Tag: Dokter

Vidi Aldiano Idap Kanker Ginjal, Dokter Beberkan Gejala yang Kerap Dialami


Jakarta

Vidi Aldiano baru-baru ini membagikan kabar terbarunya yang saat ini tengah menjalani pengobatan kanker. Ia mengatakan, kanker ginjal yang diidapnya sudah menyebar organ lain di tubuhnya.

“Mungkin banyak yang belum tahu bahwa tahun lalu, titipan Tuhan berupa kanker ini sudah menyebar ke beberapa titik, sehingga mengharuskan gue akhirnya punya appointment spa day ini tiap 3 minggu,” tulis Vidi Aldiano di akun Instagram pribadinya dilihat Selasa (19/9/2023)

Penyanyi Kondang ini sebelumnya sempat menjalani perawatan dan operasi pengangkatan ginjal di Singapura pada Desember 2019. Setelah operasi, ia juga masih rutin menjalani kemoterapi. Akan tetapi, kanker yang diidapnya itu justru bermetastasis atau menyebar ke beberapa titik di tubuhnya.

Koordinator Bidang Ilmiah Ikatan Ahli Urologi Indonesia & Kepala Staf Medik Urologi RS Unair Surabaya, dr Lukman Hakim, SpU(Okay), MARS, PhD, menjelaskan kanker ginjal adalah benjolan yang tidak regular dan ganas yang tumbuh di organ ginjal.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara umum, kanker ginjal memiliki stadium 1, 2, 3, dan 4. Semakin tinggi stadiumnya, semakin cepat penyebaran sel kankernya. Biasanya pengobatannya pun juga lebih agresif.

“Kanker itu bisa terletak di ginjalnya sendiri, tetapi juga bisa di pembuluh darahnya. Ini adalah arteri dan vena, yang memberikan oksigen pada ginjal. Bisa jumlahnya 1, kecil atau besar, bisa terletak di atas, tengah, bawah,” ucapnya dalam konferensi pers, Rabu (20/9/2023).

Adapun gejalanya tergantung pada stadium kanker yang diidapnya. Menurut dr Lukman, hampir semua kanker stadium awal jarang memberikan keluhan dan baru kelihatan setelah sudah memasuki stadium 2,3 maupun 4.

“Kanker ginjal pada stadium 1, seringkali tidak memberikan keluhan apa-apa. baru pada stadium 3 atau 4, pasien baru datang dengan keluhan nyeri pada pinggang,” ucapnya.

Umumnya, pasien kanker ginjal akan mengeluhkan gejala nyeri pinggang dan kencing darah. Kondisi tersebut pun kerap terjadi ketika kanker ginjal yang dialami sudah memasuki stadium 3 atau 4.

Apabila kanker ginjal yang dialami sudah memasuki stadium 4 atau metastasis, sudah menyebar ke organ lain, biasanya ada gejala tambahan tergantung kanker tersebut menyebar ke bagian tubuh yang mana.

“Misal ke paru-paru, maka keluhan pasien adalah batuk-batuk darah. ketika dicek paru-paru ada benjolan dan ditemukan ada tumor ganas di ginjal namun sudah menyebar ke paru-paru,” imbuhnya lagi.

Simak Video “Curhat Vidi Aldiano soal Kankernya yang Menyebar
[Gambas:Video 20detik]
(suc/kna)

Kebanyakan Makan Micin Bisa Picu Miom? Begini Faktanya Menurut Dokter

Jakarta

Mioma, miom, atau fibroid rahim adalah salah satu kekhawatiran yang dialami oleh wanita yang memasuki usia 40 tahun ke atas. Miom merupakan penyakit berupa tumor jinak yang tumbuh di dalam atau di dinding rahim.

Penyakit ini bisa dipicu berbagai faktor, seperti genetik, pengaruh hormon, ras, dan sebagainya. Namun, beberapa menyebut mioma juga bisa disebabkan gaya hidup tak sehat seperti mengonsumsi makanan bermicin secara berlebihan. Apakah benar demikian?

