Tag: DKI

5 Kasus Mpox di DKI Dilaporkan Sempat Kontak dengan Hewan Peliharaan

Jakarta

Kasus Mpox meroket di Tanah Air nyaris mencapai 30 orang, penambahan terus tercatat setiap harinya dengan laporan terakhir di Selasa (31/10/2023) sebanyak 29 kasus. Sebagai kehati-hatian, pemerintah juga melakukan surveilans di banyak pasien, menelusuri kemungkinan kontak erat dengan hewan penyebar virus.

Ada lima orang dari dari 23 kasus di DKI Jakarta yang teridentifikasi memiliki kontak dengan hewan peliharaannya. Empat kasus berkontak dengan kucing, satu orang lainnya melakukan kontak dengan anjing dan kucing.

Meski begitu, sejauh ini kecil kemungkinan paparan Mpox dari hewan peliharaan. Pada banyak kasus, bahkan terjadi sebaliknya yakni manusia yang kerap menularkan virus Mpox.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seluruh pasien Mpox di Tanah Air sejauh ini dipastikan tertular melalui aktivitas seks berisiko. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) dr Maxi Rein Rondonuwu meminta masyarakat untuk menghindari transmisi dan mengedepankan perilaku hidup bersih serta sehat.

Penularan Mpox

Dikutip dari Pusat dan Pengendalian Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), mpox merupakan penyakit zoonosis yang menyebar antara hewan dan manusia. Manusia dapat tertular virus ini melalui kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi.

Pada 2003, wabah Mpox pada anjing peliharaan dilaporkan di AS pasca seseorang tidur dengan anjing mereka, yang diyakini terpapar dari mamalia kecil seperti tupai hingga tikus, hal ini menyebabkan penularan di manusia hingga menginfeksi 47 kasus, dilaporkan terjadi pada 6 negara bagian Amerika Serikat.

Karenanya, mengisolasi hewan dan manusia yang terinfeksi atau terpapar dapat membantu mencegah penyebaran Mpox lebih lanjut

“Kami tidak tahu pasti apakah hewan peliharaan seperti anjing dan kucing dapat tertular mpox, tetapi hal itu mungkin saja terjadi,” sebut CDC.

“Pengidap Mpox mungkin dapat menyebarkan virus ke hewan peliharaan melalui kontak dekat, termasuk mengelus, berpelukan, berpelukan, berciuman, menjilat, berbagi tempat tidur, dan berbagi makanan. Sejauh ini tidak ada hewan peliharaan atau hewan lain yang dipastikan mengidap mpox selama wabah mpox world tahun 2022-2023,” pungkasnya.

Simak Video “Nambah Lagi! Pasien Cacar Monyet Aktif di DKI Jakarta Kini 24 Orang
[Gambas:Video 20detik]
(naf/kna)

Sederet Gejala Pasien Cacar Monyet ‘Mpox’ di DKI, Demam-Muncul Lesi

Jakarta

Kementerian Kesehatan RI melaporkan ada kasus baru cacar monyet atau Mpox di DKI Jakarta. Pada 23 Oktober, tercatat ada satu kasus baru. Whole pasien Mpox kini complete ada 8 orang.

“Positif complete ada 8 orang, kasus positif aktif tujuh orang,” ungkap juru bicara Kemenkes RI dr Mohammad Syahril kepada detikcom, Senin (23/10/2023). Sembari ia menambahkan, di samping pasien tersebut, ada empat pasien suspek yang mengalami gejala dan diduga terkena Mpox.

Diketahui, kasus Mpox pertama kali ditemukan di DKI Jakarta pada Agustus 2022. Pasien yang terkonfirmasi saat itu telah dinyatakan sembuh. Sementara saat ini, masih terdapat tujuh pasien aktif Mpox yang menjalani isolasi di rumah sakit. Diperkirakan, proses penyembuhan Mpox membutuhkan waktu sekitar dua hingga tiga pekan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

dr Syahril juga menyebut, seluruh pasien Mpox yang tercatat kini adalah laki-laki berusia 25 hingga 35 tahun.

“Rentang usia pasien cacar monyet dewasa muda dan semuanya laki-laki. Kini semua pasien dalam perawatan biasa dan keadaannya umum baik,” tutur dr Syahril.

