Tag: Hospital

Mayapada Hospital Punya Terapi Bronkoskopi Cryo buat Tangani Pasien Paru


Jakarta

Mayapada Healthcare Group, melalui unit rumah sakit Mayapada Hospital Jakarta Selatan menghadirkan layanan ‘Superior Interventional Pulmonology’ dengan Bronkoskopi Cryotherapy. Ini merupakan teknologi terapi trendy yang didedikasikan untuk memberikan penanganan penyakit paru dan saluran napas.

Saat ini, Mayapada Hospital Jakarta Selatan telah mengadopsi teknologi tersebut dan menjadi rumah sakit swasta di Indonesia yang dapat melakukan terapi bronkoskopi dengan teknologi cryo dan elektrosurgikal bagi pasien. Bronkoskopi Cryotherapy yang terdapat di pusat layanan ‘Superior Pulmonology Intervention’ Mayapada Hospital Jakarta Selatan.

Fasilitas tersebut didukung oleh para dokter spesialis dan subspesialis yang meliputi dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis penyakit dalam konsultan pulmonologi dan medik kritis khususnya intervensi pulmonolgi, dokter spesialis anestesi konsultan intensive care, dan tim medis lainnya yang andal, profesional, dan berpengalaman.

“Bronkoskopi merupakan salah satu metode intervensi pulmonologi untuk mengetahui kondisi saluran pernapasan dan paru-paru dengan memasukkan selang berkamera yang tipis dan fleksibel (bronkoskop) ke dalam saluran nafas. Selain untuk mengidentifikasi, bronkoskopi juga bertujuan untuk biopsi serta mengeluarkan benda asing dari saluran pernafasan,” jelas Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Pulmonologi Medik Kritis Mayapada Hospital Jakarta Selatan dr. Eric Daniel Tenda, DIC, Ph.D, Sp.PD, Okay-PMK, FINASIM dalam keterangan tertulis, Kamis (13/7/2023).

“Bronkoskopi merupakan salah satu metode tindakan medis dalam intervensi pulmonologi. Seiring dengan perkembangan teknologi di dunia kedokteran yang semakin maju, intervensi pulmonologi juga ikut berkembang menjadi intervensi pulmonologi tingkat lanjut (superior interventional pulmonology),” lanjutnya.

Sejak tahun 2014, dr Eric telah memulai pelayanan superior bronkoskopi di Indonesia. Dia menjadi pionir serta pembicara konferensi dan seminar internasional terkait teknik diagnostik & terapeutik dengan menggunakan bronkoskopi khususnya teknologi cryo dan elektrosurgikal. Beberapa teknik terbaru dalam superior interventional pulmonology, adalah bronkoskopi menggunakan teknologi cryo yang didukung oleh unit electrosurgical canggih VIO3 dan terapi koagulasi plasma argon (APC).

Bronkoskopi Cryotherapy memiliki tiga fungsi utama untuk pasien. Pertama, untuk Cryo-Biopsi, yaitu mengambil jaringan saluran napas yang tidak regular (infeksi ataupun keganasan) untuk diperiksa lebih lanjut. Kedua, Cryo- Rekanalisasi, yaitu untuk membuka jalan napas yang tersumbat karena tumor, benda asing, atau gumpalan darah. Ketiga, Cryo-Devitalisasi, yaitu untuk merusak jaringan saluran napas yang tidak regular, di mana tindakan ini umumnya digunakan pada pasien dengan keganasan paru-paru dan saluran nafas.

Mayapada HospitalFoto: dok. Mayapada Hospital

Sebagai penunjang tindakan Bronkoskopi Cryotherapy, VIO3 dan APC memiliki keunggulan untuk memudahkan dokter dalam mengoperasikan alat dan meminimalisir kerusakan jaringan serta perdarahan pada pasien sehingga akan mengurangi rasa nyeri pascaoperasi yang dialami pasien. Di Indonesia, Mayapada Hospital merupakan rumah sakit swasta pertama yang memiliki alat ERBE Elektrosurgikal VIO3.

“Seiring dengan berkembangnya teknologi dalam bidang kedokteran, kini kami para dokter spesialis penyakit dalam, subspesialis paru dan medik kritis, khususnya intervensi pulmonologi di Mayapada Hospital, dapat melakukan Bronkoskopi Cryotherapy kepada pasien sehingga kami dapat memberikan analysis yang presisi serta terapi yang lebih optimum dan komprehensif,” terang dr Eric.

“Teknik cryo ini pada prinsipnya membekukan jaringan yang akan diambil di saluran pernapasan dengan gasoline CO2 sehingga jaringan tersebut dapat menempel pada ujung alat cryo. Sedangkan, teknik Argon Plasma Coagulation (APC) menggunakan gasoline argon untuk menghantarkan energi berfrekuensi tinggi. Teknik APC bermanfaat untuk menghentikan perdarahan saluran nafas dan untuk debulking tumor, yaitu prosedur pengurangan ukuran tumor, terutama yang terletak di saluran nafas besar,” sambungnya.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Mayapada Hospital Jakarta Selatan dr Efata Bivian Polii Sp.PD menambahkan intervensi pulmonologi biasanya berfokus pada prosedur minimal luka sayatan atau tanpa operasi terbuka, untuk mendiagnosis dan merawat kondisi paru-paru.

“Selain bronkoskopi, metode dalam intervensi pulmonologi meliputi pleuroskopi untuk memeriksa dan mengobati pleura/selaput paru dan torakosentesis untuk mengeluarkan cairan atau udara dari rongga pleura di sekitar paru-paru. Pulmonologi intervensi adalah sub- bidang pulmonologi yang mengacu pada prosedur dan perawatan medis meliputi analysis, terapi, dan mengelola kondisi sistem pernapasan, khususnya paru-paru. Sedangkan pulmonologi itu sendiri adalah cabang kedokteran yang menangani penyakit dan gangguan pada sistem pernapasan, termasuk kondisi seperti asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), pneumonia, kanker paru-paru, dan lain-lain,” ujar dr Efata.