Spesialis obstetri dan ginekologi dr Relly Y Primariawan, SpOG(Okay), menegaskan hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang menemukan kaitan antara makanan dengan penyebab munculnya miom.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Sampai sekarang belum ada bukti ilmiah yang menyatakan hubungan yang kuat antara makanan dengan penyebab munculnya miom atau kista. Jadi belum ada bukti ilmiahnya yang secara nyata signifikan,” ujarnya saat dikonfirmasi detikcom, Selasa (19/9/2023).

Lebih lanjut, ia mengatakan wanita yang makan secara sembarangan belum tentu terkena mioma. Sebaliknya, wanita yang berhati-hati menjaga pola makannya bisa saja timbul gejala mioma.

“Jadi tidak ada perbedaan yang bermakna antara orang yang makan sembarangan sama yang makan hati-hati,” imbuhnya.

Apakah Miom Harus Dioperasi?

Dihubungi secara terpisah, dokter obstetri dan ginekologi dr Sigit Pradono Diptoadi, SpOG, menuturkan tidak semua pasien mioma perlu menjalani prosedur operasi. Prosedur tersebut biasanya dilakukan pada pasien mioma yang mengalami gejala.

“Kalau mioma tersebut sudah menimbulkan gejala seperti pendarahan atau nyeri, maka operasi bisa dipertimbangkan,” ucapnya.

“Bisa tidak ada keluhan, boleh dilakukan pengamatan berkala saja. Opsi lain bisa saja dengan obat-obatan,” sambungnya.

Simak Video “Viral Kena Vitiligo Korban MLM, Bisakah Disembuhkan?
[Gambas:Video 20detik]
(ath/suc)

Jangan Diurut! Dokter Ungkap Nyeri Seperti Ini Bisa Jadi Gejala Kanker Tulang


Jakarta

Tidak sedikit masyarakat Indonesia yang lebih memilih ke tukang urut untuk mengatasi nyeri atau pegal di tulang dan sendi. Padahal nyeri pada tulang tak bisa sembarangan diurut karena bisa jadi merupakan gejala awal kanker tulang.

Spesialis ortopedi dan traumatologi serta konsultan onkologi ortopedi dr Yogi Prabowo, SpOT(Ok) Onk dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) menyebut tidak sedikit pasien osteosarkoma yang datang dengan keluhan benjolan dan patah kemudian gejalanya memburuk karena diurut.

“Budaya kita itu apa apa diurut, itu nggak bener,” ujar dr Yogi saat ditemui detikcom di RSCM, Senin (18/9/2023).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Urut itu kan tindakan traumatik, kalau pada kasus ada tumor, dikasi traumatik, menimbulkan radang semakin berat. Kalau patah, ditambah urut, bisa cedera di pembuluh darah, saraf,” sambungnya.

Kanker tulang osteosarkoma sendiri merupakan jenis tumor tulang yang sifatnya ganas dan pertumbuhannya cepat. Karena pertumbuhan tumor osteosarkoma termasuk ganas, pembentukannya bisa cepat.

Penyakit ini umumnya banyak dialami oleh anak dan remaja. Osteosarkoma paling sering ditemukan di sekitar lutut, bahu, dan daerah sendi.

“Gejala awal itu nyeri. Segera periksakan ke dokter jangan sampai ketahuannya sudah gede,” ujar dr Yogi.

Bengkak dan nyeri adalah gejala awal osteosarkoma yang harus diwaspadai. Ciri-cirinya adalah nyeri yang bersifat progresif, artinya rasa sakit tak kunjung hilang bahkan setelah minum obat pereda nyeri.

“Setelah nyeri, dia akan timbul benjolan. Lalu bisa jadi patah karena (tulangnya) lemah,” bebernya.