Daftar Gejala yang Dialami Pasien Mpox

Dalam kesempatan sebelumnya, Kabid P2P Dinkes DKI Jakarta dr Dwi Oktavia, MEpid sempat menjelaskan ada berbagai gejala yang dialami pasien Mpox di Jakarta. Beberapa di antaranya yakni lesi dan demam.

Berikut daftar gejala Mpox pada pasien di Jakarta:

  • Lesi
  • Demam
  • Pembesaran kelenjar getah bening
  • Nyeri tenggorokan
  • Myalgia
  • Ruam
  • Sulit menelan
  • Nyeri anogenital
  • Sakit punggung
  • Menggigil
  • Arthralgia
  • Lelah
  • Mual
  • Batuk
  • Mata nyeri
  • Asthenia
  • Diare
  • Radang di genital

NEXT: Tantangan deteksi cacar monyet

Tambah 4 Kasus, Whole Pasien Mpox di DKI Jadi 7 Orang!


Jakarta

Juru bicara Kementerian Kesehatan RI dr Mohammad Syahril melaporkan penambahan empat kasus baru cacar monyet atau Mpox dari hasil penelusuran kontak erat. Whole kasus yang ditemukan sejak 2022 sudah mencapai tujuh orang.

“Iya jadi per hari ini ada tambahan empat kasus baru ya, jadi totalnya 7 orang,” beber dr Syahril saat dihubungi detikcom Sabtu (21/10/2023).

“Ini semua dari kontak erat,” sambungnya.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seluruh pasien dilaporkan di DKI Jakarta. Belum ada catatan kasus penyebaran pasien yang ditemukan di luar ibu kota.

Meski begitu, dr Syahril mengimbau masyarakat untuk mewaspadai kemungkinan penularan saat berkontak dengan pengidap Mpox. Bisa dilihat dari lenting dan lesi yang muncul pada pasien.

Adapun enam dari tujuh pasien yang ditemukan langsung menjalani isolasi untuk mencegah transmisi atau penularan semakin meluas.

Berikut riwayat catatan perjalanan kasus Mpox atau cacar monyet.

  • Satu kasus di Agustus 2022: pasien dinyatakan sembuh.
  • Satu kasus di 13 Oktober 2023: pasien masih menjalani isolasi di RS.
  • Satu kasus di 19 Oktober 2023: pasien masih menjalani isolasi di RS.
  • Empat kasus di 21 Oktober 2023 tengah dirujuk menjalani isolasi di RS.

Dari laporan keseluruhan, tersisa empat orang yang masih menjalani proses pemeriksaan di laboratorium PCR. Sementara tiga orang lain yang sempat masuk kategori suspek, belakangan dinyatakan negatif.

dr Syahril belum merinci bagaimana gejala keempat pasien Mpox yang baru ditemukan, lantaran masih dalam tahap penelusuran epidemiologis,

Simak Video “Tambah 1 Kasus Cacar Monyet, Pasien Punya Riwayat Perjalanan
[Gambas:Video 20detik]
(naf/naf)

Heboh Pria DKI Kena Kanker Nasofaring Stadium 4, Sekarang Pantang Makan Ini


Jakarta

Dikira cuma pilek dan mampet biasa, ternyata pria asal DKI ini mengidap kanker nasofaring stadium 4. Pria bernama Yoseppy itu pun membagikan kisahnya yang berjuang melawan penyakit ganas tersebut.

Yoseppy mengatakan, gejala berupa mampet dan pilek sudah dialami sekitar tiga bulan sebelum divonis kanker oleh dokter. Saking tak bisa bernapas, ia menggunakan mulut sebagai alternatifnya.

“Waktu itu aku ngerasa pernapasan aku tuh terhambat, bahkan sampai di daerah ini, di daerah hidung sebelah kiri itu bener-bener nggak bisa napas sama sekali,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Rabu (5/10/2023).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak hanya itu, pria yang kini berusia 30 tahun itu juga mengalami gejala sering mimisan dan sakit kepala sebelah. Dokter awalnya mengira, ia hanya mengalami kondisi sinusitis atau peradangan yang terjadi pada saluran pernapasan. Bahkan Yoseppy diberikan pengobatan untuk sinusitis.