Simak Video “Penanganan Kejang Pada Anak
[Gambas:Video 20detik]
(Content material Promotion/Mayapada Hospital)

“IVUS dan OCT, Prosedur Penanganan Sumbatan Jantung Bertaraf Internasional” – Bethsaida Hospital

IVUS dan OCT, Suatu Keharusan Dalam Prosedur Penanganan Sumbatan Jantung Bertaraf Internasional


IVUS OCT

Penyakit Jantung, khususnya jantung koroner masih menempati penyebab kematian tertinggi dibandingkan dengan penyakit lainnya. Saat ini, teknologi dalam mengatasi sumbatan jantung sudah semakin canggih sehingga angka kesakitan dan kematian akibat sumbatan jantung dapat ditekan sekecil mungkin. Salah satu kemajuan teknologi dalam bidang intervensi jantung koroner adalah dengan hadirnya kedua alat, yakni IVUS (IntraVascular UltraSound) dan OCT (Optical Coherence Tomography).

Dalam beberapa tahun terakhir, pusat-pusat pelayanan jantung ternama di dunia telah menggunakan IVUS dan OCT dalam prosedur tindakan intervensi, salah satunya di Korea Selatan dan Jepang, dimana pemakaian IVUS/OCT sudah diwajibkan dalam semua tindakan intervensi yang dilakukan, sehingga dapat memberikan hasil optimum.

Kegunaan IVUS dan OCT:

  1. IVUS dan OCT dapat menentukan komposisi sumbatan jantung secara element dan akurat. Misalnya jika ada perkapuran yang derajatnya berat, maka harus dilakukan pengikisan terlebih dahulu dengan alat khusus sejenis “Bor” (Rotablator atau Orbital Atherectomy) sebelum dilakukan pemasangan stent, karena jika pemasangan stent dilakukan pada sumbatan yang penuh kapur, maka dapat mengakibatkan dampak buruk, yaitu terjadinya sumbatan kembali di dalam stent yang sudah dipasang (In Stent Restenosis/ISR) hingga terjadinya penggumpalan darah di dalam stent yang disebut thrombosis. Selain itu, sumbatan berkapur berat yang dipasang stent akan sulit diperbaiki dikemudian harinya. Kondisi ISR ini sangat mengkhawatirkan, karena  pasien dapat terkena serangan jantung di kemudian hari hingga mengakibatkan kematian.
  2. IVUS dan OCT dapat secara akurat menentukan ukuran diameter dan panjang stent yang akan dipasang dengan bantuan Synthetic Intelligence (AI). Salah satu faktor penyebab yang paling sering menyebabkan terjadinya ISR adalah karena kesalahan operator (dokter) dalam menentukan ukuran diameter stent yang akan dipasang (ukurannya kekecilan/ below growth). Hal lain adalah pemasangan stent yang terlalu pendek, sehingga menyebabkan masih adanya bagian sumbatan yang belum tercover atau biasa disebut dengan “Geographic Miss”. Jika terjadi komplikasi seperti sobekan “Edge Dissection” atau perdarahan “Subintimal-Hematoma” atau terbentuk gumpalan “Thrombosis” dapat diperbaiki sebelum tindakan dinyatakan selesai dengan penggunaan IVUS dan OCT.
  3. Pada kasus-kasus penanganan ISR, penggunaan IVUS dan OCT menjadi suatu keharusan. Saat ini angka kejadian ISR di Pusat Layanan Jantung Bethsaida Hospital tergolong sangat rendah, yakni sekitar 5% (pada umumnya 20%) dan dengan hadirnya IVUS/OCT di Bethsaida Hospital, maka angka kejadian restenosis bisa ditekan hingga <2% (menjadi terkecil di dunia).
  4. Penggunaan IVUS/OCT untuk menentukan apakah perlu atau tidaknya dilakukan intervensi pada sumbatan dalam kategori intermediate (40-70% pada kateterisasi) sudah menjadi panduan di berbagai pusat layanan jantung yang terkemuka.
  5. Penggunaan IVUS untuk mengurangi kebutuhan distinction pada saat intervensi untuk pasien penderita kelainan ginjal juga sudah menjadi keharusan saat ini. Hal ini sudah banyak dipublikasikan keberhasilannya dalam mencegah terjadinya “Distinction Induced Nephropathy” pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, sehingga intervensi dapat dilakukan dengan aman.

Kelima hal ini jelas tidak dapat dilakukan hanya dengan alat kateterisasi normal, oleh karena itu berbagai pusat layanan jantung di seluruh dunia mulai berlomba-lomba dalam mempublikasikan keunggulan perawatan menggunakan teknologi IVUS/OCT.

American School of Cardiology (ACC) dan European Society of Cardiology (ESC) telah menempatkan IVUS/ OCT sebagai himbauan untuk semua tindakan intervensi yang dilakukan di dalam guidelinenya. Tidak menutup kemungkinan dimasa mendatang IVUS dan OCT akan menjadi suatu alat keharusan (Class 1 Indication) untuk setiap tindakan intervensi. Pusat Layanan Jantung Intervensi Bethsaida Hospital, dikepalai oleh Dr. Dasaad Mulijono, dokter lulusan Suma Cum Laude dari Universitas Indonesia dan juga   lulusan subspesialisasi jantung intervensi dari Australia, sekaligus pendiri dari Life Type Cardiac Prevention Program optimis bahwa dengan adanya IVUS/OCT maka Bethsaida Hospital akan siap memberikan pelayanan jantung Intervensi selayaknya di negara maju sesuai dengan himbauan presiden Jokowi untuk memulihkan devisa negara dengan mengurangi jumlah pasien jantung yang berobat keluar negeri.