Oleh karena itu, sangat penting melakukan pemeriksaan ke dokter sebelum pergi ke tukang urut. Apalagi jika gejala yang dirasakan tidak kunjung sembuh meski sudah meminum obat.

Simak Video “Kemenkes Bantah soal Polusi Sengaja Dibuat untuk Munculkan Pandemi 2.0
[Gambas:Video 20detik]
(kna/naf)

Heboh Dokter Gadungan Susanto Sudah ‘Praktik’ Sejak 2006, Kemenkes Bilang Begini


Jakarta

Kasus dokter gadungan atau dokteroid yang melibatkan pria lulusan SMA di Surabaya, Susanto, memicu kekhawatiran. Pasalnya, ia menggunakan knowledge pribadi orang lain agar bisa bekerja di selama dua tahun di sebuah klinik Surabaya.

Pria lulusan SMA itu juga diketahui telah mengelabui sejumlah klinik dan RS sejak 2006, bahkan pernah menjadi dokter spesialis obgyn.

Menanggapi hal tersebut, Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI Azhar Jaya, mengatakan kasus tersebut terjadi sebelum undang-undang kesehatan ada. Untuk mencegah hal tersebut terjadi lagi, perlu adanya verifikasi ulang yang dilakukan para petinggi rumah sakit.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Sebenarnya, dokter ini kan sudah 2 tahun ya, berarti sebelum undang-undang ada. Nah, untuk dapat berpraktik itu sebenarnya bisa melewati beberapa tahapan,” kata Azhar yang ditemui di Jakarta Barat, Minggu (17/9/2023).

“Mulai dari SIP (surat izin praktik) yang dilakukan di dinas kesehatan, yang mengeluarkan SIP adalah dinkes. Kemudian ijazahnya segala macam, itu seharusnya konsil yang berperan di sini karena STR-nya (surat tanda registrasi) dan sebagainya di situ,” sambung dia.

Azhar menegaskan perlu adanya verifikasi ulang dokter atau tenaga kesehatan oleh pihak rumah sakit. Hal ini dilakukan demi memastikan pengalaman dan kompetensi dokter atau tenaga kesehatan tersebut.

“Kemudian, pas dia praktek di RS, sebenarnya ada kredensial. Direktur rumah sakitnya itu harus meneliti lagi. Komite medisnya juga harus melakukan verifikasi lagi kepada dokter ini, sehingga semuanya bisa memastikan ‘standing legalnya’ seorang dokter,” pungkasnya.

Simak Video “IDI Beberkan Kronologi Penemuan Kasus Dokter Gadungan Susanto
[Gambas:Video 20detik]
(sao/suc)

Geger Dokter Gadungan Surabaya Sempat ‘Praktik’ 2 Tahun, RS Bakal Dapat Sanksi?

Jakarta

Geger aksi tipu daya dokter gadungan di Surabaya, Susanto, baru-baru ini terbongkar. Hanya berbekal ilmu kesehatan dari web dan identitas comotan dari seorang dokter asli di Bandung, pria tamatan SMA ini bisa berpraktik selama dua tahun di rumah sakit.

Semua bermula ketika tempat Susanto berpraktik, RS Pelindo Husada Citra (PHC) Surabaya tengah mengecek information untuk perpanjangan kontrak kerja. Saat itu pihak RS menemukan, ada ketidaksesuaian hasil foto dengan Sertifikat Tanda Registrasi yang dikirimkan oleh Susanto.

Dari situ barulah ketahuan, identitas yang dipakai oleh Susanto sebenarnya milik dr Anggi Yurikno, seorang dokter betulan di Rumah Sakit Umum Karya Pangalengan Bhakti Sehat Bandung.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kasus ini jelas menuai tanda tanya dari banyak pihak. Tak hanya perihall bagaimana Susanto bisa menjalani aksinya sampai bertahun-tahun, melainkan juga bagaimana Susanto bisa tembus bekerja sebagai dokter di RS PHC. Apakah tidak ada seleksi yang ketat hingga akhirnya dokter gadungan bisa bekerja di sana, bahkan sampai bertahun-tahun?