Meski sudah diberi obat, gejala yang dialami Yoseppy tidak kunjung membaik. Walhasil dia memutuskan untuk pergi lagi ke dokter untuk diperiksa lebih lanjut.

“Dokter ini ngecek dan ternyata ada polip hidung di dalam. Setelah ada polip hidung dia ngecek lagi dengan endoskopi, dia ngecek kebawah lagi, kok ada benjolan yang berdarah-darah, dia mencurigai itu kan. Sebelumnya dokter bilang, pak saya curiga ini takutnya tumor, tapi semoga bukan,” imbuhnya.

“Akhirnya saya putuskan untuk operasi pengangkatan polip, dokter melakukan biopsi kan akhirnya kepada saya. Nah pas itu dokter biopsi mengambil sampelnya dan setelah dicek, hasil lab menunjukkan bahwa itu adalah tumor ganas,” katanya lagi.

Dugaan Penyebab

Dokter menduga kanker yang dialami Yoseppy itu dipicu oleh faktor pola hidup yang tak baik, misalnya makan yang tak sehat. Pria asal DKI ini mengaku sering mengonsumsi makanan all you possibly can eat dan quick meals atau makanan cepat saji.

“Terus aku menghindari makanan quick meals kecuali ayam goreng, terus aku nggak boleh lagi daging yang dipanggang terutama dengan arang. Jadi kayak sate, ikan bakar itu udah nggak boleh lagi,” ucapnya.

“Karena kalau dokter bilang, bagian hitam-hitam nya itu adalah karsinogen, karsinogen yang bisa menyebabkan kanker. Dan memang pola makan saya dulu juga agak jeleknya gitu, saya suka makan makanan bakar,” sambungnya lagi.

Simak Video “Kemenkes Bantah soal Polusi Sengaja Dibuat untuk Munculkan Pandemi 2.0
[Gambas:Video 20detik]
(suc/naf)

Sepekan Berlalu Sejak WFH ASN 50 Persen, Polusi DKI Masih ‘Gini-gini’ Aja


Jakarta

Penampakan langit DKI Jakarta dalam sepekan terakhir masih tampak berwarna abu pekat meski pemerintah provinsi DKI sudah memberlakukan kebijakan 50 persen make money working from home (WFH) untuk aparatur sipil negara (ASN). Itu menjadi salah satu strategi untuk menghalau polusi, meski pada akhirnya langkah itu memicu pro-kontra di masyarakat.

Tidak sedikit yang menilai WFH kurang efektif dan kemungkinan hanya menurunkan polutan dalam beberapa waktu, tidak secara permanen. Bagaimana information kualitas udara di ibu kota dalam seminggu terakhir?

Aplikasi pemantau kualitas udara Nafas Indonesia merinci rata-rata konsentrasi PM 2.5 sejak WFH diberlakukan. Hasilnya, kurang lebih tidak ada perbedaan seperti hari biasanya sebelum kebijakan diterapkan.

21 Agustus: konsentrasi PM 2.5 sebesar 44 (oranye, tidak sehat untuk kelompok sensitif)
22 Agustus: konsentrasi PM 2.5 sebesar 53 (oranye, tidak sehat untuk kelompok sensitif)
23 Agustus: konsentrasi PM 2.5 sebesar 49 (oranye, tidak sehat untuk kelompok sensitif)
24 Agustus: konsentrasi PM 2.5 sebesar 47 (oranye, tidak sehat untuk kelompok sensitif)
25 Agustus: konsentrasi PM 2.5 sebesar 58 (merah, tidak sehat)

Angka tersebut di atas 5 hingga 10 kali lipat pedoman aman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni particulate matter (PM) 2.5 angka 5 µg/m³.