Assessment : dr. Dasaad Mulijono,MBBS(Hons),FIHA,FIMSANZ,FRACGP


“IVUS dan OCT, Suatu Keharusan Dalam Prosedur Penanganan Sumbatan Jantung Bertaraf Internasional” – Bethsaida Hospital

IVUS dan OCT, Suatu Keharusan Dalam Prosedur Penanganan Sumbatan Jantung Bertaraf Internasional


IVUS OCT

Penyakit Jantung, khususnya jantung koroner masih menempati penyebab kematian tertinggi dibandingkan dengan penyakit lainnya. Saat ini, teknologi dalam mengatasi sumbatan jantung sudah semakin canggih sehingga angka kesakitan dan kematian akibat sumbatan jantung dapat ditekan sekecil mungkin. Salah satu kemajuan teknologi dalam bidang intervensi jantung koroner adalah dengan hadirnya kedua alat, yakni IVUS (IntraVascular UltraSound) dan OCT (Optical Coherence Tomography).

Dalam beberapa tahun terakhir, pusat-pusat pelayanan jantung ternama di dunia telah menggunakan IVUS dan OCT dalam prosedur tindakan intervensi, salah satunya di Korea Selatan dan Jepang, dimana pemakaian IVUS/OCT sudah diwajibkan dalam semua tindakan intervensi yang dilakukan, sehingga dapat memberikan hasil optimum.

Kegunaan IVUS dan OCT:

  1. IVUS dan OCT dapat menentukan komposisi sumbatan jantung secara element dan akurat. Misalnya jika ada perkapuran yang derajatnya berat, maka harus dilakukan pengikisan terlebih dahulu dengan alat khusus sejenis “Bor” (Rotablator atau Orbital Atherectomy) sebelum dilakukan pemasangan stent, karena jika pemasangan stent dilakukan pada sumbatan yang penuh kapur, maka dapat mengakibatkan dampak buruk, yaitu terjadinya sumbatan kembali di dalam stent yang sudah dipasang (In Stent Restenosis/ISR) hingga terjadinya penggumpalan darah di dalam stent yang disebut thrombosis. Selain itu, sumbatan berkapur berat yang dipasang stent akan sulit diperbaiki dikemudian harinya. Kondisi ISR ini sangat mengkhawatirkan, karena  pasien dapat terkena serangan jantung di kemudian hari hingga mengakibatkan kematian.
  2. IVUS dan OCT dapat secara akurat menentukan ukuran diameter dan panjang stent yang akan dipasang dengan bantuan Synthetic Intelligence (AI). Salah satu faktor penyebab yang paling sering menyebabkan terjadinya ISR adalah karena kesalahan operator (dokter) dalam menentukan ukuran diameter stent yang akan dipasang (ukurannya kekecilan/ beneath growth). Hal lain adalah pemasangan stent yang terlalu pendek, sehingga menyebabkan masih adanya bagian sumbatan yang belum tercover atau biasa disebut dengan “Geographic Miss”. Jika terjadi komplikasi seperti sobekan “Edge Dissection” atau perdarahan “Subintimal-Hematoma” atau terbentuk gumpalan “Thrombosis” dapat diperbaiki sebelum tindakan dinyatakan selesai dengan penggunaan IVUS dan OCT.
  3. Pada kasus-kasus penanganan ISR, penggunaan IVUS dan OCT menjadi suatu keharusan. Saat ini angka kejadian ISR di Pusat Layanan Jantung Bethsaida Hospital tergolong sangat rendah, yakni sekitar 5% (pada umumnya 20%) dan dengan hadirnya IVUS/OCT di Bethsaida Hospital, maka angka kejadian restenosis bisa ditekan hingga <2% (menjadi terkecil di dunia).
  4. Penggunaan IVUS/OCT untuk menentukan apakah perlu atau tidaknya dilakukan intervensi pada sumbatan dalam kategori intermediate (40-70% pada kateterisasi) sudah menjadi panduan di berbagai pusat layanan jantung yang terkemuka.
  5. Penggunaan IVUS untuk mengurangi kebutuhan distinction pada saat intervensi untuk pasien penderita kelainan ginjal juga sudah menjadi keharusan saat ini. Hal ini sudah banyak dipublikasikan keberhasilannya dalam mencegah terjadinya “Distinction Induced Nephropathy” pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, sehingga intervensi dapat dilakukan dengan aman.

Kelima hal ini jelas tidak dapat dilakukan hanya dengan alat kateterisasi commonplace, oleh karena itu berbagai pusat layanan jantung di seluruh dunia mulai berlomba-lomba dalam mempublikasikan keunggulan perawatan menggunakan teknologi IVUS/OCT.

American School of Cardiology (ACC) dan European Society of Cardiology (ESC) telah menempatkan IVUS/ OCT sebagai himbauan untuk semua tindakan intervensi yang dilakukan di dalam guidelinenya. Tidak menutup kemungkinan dimasa mendatang IVUS dan OCT akan menjadi suatu alat keharusan (Class 1 Indication) untuk setiap tindakan intervensi. Pusat Layanan Jantung Intervensi Bethsaida Hospital, dikepalai oleh Dr. Dasaad Mulijono, dokter lulusan Suma Cum Laude dari Universitas Indonesia dan juga   lulusan subspesialisasi jantung intervensi dari Australia, sekaligus pendiri dari Life Type Cardiac Prevention Program optimis bahwa dengan adanya IVUS/OCT maka Bethsaida Hospital akan siap memberikan pelayanan jantung Intervensi selayaknya di negara maju sesuai dengan himbauan presiden Jokowi untuk memulihkan devisa negara dengan mengurangi jumlah pasien jantung yang berobat keluar negeri.

Evaluate : dr. Dasaad Mulijono,MBBS(Hons),FIHA,FIMSANZ,FRACGP


Atasi Sakit Punggung Akibat Kerja dengan Rehabilitasi Medik Eka Hospital

Jakarta

Menjalankan aktivitas sehari-hari sering menimbulkan masalah pada punggung maupun pinggang bagi pekerja. Tak hanya pekerja lapangan, para pekerja kantoran pun dapat mengalami hal serupa meski menghabiskan sebagian harinya dengan duduk di depan meja dan memandang layar.

