Tag: Dini

6 Ciri-ciri Batu Ginjal yang Harus Diwaspadai sejak Dini

Jakarta

Batu ginjal, atau yang disebut juga dengan nefrolitiasis, adalah kondisi akibat terbentuknya endapan padat di dalam ginjal. Biasanya, endapan tersebut berasal dari zat-zat kimia yang ada di dalam urine.

Batu ginjal dapat terjadi di sepanjang saluran urine, seperti ureter, uretra, dan kandung kemih. Ukuran batu ginjal bisa bervariasi, mulai dari sekecil butiran pasir hingga sebesar bola golf.

Ketika masih dalam tahap awal, ciri-ciri batu ginjal sering tidak terdeteksi, apalagi jika ukuran batu ginjal sangat kecil. Namun seiring berjalannya waktu, ukuran batu ginjal bisa semakin bertambah besar hingga akhirnya menghambat aliran urine. Pergerakan batu ginjal di sepanjang saluran urine juga dapat menyebabkan rasa sakit.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karena itu, penting untuk mengetahui ciri-ciri batu ginjal sejak dini guna melakukan upaya pencegahan, sehingga kondisinya tidak semakin parah dan menimbulkan komplikasi.

Ciri-ciri Batu Ginjal

1. Kolik Ginjal

Ciri-ciri batu ginjal yang paling khas adalah kolik ginjal, yakni rasa sakit tajam dan menusuk yang terjadi di salah satu sisi tubuh atau punggung. Batu ginjal dapat menghambat saluran urine. Ketika batu ginjal tersangkut di saluran kencing, hal ini dapat menghambat aliran urine dan menyebabkan pembengkakan pada ginjal serta membuat ureter menjadi kejang. Inilah yang kemudian memicu munculnya rasa sakit hebat di sisi tubuh, punggung, atau di bawah tulang rusuk.

2. Mual dan muntah

Ciri-ciri batu ginjal juga bisa berupa mual dan muntah. Gejala ini muncul karena adanya koneksi saraf yang sama antara ginjal dan saluran pencernaan. Akibatnya, batu ginjal juga dapat menyebabkan sakit perut. Mual dan muntah merupakan cara tubuh merespons terhadap rasa sakit tersebut.

3. Darah di urine

Batu ginjal yang berukuran sangat kecil biasanya dapat dikeluarkan dengan mudah bersama urine tanpa gejala yang berarti. Tapi batu ginjal yang sudah berukuran cukup besar dapat dengan mudah tersangkut di bagian ginjal maupun saluran kemih.

Batu ginjal yang tersangkut dapat menimbulkan kerusakan pada sel-sel di lapisan saluran kemih, yang kemudian menyebabkan luka dan memungkinkan darah masuk ke dalam urine.

4. Nyeri ketika buang air kecil

Pengidap batu ginjal juga bisa mengalami nyeri saat buang air kecil. Endapan batu ginjal memiliki struktur yang keras dan tajam, sehingga ketika bergerak di sepanjang saluran urine dapat menimbulkan rasa sakit. Batu ginjal yang tersangkut di saluran kemih juga bisa menimbulkan nyeri saat buang air kecil.

5. Sering buang air kecil

Selain menimbulkan nyeri, batu ginjal juga bisa membuat pengidapnya sering buang air kecil. Ketika batu ginjal bergerak atau tersumbat di saluran kemih bagian bawah, seperti uretra, maka dapat memunculkan rasa ingin buang air kecil. Biasanya, rasa tersebut tidak hilang meski sudah buang air kecil. Inilah yang menyebabkan pengidap batu ginjal sering buang air kecil dalam quantity yang sedikit.

6. Urine bau dan berbuih

Urine berbau atau berbuih adalah salah satu ciri-ciri batu ginjal yang cukup mudah untuk dikenali. Buih atau aroma tak sedap itu disebabkan oleh infeksi bakteri atau nanah yang berasal dari saluran kemih.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pergerakan batu ginjal dapat menyebabkan luka di saluran kemih. Jika luka tersebut sampai mengalami infeksi, maka bisa menimbulkan nanah yang kemudian bercampur dengan urine yang dikeluarkan dari dalam tubuh.

