tanpa luka operasi. Jika batu ginjal sudah pecah, maka partikel kecilnya akan keluar secara alami melewati urine.

Menurutnya, tindakan tersebut tergolong aman. Pasalnya, penanganan penyakit batu ginjal dengan ESWL memiliki risiko komplikasi yang cukup kecil karena dilakukan tanpa sayatan dan pasien dapat langsung beraktivitas pasca tindakan dan pasien tidak perlu dirawat.

“Penanganan ESWL itu aman. Jadi tindakan di bidang urologi untuk batu saluran kemih saat ini yang paling memiliki risiko rendah atau paling sedikit angka komplikasinya yaitu ESWL,” katanya.

Ia mengatakan tindakan tersebut juga tidak terlepas dari sejumlah komplikasi seperti infeksi, perdarahan, dan memar atau cedera ginjal. Meskipun begitu tindakan tersebut masih menjadi salah cara yang cukup efektif dalam menangani penyakit batu ginjal.

Meskipun begitu terdapat beberapa kriteria yang memungkinkan angka keberhasilan ESWL menjadi besar.

“Kriterianya, ada beberapa seperti ukuran batunya di bawah 2 cm, batunya berada di kamar atas atau kamar tengah dengan pintu keluar dari masing-masing ruangan tidak panjang dan cukup lebar, sehingga pecahan batu lebih mudah untuk keluar bersamaan dengan urin,” ungkapnya.

RS Royal ProgressGambar bagian ginjal (kamar atas, kamar tengah, kamar bawah)

Untuk pasien yang ingin mengatasi penyakit tersebut dapat memanfaatkan layanan tindakan ESWL di RS Royal Progress. RS Royal Progress memiliki sejumlah fasilitas yang lengkap dengan teknologi terkini untuk memberikan pengobatan bagi pasien batu ginjal. Adapun teknologi yang digunakan cukup fashionable dan terkini.

Jika Anda mengalami masalah seputar kesehatan ginjal dan membutuhkan konsultasi lebih lanjut, konsultasikan segera bersama dr. Johannes Aritonang, B.MedSc, SpU, FICS dengan klik di sini.

Simak Video “Idap Batu Ginjal, Jeremy Teti Ingin Berobat ke Ida Dayak
[Gambas:Video 20detik]
(ncm/ega)

Atasi Sakit Punggung Akibat Kerja dengan Rehabilitasi Medik Eka Hospital

Jakarta

Menjalankan aktivitas sehari-hari sering menimbulkan masalah pada punggung maupun pinggang bagi pekerja. Tak hanya pekerja lapangan, para pekerja kantoran pun dapat mengalami hal serupa meski menghabiskan sebagian harinya dengan duduk di depan meja dan memandang layar.

Meski terlihat sepele, terlalu lama duduk justru dapat berdampak buruk pada postur dan tulang belakang. Bahkan, hal ini bisa menyebabkan masalah seperti nyeri punggung, bahu, hingga lengan, menyebabkan keterbatasan dalam beraktivitas dan sering kali mengganggu kenyamanan. Jika tidak segera ditangani, rasa nyeri ini bisa berujung menjadi kronis dan akan terus menyerang dalam jangka waktu yang panjang.

Bagi Anda yang sering mengalaminya, tidak perlu khawatir. Sebab, kondisi tersebut bisa pulih jika ditangani dengan benar dan konsisten, yaitu melalui program rehabilitasi medik. Mungkin Anda akan berpikir, apakah perlu melakukan program rehabilitas medik hanya untuk mengatasi gangguan sakit punggung biasa? Jawabannya tentu saja dan begini penjelasannya.

Apa Itu Program Rehabilitasi Medik?

Rehabilitasi medik adalah sebuah program terapi intensif yang ditujukan untuk pasien yang mengalami masalah nyeri, gangguan dan penurunan fungsi pada otot, tulang, persendian, tendon, jaringan ikat, dan saraf yang diakibatkan sakit atau cedera. Tujuannya untuk menghilangkan nyeri dan meningkatkan kemampuan fungsional seseorang agar bisa kembali bergerak, dan beraktivitas dengan optimum.