Anggota Biro Hukum Pembinaan dan pembelaan Anggota (BHP2A) PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI), dr Dewa Nyoman Sutayana menjelaskan, fasilitas kesehatan yang ‘menampung’ Susanto berisiko mengalami kerugian berupa akreditasi yang buruk.

“Kerugian bagi faskes, berpengaruh terhadap akreditasi itu pasti kalau ketahuan. Tapi kan dalam case ini kadang-kadang apakah tahun kejadiannya sama dengan tahun akreditasi? Jadi kalau ditanya apakah berpengaruh, ya pasti berpengaruh. Dengan catatan, ya kalau ditemukan. Mungkin kalau ditemukan saat akreditasi akan lebih cepat kasus ini terangkat,” ungkapnya dalam konferensi pers, Kamis (15/9/2023).

Selain itu, pihak faskes tersebut juga bisa mendapatkan sanksi perdata. Namun, sanksi ini hanya bisa diberikan jika ada pihak yang menggugat.

“Sanksi yang diterima oleh faskes, tergantung nih. Tapi kemungkinan besar adalah sanksi perdata. Jadi karena dia mempekerjakan, lalai dalam mempekerjakan, lalai dalam tidak melakukan verifikasi, apabila terbukti tergantung sanksi biasanya perdata. Itu pun kalau ada gugatan,” beber dr Dewa.

“Kalau faskes itu yang saya pahami adalah kalau memang terkait tenaga medis, mempekerjakan tenaga medis yang tidak ada SIP. Tapi kalau kasus seperti ini, biasanya sanksinya adalah perdata,” pungkasnya.

Dokter Gadungan 2 Tahun Catut Identitas Dokter Asli di Bandung, IDI Buka Suara

Jakarta

Geger aksi tipu daya seorang dokter gadungan di Surabaya, ‘dokter’ Susanto akhirnya terbongkar. Setelah diusut barulah ketahuan, Susanto adalah tamatan SMA yang mencomot knowledge dokter asli di Bandung, kemudian ia salah gunakan untuk melamar kerja sebagai dokter. Yang mengejutkan, aksinya itu telah ia lakukan selama dua tahun.

Aksi Susanto ini baru terbongkar gegara rumah sakit tempatnya berpraktik, RS Pelindo Husada Citra (PHC) Surabaya, hendak memproses perpanjangan kontak kerja. Kemudian, pihak RS menemukan ada ketidaksesuaian hasil foto dengan Sertifikat Tanda Registrasi yang dikirimkan oleh Susanto.

Rupanya, identitas yang dipakai oleh Susanto sebenarnya adalah milik dr Anggi Yurikno, seorang dokter di Rumah Sakit Umum Karya Pangalengan Bhakti Sehat Bandung.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagaimana bisa knowledge dari dokter di Bandung digunakan oleh Susanto, kemudian dipakai untuk berpraktik sebagai dokter gadungan di Surabaya?

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Kabupaten Bandung dr A. Azis Asopari SpA, MM.kes. M.kes menjelaskan awalnya, dr Anggi Yurikno sendirilah yang melaporkan bahwa namanya dicatut dan digunakan oleh orang lain. Menindaklanjuti laporan tersebut, pihak IDI Kabupaten Bandung kemudian melakukan pencarian lebih lanjut hingga barulah ditemukan bahwa orang yang menggunakan knowledge dr Anggi berlokasi di Surabaya.

“(dr AY) melaporkan bahwa namanya dipakai oleh seseorang yang mengaku sebagai dokter. Kemudian kami mempelajari hal tersebut, dan ternyata memang ada nama yang dipakai anggota kami tersebut,” ungkap dr Aziz dalam konferensi pers, Kamis (15/9/2023).