Simak Video “Bukan Mitos! Sering Menahan Kencing Bisa Sebabkan Batu Ginjal
[Gambas:Video 20detik]
(ath/kna)

Kata Ahli, Ini Golongan Darah yang Rentan Terkena Stroke Dini

Jakarta

Stroke adalah penyakit pembuluh darah otak (cerebrovascular) yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang disebabkan berkurangnya aliran darah dan oksigen di otak.

Mengutip laman American Stroke Affiliation, berkurangnya aliran darah dan oksigen dapat terjadi karena adanya sumbatan, penyempitan, atau pecahnya pembuluh darah, sehingga mengakibatkan serangkaian reaksi biokimia yang dapat merusak atau mematikan sel-sel otak.

Sebagian orang menganggap bahwa penyakit stroke dapat menyerang ketika memasuki usia tua. Namun ternyata, dalam sejumlah kasus pasien stroke ada yang masih berusia muda, lho.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan, sebuah riset menunjukkan kalau golongan darah tertentu berisiko terkena stroke di usia muda. Untuk lebih jelasnya, simak pembahasannya secara lengkap di bawah ini.

Golongan Darah yang Rentan Terserang Stroke

Dalam sebuah riset yang diterbitkan oleh College of Maryland di tahun 2022, ditemukan bahwa sejumlah golongan darah berisiko terserang stroke sejak usia dini. Hal ini berdasarkan penelitian dengan mengumpulkan knowledge dari 48 studi genetik mencakup sekitar 17.000 orang dengan stroke dan hampir 600.000 kontrol non-stroke. Semua peserta berusia antara 18 hingga 59 tahun.

Pencarian di seluruh genom mengungkapkan ada dua lokasi yang sangat terkait dengan risiko stroke sebelumnya. Satu bertepatan dengan tempat gen untuk golongan darah berada.

Dari analisis tersebut, terungkap bahwa mereka yang punya golongan darah A 16% lebih tinggi berisiko terkena stroke sebelum usia 60 tahun jika dibandingkan dengan populasi golongan darah lain. Sedangkan kelompok golongan darah O memiliki risiko lebih rendah sebesar 12%.

Steven Kittner selaku penulis senior dan ahli saraf vaskular di College of Maryland mengatakan, ia masih belum mengetahui kenapa golongan darah A punya risiko tinggi terserang stroke. Namun, Steven menduga ada hubungannya dengan faktor pembekuan darah.

“Tapi itu mungkin ada hubungannya dengan faktor pembekuan darah seperti trombosit dan sel yang melapisi pembuluh darah serta protein sirkulasi lainnya, yang semuanya berperan dalam perkembangan pembekuan darah,” kata Steven.

Temuan kunci lain dari penelitian itu berasal dari membandingkan orang yang mengalami stroke sebelum usia 60 tahun dengan mereka yang terserang stroke setelah berusia 60 tahun. Penelitian tersebut melibatkan orang yang berusia di atas 60 tahun dengan rincian 9.300 orang pengidap stroke dan 25.000 orang yang tidak mengidap stroke.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa peningkatan risiko stroke pada golongan darah A menjadi tidak signifikan pada kelompok stroke late-onset (berusia di atas 60 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa stroke yang terjadi di usia muda (early-onset) mungkin memiliki mekanisme yang berbeda dengan yang terjadi ketika sudah lanjut usia.

Gejala Stroke

Perlu diketahui bahwa gejala awal stroke sering tidak diketahui oleh penderitanya. Stroke sering muncul secara mendadak dan berlangsung cepat, sehingga menyebabkan penderitanya tak sadarkan diri (koma).

Lantas, apa saja gejala umum penyakit stroke? Simak di bawah ini yang dikutip e-jurnal milik poltekkes-denpasar.ac.id:

  • Nyeri kepala disertai penurunan kesadaran bahkan mengalami koma (pendarahan otak)
  • Kelemahan atau kelumpuhan pada lengan, tungkai, atau salah satu sisi tubuh
  • Seluruh badan mendadak lemas dan terkulai tanpa hilang kesadaran (drop assault) atau disertai hilang kesadaran sejenak (sinkop)
  • Gangguan penglihatan (mata kabur) pada satu atau kedua mata
  • Gangguan keseimbangan berupa vertigo dan sempoyongan (ataksia)
  • Rasa baal pada wajah atau anggota badan di satu maupun kedua sisi
  • Kehilangan sebagian atau seluruh kemampuan bicara (afasia)

Penyebab Stroke di Usia Muda

Bagi detikers yang masih berusia muda, jangan anggap remeh stroke dan berpikir kalau penyakit ini hanya menyerang saat tua. Soalnya, stroke juga dapat menyerang sejak usia dini.