Menurut konsultan rehabilitasi medik Eka Hospital BSD, dr. A. Penny Kusumastuti, Sp.Ok.F.R., M.S.(Ok), program rehabilitasi dapat digunakan pada pasien yang mengalami penurunan fungsional pada anggota tubuhnya. Program ini dapat mendukung mereka dalam mengurangi rasa sakit yang kerap dialami, seperti masalah pada postur tulang belakang dan otot-otot. Hal ini cocok untuk dilakukan oleh pekerja yang biasa menghabiskan separuh harinya duduk di depan layar.

“Terapi rehabilitasi medik dilaksanakan untuk melatih tulang serta otot-otot pasien untuk menjaga kekuatan serta ketahanan sehingga tubuh mampu untuk bekerja dalam jangka panjang, dengan itu kami bisa mengurangi rasa nyeri yang dirasakan dan mengembalikan mereka ke dalam fisik terbaik dan mereka bisa kembali beraktivitas dengan regular,” ujar dr. Penny dalam keterangan tertulis, Selasa (6/6/2023).

Bagaimana Rehabilitasi Medik Bisa Mengatasi Penurunan Fungsi Fisik?

Terapi rehabilitasi medik dipergunakan dalam dunia kedokteran untuk membantu pasien kembali ke dalam kondisi fisik terbaik. Gangguan kesehatan, seperti sakit punggung, bahu, pinggul, hingga lengan dan kaki dapat dilatih kembali dengan menggunakan alat-alat yang spesifik untuk melatih anggota tubuh Anda.

Berdasarkan dari pengamatannya, dr. Penny mengatakan sekitar 80% kasus tulang belakang, seperti gangguan postur, nyeri pinggang, nyeri leher, bisa ditangani dengan terapi. Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi akan memastikan prognosis dan membuat program terapi sesuai kondisi sakit atau masalah nya. Oleh karena itu, terapi rehabilitasi medik akan sangat cocok sebagai program pemulihan anda dalam mengurangi rasa nyeri serta gejala untuk jangka waktu panjang.

Siapa yang Membutuhkan Rehabilitasi Medik?

Beberapa kasus yang membutuhkan rehabilitasi medik sebagai program pemulihannya dalam kembali ke fisik terbaik, antara lain:

  • Nyeri pinggang atau saraf terjepit (HNP).
  • Nyeri leher dan punggung bagian atas.
  • Nyeri bahu akibat sakit karena proses degeneratif atau akibat cedera, frozen shoulder.
  • Gangguan postur tubuh seperti skoliosis.
  • Amputasi Lansia dengan penyakit sendi degeneratif seperti osteoarthritis dan osteoporosis.
  • Mengalami cedera otot atau tulang seperti patah tulang atau robekan tendon.
  • Pasca stroke.
  • Cedera tulang belakang.
  • Cedera saraf.
  • Pasca operasi backbone dan operasi orthopedi lainnya.

Program Rehabilitasi Medik di Eka Hospital

Eka Hospital telah menghadirkan ruangan yang dirancang khusus untuk perawatan rehabilitasi medik. Di sini anda akan menjalani rangkaian program fisioterapi dan terapi latihan seperti Latihan penguatan, kelenturan, ketahanan, perbaikan postur, keseimbangan, dan latihan lainnya untuk membantu Anda pulih kembali ke kondisi terbaik.

Sesi terapi biasanya berjalan selama 60-90 menit dan dilakukan sebanyak 2-3 kali dalam seminggu. Untuk pasien yang kemampuan fisiknya sudah sangat berkurang, seperti lansia, mungkin akan memakan waktu lebih lama. Namun, setiap orang akan memiliki program yang dipersonalisasi tergantung dari kondisi yang dimiliki oleh setiap pasien.

Eka HospitalFoto: Eka Hospital

Adapun beberapa alat yang saat ini sudah disediakan dengan manfaat yang bervariasi yang bisa Anda gunakan di Eka Hospital sebagai program dari rehabilitasi medik, seperti mengatasi sakit punggung hingga masalah berat seperti stroke dan cedera tulang belakang. Beberapa alat yang tersedia yaitu:

  • Entire Physique Coach, yakni alat latih dengan permukaan yang dapat bergoyang. Alat ini berguna untuk melatih keseimbangan, penguatan dan koordinasi gerak seluruh anggota tubuh.
  • Standing Stability Coach, yaitu alat untuk melatih pasien untuk mampu berdiri, mempertahankan postur, meningkatkan kekuatan otot-otot spinal, hip dan knee yang sangat dibutuhkan saat posisi berdiri, seperti pada pasien stroke, cedera tulang belakang yang mengalami penurunan kekuatan otot/ kelumpuhan.
  • Purple Wire Suspension, yang merupakan media fleksibel yang menggunakan tali atau sling suspension untuk melatih dan meningkatkan kekuatan otot spinal maupun anggota gerak, koordinasi sistem saraf dan otot, memperbaiki lingkup gerak sendi, memperbaiki management postur tubuh dan keseimbangan.
  • Cycle Motus adalah alat yang menggunakan pedal atau kayuhan, dapat digunakan untuk tungkai bawah maupun tungkai atas untuk melatih kekuatan otot, endurance (ketahanan) otot maupun endurance fungsi jantung dan pernafasan.
  • EN Dynamic, yang merupakan alat untuk menangani masalah pada pinggang/punggung, juga tungkai bawah.
  • EN Tree, yakni alat untuk melatih penguatan otot-otot trunk/spinal, tungkai atas, tungkai bawah, perbaikan postur.
    EN Squat, yaitu alat untuk melatih penguatan & endurance otot-otot dan meningkatkan lingkup gerak sendi panggul, lutut dan kaki.

Dipimpin oleh dr. A. Penny, Rehabilitasi Medik & Fisioterapi tersebut merupakan bagian dari Gatam Institute, pusat layanan ortopedi dan tulang belakang dari Eka Hospital Group.

Pusat unggulan tersebut didukung oleh berbagai crew dokter sub spesialis ortopedi yang lengkap dan profesional serta peralatan yang dapat menangani beberapa kasus seperti tulang belakang, lutut panggul, cedera olahraga, hingga ortopedi anak yang juga dapat mendukung proses fisioterapi dari program rehabilitasi medik.

(Content material Promotion/Eka Hospital)

Atasi Permasalahan Prostat dengan TURP – Bethsaida Hospital

Atasi Permasalahan Prostat dengan TURP

Sulit buang air kecil karena masalah prostat
   


   Seiring dengan perkembangan dunia medis yang semakin pesat, Bethsaida Hospital turut ambil bagian dengan selalu memberikan fasilitas dan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Salah satunya dengan adanya penyediaan alat untuk mengatasi permasalahan gangguan pancaran kencing akibat pembesaran Prostat, yaitu TURP atau Transurethral Resection of The Prostate. TURP adalah prosedur bedah minimal invasif yang dilakukan dengan cara memotong kelenjar prostat yang menutup saluran pada daerah uretra, sehingga menyebabkan pengeluaran kencing tidak tuntas. Prosedur TURP dilakukan dengan memasukan alat teropong melalui saluran uretra (saluran kencing) setelah dokter anastesi melakukan pembiusan pada pasien. 
Pembesaran prostat biasanya terjadi pada Pria diatas 50 tahun. Gangguan ini menyebabkan saluran uretra tertekan dan menyempit, sehingga penderitanya akan mengalami kesulitan buang air kecil dan tentunya menimbulkan rasa yang tidak nyaman.


Gejala Pembesaran Prostat:
•	Pancaran buang air kecil melemah
•	Frekuensi buang air kecil menjadi lebih sering
•	Sering buang air kecil di malam hari
•	Buang air kecil tidak tuntas, terputus-putus dan harus mengedan
•	Kesulitan untuk menahan buang air kecil


   Karena merupakan tindakan minimal invasif, maka prosedur TURP dilakukan tanpa sayatan, sehingga masa pemulihan tentunya lebih cepat dan lebih aman untuk dilakukan. Prosedur tindakan ini dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut Uretroskopi. Awalnya dokter akan memasukan alat Uteroskopi berbentuk teropong yang disertai dengan lensa dan kamera ke dalam lubang penis hingga ke prostat. Kemudian, melalui kamera dokter dapat melihat kondisi bagian dalam prostat dengan lebih jelas dan melakukan penanganan pada lokasi permasalahan didalamnya.

   Pada umumnya, dokter akan merekomendasikan prosedur tersebut kepada pasien yang mengalami gangguan saluran kemih sedang atau berat (yang tidak dapat buang air kecil secara tuntas atau pengeluaran kencing yang bermasalah), terutama jika kondisinya tidak dapat diperbaiki walau sudah mengkonsumsi obat yang telah diberikan sebelumnya. 
  
Assessment : dr. Boyke Budiman Sumantri, Sp.U