“Kami meminta klarifikasi dengan pertama tentu saja dari database kami, dokternya betul atau tidak, NPA nya ada atau tidak, kemudian ijazahnya kami telusuri. Setelah kami yakin bahwa dokter yang melaporkan adalah anggota IDI Kab Bandung, maka kami menindak lanjuti dengan membentuk tim untuk pencarian,” imbuhnya..

Setelah diusut, barulah pihak IDI Kabupaten Bandung mengetahui bahwa dokter gadungan di Surabaya tersebut menggunakan knowledge dr Anggi untuk melamar kerja di salah satu klinik yang dimiliki oleh Freeport.

NEXT: Tanggapan dari IDI Surabaya

Alasan Susanto Bisa ‘Loncat’ Sana-sini Jadi Dokter Gadungan, Ini Celahnya


Jakarta

Aksi Susanto yang menjadi dokteroid atau dokter gadungan di klinik milik PHC Surabaya menarik perhatian publik. Hal ini lantaran Susanto aslinya adalah seorang lulusan SMA, tetapi ia lolos menjadi dokter first help di klinik tersebut selama dua tahun.

Ia juga sebelumnya pernah mengelabui sejumlah klinik dan RS. Bahkan sempat berpraktik menjadi dokter spesialis obgyn di salah satu RS Kalimantan dan melakukan tindakan operasi.

Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Adib Khumaidi, SpOT mengatakan masalah ini terjadi karena kurang ketatnya proses kredensial bagi dokter yang akan bekerja di fasilitas kesehatan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kredensialing adalah proses peninjauan dokumen terhadap tenaga keperawatan untuk menentukan kelayakan pemberian kewenangan klinis. Proses ini penting sebagai tanggung jawab rumah sakit dan untuk menjaga keselamatan para pasien.

Lebih lanjut, dr Adib menyebut kemungkinan bisa bobol karena proses yang dijalani oleh pelaku adalah proses inner langsung ke perusahaan tanpa melibatkan organisasi profesi.

“Dalam proses undang-undang praktik kedokteran, proses yang berkaitan dengan kredensial di mana memberikan penugasan kepada IDI itu dipertegas di Permenkes 2052 2011, Sehingga itu yang menjadikan suatu dasar bahwa di setiap proses kredensial atau penerbitan rekomendasi izin praktik, itu selalu melibatkan IDI cabang setempat,” imbuhnya dalam konferensi pers, Kamis (14/9/2023).

Menurutnya, proses penerimaan dokter atau tenaga medis seharusnya melibatkan organisasi profesi agar mengetahui kredibel dari dokter yang melamar di suatu tempat.

“Jadi kalau ada dokter yang ingin berpraktik di dalam suatu wilayah, atau mendapatkan satu penugasan klinis, maka dia masuk ke dalam suatu proses yang namanya masuk klip komite rekomendasi izin praktik dengan proses kredensial di inner,” imbuhnya lagi.

“Tetapi ini yang kemudian bahwa pada saat masuk dokter gadungan, artinya kalau dokter gadungan tidak ada proses yang dilakukan inner di Ikatan Dokter Indonesia karena dia bukan dokter. Dia memalsukan sebuah dokumen, memasukkan dokumen itu, dan kemudian dia diterima di institusi itu,” lanjutnya lagi.

Di sisi lain, Ketua IDI Surabaya, Dr dr Brahmana Askandar, SpOG Subsp Onk, menegaskan IDI Surabaya juga tak pernah memberikan surat izin praktik untuk dokter gadungan tersebut.

Simak Video “Ginjal Babi yang Dicangkok ke Tubuh Manusia Berhasil Bekerja selama 2 Bulan
[Gambas:Video 20detik]
(suc/naf)

Doyan Makan Jengkol? Ini Saran Dokter Biar Nggak Kejengkolan dan Ginjal Rusak


Jakarta

Jengkol menjadi salah satu santapan favorit masyarakat Indonesia karena rasanya yang khas. Namun hati-hati, terlalu banyak makan jengkol bisa bikin kejengkolan.