Stroke di usia muda cenderung disebabkan oleh penumpukan timbunan lemak di arteri (suatu proses yang disebut aterosklerosis). Selain itu, stroke di usia dini juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan pembentukan gumpalan.

Nah, itu dia pembahasan mengenai stroke yang dapat menyerang di usia muda. Jadi, tetap jaga kesehatan dengan menjaga pola makan dan rutin olahraga ya.

Simak Video “Penyakit Jantung Penyakit Orang Tua?
[Gambas:Video 20detik]
(ilf/fds)

Dokter Jelaskan Alasan Polusi Udara Picu Penuaan Dini dan Rambut Rontok


Jakarta

Tingginya polusi udara yang tengah terjadi di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya dinilai dapat meningkatkan risiko berbagai macam gangguan kesehatan. Gangguan pernapasan menjadi salah satu masalah kesehatan yang paling dipengaruhi oleh tingginya polusi.

Tidak hanya itu, tingginya tingkat polusi akhir-akhir ini rupanya juga dapat mempengaruhi kesehatan kulit. Salah satunya adalah mempermudah munculnya jerawat.

Dokter sekaligus content material creator Clarin Hayes mengatakan bahwa polusi udara dapat menjadi faktor eksternal dari risiko munculnya jerawat.

“Sebenarnya di mana-mana empat faktor penyebab jerawat pertama inflamasi atau peradangan, kedua peningkatan produksi sebum atau minyak wajah, ketiga bakteri, dan keempat hiperkeratinisasi itu kayak penumpukan sel kulit mati, terus menyumbat jadi memicu jerawat,” ucap dr Clarin ketika dihubungi detikcom, Sabtu (27/8/2023).

“Polusi ini adalah salah satu faktor eksternal yang sangat mempengaruhi pimples karena dia mengandung oksidasi stres, radikal bebas. Radikal bebas ini bisa memicu peroksidasi swollen, jadi bisa mengoksidasi minyak alami kulit kita dan memicu pembentukan komedo,” sambungnya.

Ia menambahkan bahwa terdapat studi yang menyebutkan bahwa paparan PM2.5 dan PM10 dapat membuat seseorang lebih mungkin mengalami jerawat dari orang yang tidak terpapar. Risiko paparan polusi udara dapat terjadi apabila banyak beraktivitas di luar ruangan.

“Polusi memicu peradangan, makanya kenapa jerawat kita ada yang merah banget yang kalau dipencet sakit itu kan salah satu bentuk peradangan. Nah, polusi bisa memperparah inflamasi tersebut,” sambungnya.

Tidak hanya pada kulit yang makin mudah berjerawat, polusi udara tinggi juga dapat menyebabkan rambut rontok. dr Clarin mengatakan rambut rontok disebabkan oleh polusi yang dapat meningkatkan radikal bebas dan menempel di kulit kepala.

Namun ia mengingatkan bahwa rambut rontok bukanlah satu-satunya penyebab kerontokan.

“Ini nggak terjadi dalam semalam aja, cuman kalau diakumulasi terus setiap hari terus mungkin kita kurang makan yang mengandung antioksidan dan minum suplemen vitamin C dan lain sebagainya, itu akan terakumulasi dan hasilnya kelihatan, berasa pasti akan lebih rontok,” pungkasnya.

Simak Video “ASN Diimbau Naik Transportasi Umum, Benarkah Sudah Diterapkan?
[Gambas:Video 20detik]
(avk/kna)

Kenali Gejala dan Tahapan Penyakit Asam Urat, Penting Untuk Deteksi Dini

Jakarta

Penyakit asam urat kerap dihubung-hubungkan dengan ‘penyakit orang tua.’ Faktanya, Nationwide Institutes of Well being menyebutkan bahwa penyakit ini tak terpaut pada kelompok usia tertentu saja.

