Tag: Imbas

Pilu Derita Warga Gaza Sebulan Lebih Krisis Air-Pangan Imbas Digempur Israel

Jakarta

Tercatat lebih dari sebulan warga Gaza menghadapi krisis air, makanan, dan nihil akses ke layanan kesehatan. Sumber sanitasi dan yang lainnya mencapai titik puncak krisis.

Pengeboman intensif Israel di Jalur Gaza menewaskan 10.328 warga Palestina, termasuk di antaranya 4.237 anak-anak, sejak 7 Oktober. Kementerian Kesehatan di Gaza menyebutkan jumlah orang yang terluka bertambah menjadi 25.965 kasus.

Pada 9 Oktober, militer Israel mengumumkan blokade whole terhadap wilayah yang sudah terkepung, termasuk larangan air dan makanan. Dua hari kemudian, listrik padam dan masuknya bantuan serta bahan bakar dibatasi.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diperkirakan 1,5 juta orang terpaksa mengungsi dan kondisi mereka semakin genting karena kurangnya pasokan kebutuhan pokok.

Krisis Air Mengkhawatirkan

Kelompok hak asasi manusia telah memperingatkan selama bertahun-tahun tentang memburuknya situasi air di Jalur Gaza. Pada 2021, Institut World untuk Air, Lingkungan dan Kesehatan dan Monitor Hak Asasi Manusia Euro-Mediterania menggambarkan air di Gaza tidak dapat diminum, sekitar 97 persen airnya tidak layak untuk dikonsumsi.

Saat ini, kurangnya listrik menyebabkan instalasi desalinasi dan pengolahan air limbah tidak dapat berjalan, sehingga semakin mengurangi akses terhadap air minum aman.

Pada 4 November, Israel menghancurkan reservoir air di Gaza utara serta tangki air umum yang memasok ke beberapa lingkungan di selatan.

Banyak orang meminum air tercemar, asin, dan mengantre berjam-jam dengan harapan mendapatkan air yang layak diminum.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut dibutuhkan antara 50 dan 100 liter air per orang dalam hari, tetapi mereka memperkirakan rata-rata alokasi air harian di Gaza hanya tiga liter untuk semua kebutuhan sehari-hari, termasuk minuman dan kebersihan.

Kekurangan air berdampak pada tubuh, pertama pada ginjal, hingga akhirnya jantung. Dehidrasi terjadi dengan cepat pada anak-anak dan seringkali berujung deadly. Seseorang dapat mengalami sakit kepala ringan dan denyut nadi berdebar kencang karena jantung harus memompa lebih cepat untuk mempertahankan oksigen.

Krisis Pangan

Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) mengatakan 80 persen populasi di Jalur Gaza sudah mengalami kerawanan pangan sebelum dimulainya serangan pada tanggal 7 Oktober. Hampir separuh populasi dari 2,3 juta orang bergantung pada bantuan makana dari Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).

Sebelum tanggal 7 Oktober, rata-rata sekitar 500 truk diizinkan masuk ke Gaza setiap hari.

Menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) PBB, sejak 21 Oktober, setidaknya 451 truk telah memasuki Gaza, 158 di antaranya membawa makanan, termasuk ikan kaleng, pasta, tepung terigu, pasta tomat kalengan, dan kacang kalengan. Sementara 102 truk di antaranya membawa perbekalan kesehatan.

Truk-truk yang tersisa membawa muatan campuran. Pasokan bahan bakar masih belum diperbolehkan masuk ke Gaza, yang berdampak serius pada rumah sakit yang masih beroperasi. Hal ini tentu membahayakan nyawa ribuan orang.

NEXT: Tak Ada Akses ke Layanan Kesehatan

RS Penuh, Krisis Air sampai Ancaman Kelaparan Warga Gaza Imbas Blokade Israel


Jakarta

Antrean di depan kamar mandi wilayah Jalur Gaza bagian selatan tampak mengular. Mereka bahkan belum mandi berhari-hari setelah Israel memutus aliran air, listrik, bahkan sampai pasokan makanan.

Ahmed Hamid (43) meninggalkan kota Gaza bersama istri dan tujuh anaknya, menuju ke Rafah setelah tentara Israel pada hari Jumat memperingatkan penduduk di utara wilayah kantong tersebut menuju ke selatan, demi keselamatan mereka sendiri.

“Sudah berhari-hari kami tidak mandi. Bahkan pergi ke rest room pun harus mengantre,” kata Hamid kepada AFP.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Tidak ada makanan. Semua barang tidak tersedia dan harga makanan yang tersedia melonjak. Satu-satunya makanan yang kami temukan hanyalah tuna kalengan dan keju.”

“Saya merasa seperti beban, tidak mampu berbuat apa-apa,” curhatnya.

PBB memperkirakan sekitar satu juta orang telah mengungsi sejak Israel memulai pemboman udara tanpa henti di Gaza. Di wilayah Gaza, setidaknya 2.670 orang tewas dalam pemboman tanpa henti tersebut, sebagian besar dari mereka adalah warga biasa Palestina.