Tren yang tidak jauh berbeda dilaporkan situs IQAir dalam periode yang sama, berikut detailnya:

21 Agustus: indeks kualitas udara 147 (oranye, tidak sehat untuk kelompok sensitif)
22 Agustus: indeks kualitas udara 158 (merah, tidak sehat)
23 Agustus: indeks kualitas udara 155 (merah, tidak sehat)
24 Agustus: indeks kualitas udara 144 (oranye, tidak sehat untuk kelompok sensitif)
25 Agustus: indeks kualitas 147 (oranye, tidak sehat untuk kelompok sensitif)

Simak Video “ASN Diimbau Naik Transportasi Umum, Benarkah Sudah Diterapkan?
[Gambas:Video 20detik]
(naf/up)

Dinkes DKI Ingatkan Masker yang Tak Efektif Tangkal Polusi Udara


Jakarta

Kualitas udara di DKI Jakarta terpantau masih masuk ‘zona merah’ siang ini pukul 14:00 mengacu knowledge IQAir, Selasa (15/8/2023). Konsentrasi PM 2.5 berada di 58.7µg/m³, 11,7 kali lipat melampaui pedoman aman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dinas Kesehatan DKI mewanti-wanti masyarakat untuk selalu menggunakan masker.

Apa masker yang efektif menangkal polusi?

Kepala Seksi Surveilans Imunisasi Dinkes DKI dr Ngabila Salama menyarankan masyarakat tidak mengenakan masker kain. Partikel polusi udara di PM 2.5 amat kecil, sehingga sangat mudah terhirup.

“Partikel polusi udara kecil, yang terbaik memakai masker N95 dibandingkan masker medis. Apalagi masker kain sangat tidak efektif,” kata dr Ngabila saat dihubungi detikcom Selasa (15/8/2023).

“Selalu pakai jika beraktivitas outside,” pesan dia.

dr Ngabila juga mewanti-wanti kelompok rentan seperti bayi, balita, prelansia, lansia, hingga ibu hamil lebih baik menghindari sementara aktivitas di luar ruang. Selalu memantau kualitas udara sekitar dengan aplikasi, demi menghindari risiko penyakit yang bisa ditimbulkan.

Salah satunya termasuk asma. Di tengah cuaca buruk yang juga dipicu kemarau, ia mengimbau ada baiknya melengkapi 15 imunisasi rutin free of charge untuk anak.

“Ada beberapa imunisasi untuk mencegah terjadinya ISPA dan pneumonia seperti, PCV, haemophilus influenzae tipe B dalam pentavalen. Imunisasi berbayar yang disarankan per tahun ada imunisasi influenzae terutama untuk kelompok rentan anak dan lansia,” jelasnya.

“Untuk menjaga imunitas baik dan tidak mudah sakit terus lakukan pola hidup sehat,” pungkasnya.

Simak Video “Ideas Kurangi Potensi Gangguan Kulit Akibat Polusi Udara Ekstrem
[Gambas:Video 20detik]
(naf/naf)

Instruksi Jokowi demi Tangkal Polusi Udara DKI: WFH sampai Rekayasa Cuaca


Jakarta

Presiden Joko Widodo (Jokowi) buka suara terkait kondisi udara di Jakarta. Ia memberikan sejumlah instruksi kepada sejumlah menterinya hingga gubernur untuk penanganan polusi udara di Jakarta yang semakin mengkhawatirkan.

“Pagi ini kita rapat terkait kualitas udara di Jabodetabek yang selama 1 pekan terakhir kualitas udara di Jabodetabek sangat sangat buruk. Dan tanggal 12 Agustus 2023 yang kemarin kualitas udara di DKI Jakarta di angka 156 dengan keterangan tidak sehat,” kata Jokowi dalam ratas di Istana Merdeka, Jakarta Pusat, Senin (14/8/2023).

Jokowi menjelaskan soal kualitas udara di DKI Jakarta berada di angka 156 dengan keterangan tidak sehat. Menurut Jokowi, hal ini diakibatkan kemarau panjang selama tiga bulan terakhir.

Terkait polusi udara, Jokowi menginstruksikan perlunya sistem kerja hibrida atau hybrid working untuk mengurangi polusi udara di Jakarta yang menurutnya semakin memburuk dalam beberapa waktu terakhir. Dia mengatakan pemerintah perlu mendorong kantor untuk kembali melaksanakan earn a living from home atau (WFH).