Meski terlihat sepele, terlalu lama duduk justru dapat berdampak buruk pada postur dan tulang belakang. Bahkan, hal ini bisa menyebabkan masalah seperti nyeri punggung, bahu, hingga lengan, menyebabkan keterbatasan dalam beraktivitas dan sering kali mengganggu kenyamanan. Jika tidak segera ditangani, rasa nyeri ini bisa berujung menjadi kronis dan akan terus menyerang dalam jangka waktu yang panjang.

Bagi Anda yang sering mengalaminya, tidak perlu khawatir. Sebab, kondisi tersebut bisa pulih jika ditangani dengan benar dan konsisten, yaitu melalui program rehabilitasi medik. Mungkin Anda akan berpikir, apakah perlu melakukan program rehabilitas medik hanya untuk mengatasi gangguan sakit punggung biasa? Jawabannya tentu saja dan begini penjelasannya.

Apa Itu Program Rehabilitasi Medik?

Rehabilitasi medik adalah sebuah program terapi intensif yang ditujukan untuk pasien yang mengalami masalah nyeri, gangguan dan penurunan fungsi pada otot, tulang, persendian, tendon, jaringan ikat, dan saraf yang diakibatkan sakit atau cedera. Tujuannya untuk menghilangkan nyeri dan meningkatkan kemampuan fungsional seseorang agar bisa kembali bergerak, dan beraktivitas dengan optimum.

Menurut konsultan rehabilitasi medik Eka Hospital BSD, dr. A. Penny Kusumastuti, Sp.Ok.F.R., M.S.(Ok), program rehabilitasi dapat digunakan pada pasien yang mengalami penurunan fungsional pada anggota tubuhnya. Program ini dapat mendukung mereka dalam mengurangi rasa sakit yang kerap dialami, seperti masalah pada postur tulang belakang dan otot-otot. Hal ini cocok untuk dilakukan oleh pekerja yang biasa menghabiskan separuh harinya duduk di depan layar.

“Terapi rehabilitasi medik dilaksanakan untuk melatih tulang serta otot-otot pasien untuk menjaga kekuatan serta ketahanan sehingga tubuh mampu untuk bekerja dalam jangka panjang, dengan itu kami bisa mengurangi rasa nyeri yang dirasakan dan mengembalikan mereka ke dalam fisik terbaik dan mereka bisa kembali beraktivitas dengan regular,” ujar dr. Penny dalam keterangan tertulis, Selasa (6/6/2023).

Bagaimana Rehabilitasi Medik Bisa Mengatasi Penurunan Fungsi Fisik?

Terapi rehabilitasi medik dipergunakan dalam dunia kedokteran untuk membantu pasien kembali ke dalam kondisi fisik terbaik. Gangguan kesehatan, seperti sakit punggung, bahu, pinggul, hingga lengan dan kaki dapat dilatih kembali dengan menggunakan alat-alat yang spesifik untuk melatih anggota tubuh Anda.

Berdasarkan dari pengamatannya, dr. Penny mengatakan sekitar 80% kasus tulang belakang, seperti gangguan postur, nyeri pinggang, nyeri leher, bisa ditangani dengan terapi. Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi akan memastikan prognosis dan membuat program terapi sesuai kondisi sakit atau masalah nya. Oleh karena itu, terapi rehabilitasi medik akan sangat cocok sebagai program pemulihan anda dalam mengurangi rasa nyeri serta gejala untuk jangka waktu panjang.

Siapa yang Membutuhkan Rehabilitasi Medik?

Beberapa kasus yang membutuhkan rehabilitasi medik sebagai program pemulihannya dalam kembali ke fisik terbaik, antara lain:

  • Nyeri pinggang atau saraf terjepit (HNP).
  • Nyeri leher dan punggung bagian atas.
  • Nyeri bahu akibat sakit karena proses degeneratif atau akibat cedera, frozen shoulder.
  • Gangguan postur tubuh seperti skoliosis.
  • Amputasi Lansia dengan penyakit sendi degeneratif seperti osteoarthritis dan osteoporosis.
  • Mengalami cedera otot atau tulang seperti patah tulang atau robekan tendon.
  • Pasca stroke.
  • Cedera tulang belakang.
  • Cedera saraf.
  • Pasca operasi backbone dan operasi orthopedi lainnya.

Program Rehabilitasi Medik di Eka Hospital

Eka Hospital telah menghadirkan ruangan yang dirancang khusus untuk perawatan rehabilitasi medik. Di sini anda akan menjalani rangkaian program fisioterapi dan terapi latihan seperti Latihan penguatan, kelenturan, ketahanan, perbaikan postur, keseimbangan, dan latihan lainnya untuk membantu Anda pulih kembali ke kondisi terbaik.

Sesi terapi biasanya berjalan selama 60-90 menit dan dilakukan sebanyak 2-3 kali dalam seminggu. Untuk pasien yang kemampuan fisiknya sudah sangat berkurang, seperti lansia, mungkin akan memakan waktu lebih lama. Namun, setiap orang akan memiliki program yang dipersonalisasi tergantung dari kondisi yang dimiliki oleh setiap pasien.