Jengkolic acid atau asam jengkolat memang terbukti bisa menyebabkan kerusakan ginjal dan ada risiko gagal ginjal kronis jika mengonsumsi jengkol terus menerus. Kondisi tersebut terjadi ketika tubuh tidak mampu memetabolisme zat-zat yang ada di dalam jengkol yang memicu munculnya kristal di ginjal.

“Kristal itu melukai ginjalnya, saluran kencingnya. Bentuknya seperti serpihan batu,” ungkap spesialis penyakit dalam dr Andi Khomeini, SpPD(Ok) kepada detikcom.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Asam jengkolat merupakan sejenis asam amino yang terkandung dalam biji jengkol. Endapan asam jengkolat membentuk kristal berujung runcing yang bisa melukai pembuluh darah di ginjal dan saluran kencing.

Ketika dikonsumsi berlebihan atau pada orang dengan riwayat penyakit tertentu, kristal-kristal tersebut mudah menyatu yang mengakibatkan susah kencing atau sakit saat kencing.

Agar tidak memicu kerusakan ginjal, penting untuk selalu menjaga hidrasi dan cukupi kebutuhan air putih saat mengonsumsi jengkol. Bagi pasien diabetes atau hipertensi, monitor kondisi kesehatan sangat penting sebab kondisi tersebut juga bisa mempercepat kerusakan ginjal.

“Ketika ingin konsumsi jengkol agar aman bisa diamati dari keluarga, bagaimana sistem metabolismenya, biasanya mirip. Selebihnya bisa konsultasikan ke dokter karena ada orang yang tahan dengan makanan tertentu tapi yang lain tidak,” pungkas dr Koko.

Simak Video “Ini 5 Kebiasaan yang Bikin Jantung Sehat
[Gambas:Video 20detik]
(kna/kna)

Viral Makan Jengkol Bisa Bikin Ginjal Rusak, Benarkah? Ini Kata Dokter


Jakarta

Viral di media sosial unggahan video yang menyebut makan jengkol bisa memicu kerusakan ginjal. Bagaimana faktanya?

Jengkol memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, seperti kandungan antioksidan dan vitamin C yang bisa menjaga daya tahan tubuh. Jengkol menimbulkan aroma yang khas dan menyengat karena adanya zat jengkolic acid atau asam jengkolat. Konon, zat ini yang memicu terjadinya kerusakan ginjal.

Terkait hal tersebut, spesialis penyakit dalam dan Chairman Junior Docs Community Indonesia (JDN), dr Andi Khomeini Takdir Haruni, SpPD(Okay) mengatakan jengkol memang memiliki kandungan jengkolic acid yang bisa menyebabkan kerusakan ginjal.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Memang betul juga jengkolic acid itu bisa menyebabkan kerusakan pada unit ginjal (unit nefron). Saya juga setuju ada risiko gagal ginjal yang kronis bila dikonsumsi terus menerus. Ada orang yang begitu makan jengkol tidak bisa memetabolisme zat-zat dalam jengkol, akibatnya bisa terbentuk kristal jengkolic acid dalam tubuh. Nah, kristal-kristal itu melukai ginjalnya, saluran kencingnya,” jelas dr Koko saat dihubungi detikcom Selasa (12/09/2023).

dr Koko menjelaskan bahwa jengkol memang bisa berisiko saat dikonsumsi berlebihan. Tapi, tidak berlaku untuk semua orang, tergantung kondisi genetik. Pada sebagian orang jengkolic acid bisa mengiritasi kulit dan begitu masuk ke ginjal buat sebagian orang bisa menyebabkan nefropati atau kerusakan pada ginjal.

Namun sampai saat ini masih tidak diketahui secara pasti jumlah konsumsi jengkol yang bisa memicu kerusakan ginjal. Selain itu penyakit ginjal juga bisa muncul karena metabolisme pada tubuh yang buruk, bukan hanya karena makan jengkol.