Adapun gejala yang paling sering ditemukan pada penderita asam urat adalah rasa nyeri berlebih pada salah satu jempol kaki. Walau begitu, asam urat bisa menyerang organ maupun bagian tubuh manusia lainnya. Lalu, apa saja gejala asam urat yang dapat dideteksi agar dapat diatasi? Baca penjelasannya di artikel berikut ini.

Apa Itu Asam Urat?

Asam urat merupakan arthritis inflamasi yang menyerang sendi manusia. Jika terkena asam urat, maka gejala paling jelas yang dirasakan adalah nyeri dan bengkak pada persendian. Asam urat termasuk penyakit yang cenderung kambuh beberapa kali, biasanya dalam rentang waktu satu atau dua minggu.

Penyakit asam urat disebabkan oleh tingginya kadar asam urat (uric acid) dalam tubuh. Saat menumpuk, maka hal ini akan membentuk kristal berbentuk jarum di dalam dan sekitar sendi. Akibatnya, jempol kaki atau tungkai bawah terasa nyeri hebat. Sederhananya, penyakit asam urat terjadi jika tubuh membuang kadar asam urat yang tidak seimbang, baik terlalu banyak atau terlalu sedikit.

Tidak hanya jempol kaki atau tungkai bawah, asam urat juga bisa menyerang organ dan bagian tubuh lainnya. Diantaranya yakni sendi, bursae atau kantung di antara tulang dan jaringan lunak, selubung tendon, bahkan ginjal, yang kemudian mengakibatkan kerusakan dan batu ginjal.

Antara pria dan wanita, asam urat lebih berisiko dialami oleh wanita. Hal ini karena asam urat tidak terjadi sebelum menopause. Makanya, wanita yang berusia lebih tua berpotensi untuk menderita asam urat. Selain itu, asam urat juga banyak ditemukan pada pasien yang berusia paruh baya. Walau begitu, bukan tidak mungkin jika anak muda mengalami asam urat jika menerapkan pola hidup yang tidak sehat.

Gejala dan Tahapan Penyakit Asam Urat

Sudah bukan hal yang aneh bahwa setiap penderita asam urat pasti mengeluhkan rasa sakit yang muncul di salah satu jempol kaki. Namun, nyeri asam urat juga bisa dirasakan di bagian tubuh lainnya.

Mengutip dari Nationwide Institutes of Well being, salah satu gejala yang kerap dialami penderita asam urat adalah rasa bengkak, merah, hangat, dan kaku pada persendian mereka. Karena penyakit ini cenderung kambuh dalam beberapa waktu, maka perlu benar-benar diwaspadai gejalanya untuk segera mendapat perawatan.

Umumnya, asam urat dipicu oleh makanan dan obat-obatan tertentu, alkohol, trauma fisik, dan penyakit tertentu. Jika asam urat semakin parah kondisinya, hal ini akan menyebabkan berbagai jenis komplikasi lain, seperti penyakit jantung dan ginjal. Penyakit, seperti hipertensi, obesitas, diabetes, nefrolitiasis (batu ginjal), penyakit ginjal kronis, myocardial infarction (serangan jantung), dan gagal jantung kongestif juga bisa berhubungan dengan penyakit asam urat.

Nyatanya, penyakit asam urat tidak serta merta menyerang manusia. Ada beberapa tahapan yang terjadi, antara lain:

  1. Hiperurisemia, yakni peningkatan kadar asam urat yang yang terjadi di dalam dara. Di tahap ini, kristal mulai terbentuk di sendi-sendi, namun belum muncul gejala yang jelas.
  2. Asam urat kambuh yang ditandai oleh rasa sakit dan bengkak di sekitar persendian.
  3. Asam urat interval atau intercritical, yakni jeda yang terjadi antara serangan asam urat. Di masa ini, tidak ada gejala yang muncul.
  4. Tophi, atau tahap akhir asam urat yang ditandai oleh penumpukan kristal di kulit atau bagian tubuh lainnya.

Simak Video “Mengenal Metode Wolbachia, Berantas DBD Pakai Bakteri Alami
[Gambas:Video 20detik]
(fds/fds)