Eka HospitalFoto: Eka Hospital

Adapun beberapa alat yang saat ini sudah disediakan dengan manfaat yang bervariasi yang bisa Anda gunakan di Eka Hospital sebagai program dari rehabilitasi medik, seperti mengatasi sakit punggung hingga masalah berat seperti stroke dan cedera tulang belakang. Beberapa alat yang tersedia yaitu:

  • Entire Physique Coach, yakni alat latih dengan permukaan yang dapat bergoyang. Alat ini berguna untuk melatih keseimbangan, penguatan dan koordinasi gerak seluruh anggota tubuh.
  • Standing Stability Coach, yaitu alat untuk melatih pasien untuk mampu berdiri, mempertahankan postur, meningkatkan kekuatan otot-otot spinal, hip dan knee yang sangat dibutuhkan saat posisi berdiri, seperti pada pasien stroke, cedera tulang belakang yang mengalami penurunan kekuatan otot/ kelumpuhan.
  • Purple Wire Suspension, yang merupakan media fleksibel yang menggunakan tali atau sling suspension untuk melatih dan meningkatkan kekuatan otot spinal maupun anggota gerak, koordinasi sistem saraf dan otot, memperbaiki lingkup gerak sendi, memperbaiki management postur tubuh dan keseimbangan.
  • Cycle Motus adalah alat yang menggunakan pedal atau kayuhan, dapat digunakan untuk tungkai bawah maupun tungkai atas untuk melatih kekuatan otot, endurance (ketahanan) otot maupun endurance fungsi jantung dan pernafasan.
  • EN Dynamic, yang merupakan alat untuk menangani masalah pada pinggang/punggung, juga tungkai bawah.
  • EN Tree, yakni alat untuk melatih penguatan otot-otot trunk/spinal, tungkai atas, tungkai bawah, perbaikan postur.
    EN Squat, yaitu alat untuk melatih penguatan & endurance otot-otot dan meningkatkan lingkup gerak sendi panggul, lutut dan kaki.

Dipimpin oleh dr. A. Penny, Rehabilitasi Medik & Fisioterapi tersebut merupakan bagian dari Gatam Institute, pusat layanan ortopedi dan tulang belakang dari Eka Hospital Group.

Pusat unggulan tersebut didukung oleh berbagai crew dokter sub spesialis ortopedi yang lengkap dan profesional serta peralatan yang dapat menangani beberapa kasus seperti tulang belakang, lutut panggul, cedera olahraga, hingga ortopedi anak yang juga dapat mendukung proses fisioterapi dari program rehabilitasi medik.

(Content material Promotion/Eka Hospital)

Undescencus Testis – Bethsaida Hospital

UNDESCENCUS TESTIS


Buah zakar yang belum turun saat bayi

Undescencus testes (UDT) merupakan kondisi kelainan bawaan berupa salah satu atau kedua buah zakar belum turun ke kantong kemaluan. Kedua buah zakar harus sudah teraba di kantong kemaluan pada bayi berusia 6-12 bulan. Pada UDT, buah zakar biasanya dapat teraba di lipat paha atau bahkan tidak teraba sama sekali karena masih berada di dalam perut.

Jika anak Anda menderita buah zakar yang belum turun / undescencus testes (UDT), segera periksakan ke dokter spesialis bedah anak. Semakin lama ditunda, buah zakar yang belum turun akan mengalami kerusakan akibat terpapar suhu yang tinggi. Hal ini akan berdampak pada kesuburan dan berisiko 10x lipat untuk terjadi kanker di kemudian hari. Selain itu, buah zakar yang belum turun lebih berisiko untuk mengalami puntiran. Puntiran ini dapat mengakibatkan kerusakan hebat sehingga perlu dilakukan pengangkatan buah zakar tersebut.

Dokter spesialis bedah anak akan melakukan pemeriksaan fisik dengan cara meraba buah zakar. Sebagian besar, buah zakar yang belum turun dapat diraba di lipat paha. Apabila tidak teraba, maka akan dilakukan pemeriksaan penunjang ultrasonografi (USG). Posisi buah zakar ini akan menentukan pendekatan operasi yang akan digunakan untuk menurunkan buah zakar. 

Orkidopeksi merupakan operasi penurunan buah zakar ke dalam kantong kemaluan. Dokter spesialis bedah anak akan melakukan sayatan di lipat paha dan di kantong kemaluan. Buah zakar dibebaskan dari jaringan sekitar dengan mempertahankan pembuluh darah dan saluran mani. Kemudian, buah zakar difiksasi di dalam kantong kemaluan. 

Pada kasus buah zakar yang berada dalam perut, Teknik operasi yang digunakan adalah orkidopeksi laparoskopi.  Ini merupakan operasi minimal invasif untuk menurunkan buah zakar. Laparoskopi dikenal juga sebagai “operasi lubang kunci”, karena sayatannya yang kecil. Dengan menggunakan kamera, dokter spesialis bedah anak bisa melihat kondisi buah zakar di dalam perut. Buah zakar dinilai ukuran, posisi, serta ada tidaknya kelainan lain. 

Selain kamera, beberapa instrumen lain juga digunakan untuk membebaskan buah zakar dari selaput dinding perut agar dapat dibawa turun ke kantong kemaluan. Tindakan ini dilakukan dengan hati-hati tanpa mencederai pembuluh darah dan saluran mani. Dokter spesialis bedah anak selanjutnya membuat saluran dari kantong kemaluan menuju rongga perut. Melalui saluran ini, buah zakar yang sudah dimobilisasi dibawa turun dan difiksasi di dalam kantong kemaluan.

Dengan kemajuan teknologi minimal invasif, buah zakar dalam perut kini dapat dibawa turun ke kantong kemaluan. Segera berkonsultasi dengan dokter spesialis bedah anak jika ternyata buah zakar anak Anda belum turun.


Assessment : Dr. Kozzy, Sp.BA


TRANSCRANIAL DOPPLER – Bethsaida Hospital

TRANSCRANIAL DOPPLER


Apa Itu Transcranial Doppler?

Otak membutuhkan setidaknya 20% oksigen yang berasal dari jantung bersama dengan aliran darah yang ideally suited melalui banyak pembuluh darah. Jika suplai darah ini terlalu banyak maka akan terjadi tekanan di dalam tengkorak yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan. Transcranial Doppler atau bisa disingkat sebagai TCD dapat membantu memberikan evaluasi kondisi-kondisi sumbatan pada arteri dan masalah lain yang mempengaruhi aliran darah.