“Jika diperlukan kita harus berani mendorong banyak kantor melaksanakan hybrid working. Work from workplace, earn a living from home mungkin (WFH) saya nggak tahu nanti dari kesepakatan di rapat terbatas ini apakah (Jam) 7-5 2-5 atau angka yg lain,” kata tutur Jokowi.

Dia juga meminta ada rekayasa cuaca untuk memancing hujan di wilayah Jabodetabek demi menangkal polusi udara. Percepatan penerapan batas emisi dan ruang terbuka hijau diperbanyak juga diinstruksikannya terkait polusi udara.

Dalam jangka menengah, pemerintah diminta konsisten dalam menerapkan kebijakan mengurangi kendaraan berbasis fosil dan beralih ke transportasi massal. Dalam jangka panjang, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim juga perlu diperkuat.

“Harus dilakukan pengawasan kepada sektor industri dan pembangkit listrik terutama di sekitar Jabodetabek,” pungkas Jokowi.

Simak Video “Ideas Kurangi Potensi Gangguan Kulit Akibat Polusi Udara Ekstrem
[Gambas:Video 20detik]
(kna/up)

Kualitas Udara DKI dan Sekitarnya Ngegas Lagi, Begini Imbauan Kemenkes


Jakarta

Kualitas udara DKI Jakarta dan beberapa wilayah sekitarnya tengah menjadi sorotan masyarakat. Banyak warganet menilai bahwa kondisi polusi beberapa waktu terakhir memang begitu parah. Bahkan dalam beberapa kesempatan polusi dapat terlihat jelas di beberapa lokasi.

Berdasarkan situs IQAir, Air High quality Index (AQI) Jakarta pada Selasa (8/8/2023) pukul 8.00 WIB memasuki ‘zona merah’ atau tidak sehat tepatnya di angka 165.

“Konsentrasi PM 2.5 di Jakarta saat ini 16,6 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO,” jelas IQAir dalam situs resminya.

Sementara itu, knowledge Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta pada 08.00 WIB menunjukkan kualitas udara tidak sehat di Jakarta Pusat (101) dan Jakarta Timur (111). Sementara itu, kualitas udara terpantau sedang di Jakarta Barat (63), Jakarta Utara (89), dan Jakarta Selatan (93).

Selain DKI Jakarta, wilayah sekitar seperti Tangerang Selatan juga menghadapi situasi serupa. Berdasarkan situs IQAir, Tangerang Selatan pada 07.00 WIB memiliki AQI 196 dan masuk dalam kategori tidak sehat. Bahkan pada tengah malam pukul 00.00 WIB, sempat menyentuh angka 238 atau sangat tidak sehat.

Berkaitan dengan kondisi tingginya polusi udara dalam beberapa waktu terakhir, Kementerian Kesehatan RI mengatakan bahwa pihaknya saat ini tengah melakukan pembahasan akan dampak kesehatan yang dapat terjadi di tengah masyarakat

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi menjelaskan saat ini banyak program juga dilakukan oleh lintas sektor untuk mengatasi tingginya polusi udara.

“Ada pembahasan terkait soal kondisi polusi yang sedang terjadi. Beberapa intervensi multi program juga harus dilakukan. Jadi memang tidak bisa dari sektor kesehatan sendiri,” ucap dr Nadia ketika dihubungi detikcom.

Adapun beberapa program lintas sektor tersebut di antaranya inexperienced infrastructure, ruang terbuka hijau, penetapan pajak emisi, kawasan tanpa rokok, penggunaan energi bersih, dan inexperienced constructing.

Lebih lanjut, dr Nadia juga mengimbau masyarakat untuk melakukan pencegahan-pencegahan yang dapat dilakukan untuk terhindar dari ancaman penyakit yang diakibatkan oleh polusi udara.

“Tentu kalau menjaga diri dari udara yang kurang bersih kita harus menggunakan masker saat beraktivitas di tempat terbuka. Selain itu juga menutup ruangan kalau memang kualitas udara tidak baik, bila memungkinkan pakai penyaring udara,” ucap dr Nadia.

“Jangan lupa juga merokok itu juga menyebabkan polusi udara. Nah, itu terutama yang harus dihindari,” pungkasnya.