“Kristal jengkolic acid dalam tubuh bentuknya seperti serpihan batu. Ketika zat tersebut dibuang melalui urin itu agak mirip susu. Kemudian melukai saluran kencing hingga terjadi Hematuria, kencing berdarah. Serta timbul rasa nyeri di pinggang seperti diiris. Inilah fase akut dari kerusakan ginjal. Sebaiknya langsung periksa ke dokter agar segera ditangani,” pungkas dr Koko.

Simak Video “Bukan Mitos! Sering Menahan Kencing Bisa Sebabkan Batu Ginjal
[Gambas:Video 20detik]
(kna/kna)

Dokter Gadungan Susanto Pernah Jadi Kepala Puskesmas, Kemenkes Buka Suara


Jakarta

Heboh pria lulusan SMA di Surabaya, Jawa Timur, Susanto dilaporkan dua tahun menjadi dokter gadungan. Usut punya usut, Susanto mengelabui Rumah Sakit PHC Surabaya, tempatnya bekerja, dengan ijazah milik orang lain yang kemudian fotonya diganti dengan foto dirinya.

Kasus Susanto terungkap pasca pihak RS akan memperpanjang kontrak Susanto. Susantio mendaftar lowongan tenaga layanan clinic sebagai dokter first help. Kemudian, diterima sebagai dokter hiperkes yang memastikan proses di perusahaan menerapkan standar K3, seperti menguji secara berkala kesehatan para pekerja, setiap peralatan yang digunakan, lingkungan kerja, hingga tata kelola kelembagaan.

Jauh sebelum itu, Susanto juga ternyata pernah menipu pihak Pemda Kalimantan dengan menjadi Kepala UPTD dan Kepala Puskesmas. Company Secretary PT Pelindo Husada Citra, Imron Soewon menyebut Susanto mencomot identitas dr Anggi Yurikno yang ternyata seorang residivis dan korbannya adalah pemerintah daerah (pemda).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Karena sebenarnya orang ini residivis dan sudah pernah kejadian dan pernah dihukum di daerah Kalimantan, tapi tidak jera juga. Kami tahunya setelah itu (kasus terbongkar),” ujar Imron seperti dikutip dari detikJatim, Selasa (12/9/2023).

Apa Kata Kemenkes?

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi mengaku belum mendapatkan informasi lebih element mengenai kasus tersebut. Namun, pihaknya menyinggung persoalan proses verifikasi dalam tahap awal penandatangan kontrak.

Dalam hal ini, komite etik memiliki tanggung jawab di balik kesesuaian tenaga medis yang direkrut dengan kompetensinya.

“Mengenai hal ini kami belum mendapatkan informasi lebih terinci, tapi pertama sebenarnya seharusnya, pada kontrak pertama proses kredensial dari komite medik untuk menentukan tenaga medis tadi kompetensinya sesuai dengan yang dibutuhkan,” terang dr Nadia saat dihubungi detikcom Rabu (13/9/2023).

“Dan proses kredensial ini harus dilakukan komite medik untuk mencari informasi, jadi di tahap perpanjangan ada proses cek and ricek, yang mungkin bagian kredensial, akhirnya dapat ditemukan permasalahan ini,” sambung dia.

Berkaca pada kasus Susanto, Kemenkes RI mengimbau setiap rumah sakit untuk melaksanakan tatakelola RS sebagaimana mestinya termasuk pembinaan SDM, juga kerja sama dengan dinas kesehatan setempat.

“Setiap RS punya hospital by legislation, tentu harus ada pembinaan mengingatkan akan terus dilakukan bersama juga dengan Dinkes provinsi, kabupaten/kota, juga dengan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia (ARSADA), juga Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI),” pungkasnya.

Simak Video “Besaran TPP yang Diterima Dokter Spesialis di Papua
[Gambas:Video 20detik]
(naf/up)