TCD adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk memberikan nilai terhadap perubahan aliran darah dalam tubuh. TCD memiliki sifat yang sama dengan ultrasonografi, yaitu pemeriksaan yang bebas dari tindakan operasi serta dapat dilakukan secara berkali-kali tanpa memberikan efek samping yang berbahaya. Penggunaan TCD paling umum adalah untuk melihat kondisi stroke karena informasi yang diberikan sangat akurat sehingga pencegahan, pengobatan dan penjelasan prognosis bisa dilakukan.

Siapa Saja Yang Sebaiknya Melakukan Pemeriksaan Transcranial Doppler?

TCD ini bisa direkomendasikan kepada orang dengan:

  • Kadar Kolesterol Tinggi: Dapat meningkatkan penimbunan plak pada dinding arteri.
  • Penyakit Kardiovaskular: Berisiko kerusakan arteri yang mempengaruhi asupan darah ke otak.Anemia Sel Sabit (Sickle Cell Anemia): Penyakit turunan ini ditandai dengan sel darah yang seharusnya berbentuk bundar berubah menjadi bentuk sabit.
  • Diabetes: Komplikasi diabetes seperti kerusakan syaraf dan sakit ginjal dapat membuat tekanan darah tidak regular sehingga dapat menyebabkan hipertensi dan stroke.
  • Embolisme: Bisa terjadi pada gumpalan darah yang diproduksi dari bagian tubuh tertentu lalu mengalir melalui aliran di dalam pembuluh darah.
  • Trauma Pada Otak: Kecelakaan atau kekerasan bisa menyebabkan pendarahan sehingga jumlah darah meningkat dan membuat tekanan berlebihan pada tengkorak kepala.

Kelebihan Transcranial Doppler

Berikut adalah beberapa keunggulan TCD yang bisa diberikan kepada pasien:

  • Menggunakan teknik non-invasif sehingga pasien akan merasa nyaman saat pemeriksaan.
  • Bebas dari radiasi.
  • Tidak diperlukan ruangan khusus.
  • Tidak memiliki efek samping meski telah dilakukan pemeriksaan secara berulang-ulang.
  • Tidak memerlukan penggunaan zat kontras yang memiliki efek samping seperti alergi.

Kegunaan Pemeriksaan TCD

  • Mendeteksi gangguan aliran pembuluh darah otak.
  • Mengevaluasi hasil terapi pasca stroke.
  • Mendeteksi spasme pembuluh darah (Vasopasme).
  • Penunjang alat analysis CT scan, MRI dan MRA.
  • Penunjang terapi.
  • Mendeteksi kematian otak.


Pencegahan Kanker Serviks – Bethsaida Hospital

Cegah Kanker Serviks dengan Rutin Melakukan Skrining


     Kanker Serviks menempati peringkat teratas di antara berbagai jenis kanker yang menyebabkan kematian pada perempuan di dunia. Indonesia sendiri menempati urutan nomor 1 kasus Kanker Serviks terbanyak di Asia Tenggara, dimana setidaknya ada 15.000 kasus setiap tahunnya. Namun sayangnya, deteksi dini Kanker Serviks masih belum menjadi perhatian bagi banyak wanita. Apalagi kanker serviks ini umumnya tidak menunjukan gejala pada stadium awal sehingga banyak dari mereka merasa tidak perlu melakukan skrining. Tapi tahukah Anda bahwa Kanker serviks bisa dicegah dan bisa diobati? Berikut fakta-fakta mengenai Kanker Serviks yang perlu Anda ketahui.

Apa itu Kanker Serviks??

Apa itu Kanker Serviks?

      Menurut dr. Andriana Kumala Dewi, Sp.OG, Dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi di Bethsaida Hospital, Kanker Serviks merupakan suatu penyakit keganasan yang berada di serviks atau leher rahim. Serviks sendiri berada di bagian paling bawah dari rahim dan letaknya persis di puncak vagina wanita.

Mengapa bisa terjadi Kanker Serviks?

    Sebagian besar kasus kanker leher rahim disebabkan oleh adanya infeksi dari virus Human Papilloma Virus (HPV), terutama tipe Excessive Danger yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Penularannya sendiri tidak terjadi secara langsung, namun butuh waktu yang lama untuk seseorang bisa terkena Kanker Serviks ini. Umumnya seseorang yang tertular Kanker Serviks baru terdiagnosa 10-20 tahun kemudian sejak virus HPV ini terjangkit.

Apa saja gejala Kanker Serviks?

    Gejala umum yang sering terjadi pada penderita Kanker Serviks diantaranya adalah pendarahan pervaginam atau perdarahan dari kemaluan. Selain itu gejala lain yang biasa muncul adalah postkoital bleeding atau perdarahan yang terjadi setelah berhubungan seksual dan tidak berkaitan dengan menstruasi. Adapun gejala lain seperti siklus menstruasi tidak teratur., nyeri pada panggul (di perut bagian bawah), badan lemas, mudah lelah, berat badan menurun, kehilangan nafsu makan, cairan miss V yang tidak regular seperti berbau dan bercampur darah.

Siapa yang beresiko terkena Kanker Serviks?

    Semua perempuan yang sudah melakukan hubungan seksual beresiko terkena Kanker Serviks. Namun yang memiliki potensi tinggi terkena penyakit ini adalah mereka yang memiliki a number of associate, melakukan hubungan intercourse di usia yang terlalu dini dan orang-orang yang memiliki penyakit tertentu yang mengakibatkan kekebalan tubuhnya menurun.

Bagaimana cara mencegah Kanker Serviks?

    Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk dapat mencegah terjadinya Kanker Serviks. dr. Andriana mengatakan bahwa pencegahannya sendiri terbagi menjadi dua. Yang pertama adalah pencegahan primer yaitu dengan melakukan vaksinasi HPV. Vaksinasi ini sangat disarankan untuk wanita terutama remaja direntan usia 9-13 tahun. Kemudian ada juga pencegahan sekunder yaitu dengan melakukan deteksi dini Kanker Serviks seperti Pap Smear atau Inspeksi Visible Asam Asetat (IVA ) yang bisa dilakukan minimal 2-3 tahun sekali. Semua pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui potensi adanya Kanker Serviks yang mungkin terjadi dan mengurangi resiko tertularnya virus HPV.

    Kanker Serviks bisa dicegah dan diobati dengan rutin melakukan skrining. Ubah gaya hidup dan tetap menjaga pola makan sehat agar terhindar dari penyakit Kanker Serviks. Dengan demikian, maka kesehatan serviks atau leher rahim lebih terjamin. Dengan penanganan yang tepat, Kanker Serviks bukanlah hal yang perlu ditakuti.

Pengambilan Pattern Pap Smear
Pengambilan pattern Pap Smear

Overview : dr. Andriana Kumala Dewi, Sp.OG


Mengenal Bedah Toraks dan Kardiovaskular bersama dr. Wirya A Graha, Sp. BTKV. Subsp. JD (Okay) – Bethsaida Hospital

Mengenal Bedah Toraks dan Kardiovaskular bersama

dr. Wirya A Graha, Sp. BTKV. Subsp. JD (Okay)


Buat Janji dokter

    dr. Wirya Ayu Graha, Sp. BTKV. Subsp. JD (Okay) merupakan dokter spesialis Bedah Toraks Kardiovaskular dan Konsultan Bedah Jantung Dewasa di Bethsaida Hospital. Beliau adalah lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan menyelesaikan Subspesialis Bedah Toraks dan Kardiovaskular di universitas yang sama.

 

    dr. Wirya adalah dokter spesialis yang secara khusus memiliki keahlian di bidang pembedahan Toraks, Kardiak dan Vaskular. Toraks adalah nama lain dari rongga dada, kardiak memiliki arti jantung sedangkan vaskular sendiri adalah pembuluh darah. Singkatnya, spesialis BTKV menangani pembedahan daerah dinding dada dan organ-organ dalam rongga dada seperti jantung, paru, tenggorok, serta pembuluh darah di tubuh. Dalam praktiknya, spesialis BTKV bekerja sama dengan dokter spesialis jantung, spesialis paru, penyakit dalam, anestesi/pembiusan, dan dengan spesialis lainnya.

 

Dokter Spesialis Bedah Toraks Kardiovaskular dan Konsultan Bedah Jantung Dewasa mempunyai keahlian dalam mengatasi berbagai kondisi seperti:

  1. Melakukan pembedahan Bypass Coroner atau CABG (Coronary Artery Bypass Graft) pada kelainan jantung koroner
  2. Melakukan pembedahan pada katup jantung seperti Mitral valve surgical procedure, Aortic Valve Surgical procedure dan katup jantung lain
  3. Tindakan emergency pada jantung seperti Tamponade jantung
  4. Kelainan jantung bawaan seperti Atrial Septal Defect, Ventricle Septal Defect, dan Tetralogy of Fallot
  5. Kanker yang terjadi pada space rongga dada, termasuk kanker Esofagus, tumor Mediastinum dan kanker paru
  6. Gangguan paru berat akibat TBC paru yang memerlukan tindakan pembedahan seperti batuk darah massif, Fungus Ball, Lung Collapse atau Destroyed Lung
  7. Emfisema atau udara bawah kulit yang berat
  8. Hernia diafragma atau adanya organ perut yang naik ke rongga dada baik akibat kelaianan bawaan atau trauma
  9. Akses vaskular untuk kepentingan cuci darah (hemodialisa) seperti Double Lumen Catheter, Tunnel Double Lumen, AV Shunt/fistula dan AV Graft
  10. Tindakan Endovascular untuk memperbaiki aliran darah pada kaki diabetes atau sumbatan pada pembuluh darah lain
  11. Tindakan minimal invasive untuk tatalaksana Varises
  12. EVAR (EndoVascular Aortic Restore) dan TEVAR (Thoracic Endovascular Aortic Restore)

 

   Selain bedah toraks dan kardiovaskular, dr. Wirya juga memiliki keahlian dalam pembedahan jantung dewasa. Tindakan-tindakan yang biasa dilakukan untuk pembedahan jantung pada dewasa adalah Coronary Arterial Bypass Graft (CABG) baik di usia muda atau usia lanjut, kelainan katup jantung yang berat yang membutuhkan pembedahan seperti Katup Mitral, Aorta, Tricuspid atau Pulmonal, Angioplasti, Kardiomioplasti, Transplantasi dan operasi invasif minimal. 

 

 

   Dalam menentukan masalah kesehatan atau analysis penyakit pasien, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan yang meliputi riwayat penyakit yang diderita, gejala yang dirasakan, pemeriksaan fisik, hingga pemeriksaan penunjang. Setelah analysis dipastikan, dokter akan menentukan metode penanganan yang sesuai dengan kondisi pasien. Tujuannya adalah untuk mengembalikan fungsi organ dada, termasuk jantung dan paru-paru, agar dapat kembali berfungsi dengan baik. Dengan penanganan yang tepat, risiko terjadinya komplikasi pun akan berkurang.