Simak Video “Polusi Jakarta Memprihatinkan, Paparannya Bikin Iritasi Saluran Napas
[Gambas:Video 20detik]
(avk/up)

Terungkap 4 Wilayah RI dengan Kasus Obesitas Tinggi, DKI Nggak Termasuk

Jakarta

Beberapa waktu terakhir, kasus obesitas ekstrem dengan berat badan pasien mencapai ratusan kilogram bermunculan di Indonesia. Mulai dari kasus mendiang Muhammad Fajri dengan berat 300 kg, kemudian mendiang Cipto Raharjo (CR), yang meninggal dunia belum lama ini.

Wakil Menteri Kesehatan RI, dr Dante Saksono Harbuwono mengungkapkan kasus obesitas memang meningkat di Indonesia. Ia memberikan gambaran, sepanjang 2013 hingga 2018 terdapat peningkatan angka obesitas di Indonesia mencapai lebih dari 5 persen.

“Riskesdas 2013 itu angka obesitas di Indonesia sekitar 15,3 persen. Begitu dipotret lagi tahun 2018, obesitasnya menjadi 21,8 persen. Jadi ada peningkatan yang begitu drastis di masyarakat tentang obesitas,” ungkapnya dalam siaran langsung, Senin (24/7/2023).

Apa Penyebabnya?

Lebih lanjut menurut Wamenkes, kenaikan kasus obesitas ini kemungkinan dipicu oleh besaran pemasukan yang meningkat pada masyarakat dari tahun ke tahun, dibarengi minimnya pengetahuan tentang pentingnya mengatur asupan makanan.

“Ini mungkin dipacu oleh revenue yang makin meningkat (atau) revenue yang semakin meningkat, dan terutama angka obesitas ini banyak sekali dari daerah-daerah penyanggah kota besar seperti di Tangerang, Depok, di Bekasi, Bogor, itu angka obesitasnya lebih tinggi daripada di Jakarta,” beber Wamenkes.

“Itu menunjukkan bahwa angka obesitas berkorelasi dengan pendapatan masyarakat yang semakin meningkat. Ini karena konsumsi dan pengetahuan yang tidak dipahami oleh masyarakat secara luas,” pungkasnya.

Simak Video “Simak Cara Pencegahan Obesitas pada Bayi, Balita dan Anak!
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/naf)

Warga DKI Waspada, Polusi Udara Bisa Memperpendek Umur

Jakarta

Paparan polusi udara yang belakangan ini menghantui warga DKI Jakarta berdampak buruk pada kesehatan. Fenomena ini sangat berisiko mengancam kesehatan masyarakat.

Dikutip dari New York Occasions, dalam sebuah studi yang diterbitkan oleh The Journal Environmental Science & Expertise Letter mengungkapkan bahwa paparan polusi udara bisa menyebabkan umur seseorang menjadi berkurang dari hitungan bulan hingga 1,9 tahun tergantung pada space yang ditinggali.

Secara rata-rata dari seluruh dunia, polusi udara dapat memperpendek umur seseorang hingga 1 tahun. Bahkan, pada beberapa negara seperti Mesir dan India mencapai 1,9 tahun dan 1,5 tahun.

“Salah satu faktor yang paling very important dalam polusi udara dapat mengurangi umur seseorang karena menyebabkan penyakit serta kematian,” kata Joshua Apte seorang profesor dari College of Texas, Amerika Serikat.

Mengacu pada laporan International Air Report yang mengatakan bahwa polusi udara menjadi penyebab ke-5 yang bisa memperpendek usia manusia. Bahkan, kasus tersebut lebih banyak dibandingkan dengan kasus kecanduan alkohol, kecelakaan lalu lintas, dan malaria.

Paparan polusi udara bisa meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular pada manusia. Terutama anak-anak yang menjadi kelompok paling rentan mengalami dampak buruk dari paparan polusi udara. Hal ini disebabkan karena pola napas anak-anak yang lebih cepat daripada orang dewasa. Sehingga, anak-anak lebih banyak menyerap polutan saat otak dan tubuh masih memasuki fase pertumbuhan.

Simak Video “Kualitas Udara di Jakarta Dinilai Tidak Sehat
[Gambas:Video 20detik]
(kna/kna)