 

Evaluation : dr. Wirya Ayu Graha, Sp.BTKV. Subsp. JD(Okay)


Mengenal Bedah Toraks dan Kardiovaskular – Bethsaida Hospital


Mengenal Bedah Toraks dan Kardiovaskular bersama

dr. Wirya A Graha, Sp. BTKV. Subsp. JD (Ok)


Buat Janji Dokter
dr. Wirya Ayu Graha, Sp. BTKV. Subsp. JD (Ok) merupakan dokter spesialis Bedah Toraks Kardiovaskular dan Konsultan Bedah Jantung Dewasa di Bethsaida Hospital. Beliau adalah lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan menyelesaikan Subspesialis Bedah Toraks dan Kardiovaskular di universitas yang sama. dr. Wirya adalah dokter spesialis yang secara khusus memiliki keahlian di bidang pembedahan Toraks, Kardiak dan Vaskular. Toraks adalah nama lain dari rongga dada, kardiak memiliki arti jantung sedangkan vaskular sendiri adalah pembuluh darah. Singkatnya, spesialis BTKV menangani pembedahan daerah dinding dada dan organ-organ dalam rongga dada seperti jantung, paru, tenggorok, serta pembuluh darah di tubuh. Dalam praktiknya, spesialis BTKV bekerja sama dengan dokter spesialis jantung, spesialis paru, penyakit dalam, anestesi/pembiusan, dan dengan spesialis lainnya. Dokter Spesialis Bedah Toraks Kardiovaskular dan Konsultan Bedah Jantung Dewasa mempunyai keahlian dalam mengatasi berbagai kondisi seperti:
  1. Melakukan pembedahan Bypass Coroner atau CABG (Coronary Artery Bypass Graft) pada kelainan jantung koroner
  2. Melakukan pembedahan pada katup jantung seperti Mitral valve surgical procedure, Aortic Valve Surgical procedure dan katup jantung lain
  3. Tindakan emergency pada jantung seperti Tamponade jantung
  4. Kelainan jantung bawaan seperti Atrial Septal Defect, Ventricle Septal Defect, dan Tetralogy of Fallot
  5. Kanker yang terjadi pada space rongga dada, termasuk kanker Esofagus, tumor Mediastinum dan kanker paru
  6. Gangguan paru berat akibat TBC paru yang memerlukan tindakan pembedahan seperti batuk darah massif, Fungus Ball, Lung Collapse atau Destroyed Lung
  7. Emfisema atau udara bawah kulit yang berat
  8. Hernia diafragma atau adanya organ perut yang naik ke rongga dada baik akibat kelaianan bawaan atau trauma
  9. Akses vaskular untuk kepentingan cuci darah (hemodialisa) seperti Double Lumen Catheter, Tunnel Double Lumen, AV Shunt/fistula dan AV Graft
  10. Tindakan Endovascular untuk memperbaiki aliran darah pada kaki diabetes atau sumbatan pada pembuluh darah lain
  11. Tindakan minimal invasive untuk tatalaksana Varises
  12. EVAR (EndoVascular Aortic Restore) dan TEVAR (Thoracic Endovascular Aortic Restore)

Selain bedah toraks dan kardiovaskular, dr. Wirya juga memiliki keahlian dalam pembedahan jantung dewasa. Tindakan-tindakan yang biasa dilakukan untuk pembedahan jantung pada dewasa adalah Coronary Arterial Bypass Graft (CABG) baik di usia muda atau usia lanjut, kelainan katup jantung yang berat yang membutuhkan pembedahan seperti Katup Mitral, Aorta, Tricuspid atau Pulmonal, Angioplasti, Kardiomioplasti, Transplantasi dan operasi invasif minimal. Dalam menentukan masalah kesehatan atau analysis penyakit pasien, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan yang meliputi riwayat penyakit yang diderita, gejala yang dirasakan, pemeriksaan fisik, hingga pemeriksaan penunjang. Setelah analysis dipastikan, dokter akan menentukan metode penanganan yang sesuai dengan kondisi pasien. Tujuannya adalah untuk mengembalikan fungsi organ dada, termasuk jantung dan paru-paru, agar dapat kembali berfungsi dengan baik. Dengan penanganan yang tepat, risiko terjadinya komplikasi pun akan berkurang. Evaluate : dr. Wirya Ayu Graha, Sp.BTKV. Subsp. JD(Ok)

Abadikan Senyum Pertamanya dengan Teknologi Terkini USG 4D/HD – Bethsaida Hospital

Abadikan Senyum Pertamanya dengan Teknologi Terkini USG 4D/HD Dwell

Pencitraan gambar lebih element dan akurat

        

     Bisa melihat sang buah hati yang tengah tumbuh didalam kandungan merupakan pengalaman yang menyenangkan dan tidak akan terlupakan bagi calon ibu. Menatap senyuman pertama dan selalu memantau tumbuh kembangnya adalah salah satu cara merawat sang buah hati. Salah satu metode yang dilakukan adalah dengan melakukan pemeriksaan USG atau Ultrasonografi secara berkala. Dengan komitmen untuk selalu memberikan pelayanan terbaik bagi pasien, Bethsaida Hospital kini hadir dengan teknologi alat USG 4D HD Dwell terkini yang mencakup kemampuan pengambilan gambar tercanggih yang dipadukan dengan fitur efisiensi dan pencitraan yang akurat. 

     USG 4D HD Dwell sangat populer digunakan dalam bidang obstetri dan ginekologi untuk membantu dalam pengambilan diagnosa dan pengawasan kondisi kesehatan ibu dan janin selama masa kehamilan. Alat ini menawarkan kualitas gambar dengan resolusi tinggi dan memiliki berbagai fitur canggih untuk membantu dokter melakukan prognosis yang akurat dan tepat. Alat ini dilengkapi dengan teknologi 4D HD Dwell untuk memastikan bahwa gambar yang diperoleh memiliki kualitas yang sangat baik.


  Keunggulan USG 4D HD Dwell antara lain:
Dengan citra hasil USG 4D anda dapat melihat buah hati anda dengan jelas dan akurat
     

     Dengan semua fitur dan teknologi yang terdapat pada USG 4D HD Dwell ini, para wanita terutama calon ibu akan merasa tenang selama melakukan perawatan dan pemantauan kesehatan di Bethsaida Hospital, karena dengan kualitas gambar yang sangat baik dan fitur canggih akan membantu dokter dalam memastikan pasien menerima perawatan yang tepat dan terbaik.

Overview : dr. Rudy Simanjuntak, Sp.OG