Mona Abdel Hamid (55) meninggalkan rumahnya di Kota Gaza, menuju rumah kerabatnya di Rafah. Sebaliknya, dia mendapati dirinya berada di rumah orang yang tidak dia kenal.

“Saya merasa terhina dan malu. Saya mencari perlindungan. Kami tidak mempunyai banyak pakaian dan sebagian besar pakaian sekarang kotor, tidak ada air untuk mencucinya,” katanya.

“Tidak ada listrik, tidak ada air, tidak ada web. Saya merasa seperti kehilangan rasa kemanusiaan saya.”

Kisah pilu lain dialami Sabah Masbah (50) yang tinggal bersama suami, putrinya, dan 21 kerabat lain di rumah teman yang berlokasi di Rafah.

“Hal terburuk dan paling berbahaya adalah kami tidak dapat menemukan air. Saat ini tidak ada dari kami yang mandi karena air sangat langka,” katanya kepada AFP.

Di samping itu kondisi rumah sakit di Gaza juga di ambang kolaps. Imbas blokade Israel, pasokan obat-obatan cepat habis dan rumah sakit tak bisa merawat pasien karena listrik diputus.

Kondisi yang sangat memprihatinkan juga terjadi di Rumah Sakit Shifa, kompleks medis terbesar di Kota Gaza. Para dokter Palestina memperingatkan akan terjadinya wabah penyakit menular karena kepadatan penduduk yang mendatangi rumah sakit tersebut.

“Ada ribuan,bahkan puluhan ribu orang yang berbondong-bondong ke rumah sakit,” kata ahli bedah Ghassan Abu Sitta seperti kepada Al Jazeera.

“Mereka tidur di lantai, di koridor, di antara tempat tidur pasien. Mereka sangat ketakutan. Mereka mengira ini adalah tempat paling aman dan segala sesuatu di sekitar mereka menegaskan hal itu,” ujarnya.

Simak Video “WHO Kritik Israel soal Evakuasi 1 Juta Warga Gaza: Itu Akan Jadi Bencana!
[Gambas:Video 20detik]
(naf/kna)

Dokter Lintas Batas Ungkap Ngerinya Kondisi RS di Gaza Imbas Serangan Israel


Jakarta

Médecins Sans Frontières (MSF) atau Dokter Lintas Batas sedang memberikan perawatan bedah dan rawat inap, sekaligus menyiapkan sumbangan obat-obatan serta perlengkapan medis ke rumah sakit dan fasilitas kesehatan, di Gaza.

“Situasi di Gaza sangat buruk; rumah sakit kewalahan. Jumlah korban luka sangat tinggi, jumlah pasien yang terluka terus-menerus masuk ke semua rumah sakit di Jalur Gaza. Tim medis kelelahan dan bekerja sepanjang waktu untuk merawat korban luka,” kata Léo Cans, kepala misi MSF untuk Palestina, yang berbasis di Yerusalem dalam keterangan resminya, Rabu (11/10/2023).

Dia menambahkan pengeboman sangat intens. Seluruh bangunan hancur, termasuk bangunan tepat di sebelah kantor MSF. Perkiraan terbaru menyebutkan jumlah pengungsi sekitar 200 ribu, sebagian besar adalah mereka yang menerima pesan SMS dan rumahnya hancur.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kini pemerintah Israel memutuskan untuk memutus complete pasokan air dan listrik, dan jaringan telepon pun rusak parah. Pagi ini, pihak MSF tidak dapat menghubungi tim di Gaza melalui telepon. Hal ini membuat sangat sulit untuk mengkoordinasikan operasi penyelamatan dan memberikan akses kepada korban cedera.

“Di Gaza saat ini, orang-orang ketakutan. Saya sering berbicara dengan rekan-rekan kami di sana. Mereka adalah orang-orang yang sangat tangguh karena, sayangnya, mereka telah melalui banyak peperangan, namun situasi saat ini menyebabkan mereka sangat cemas,” tambahnya.

MSF juga sangat prihatin melihat fasilitas medis tidak luput dari serangan. Salah satu rumah sakit juga menjadi sasaran serangan udara dan rusak.

Serangan udara lainnya menghancurkan sebuah ambulans yang membawa korban luka, tepat di depan rumah sakit tempat mereka bekerja.

“Tim MSF yang sedang mengoperasi seorang pasien harus segera meninggalkan rumah sakit. Kami ulangi: fasilitas medis harus dihormati. Ini bukanlah sesuatu yang harus dinegosiasikan,” tandasnya.

Simak Video “IDI Beberkan Kronologi Penemuan Kasus Dokter Gadungan Susanto
[Gambas:Video 20detik]
(kna/naf)

Ressa Herlambang Dibawa ke RS Imbas Infeksi Ginjal, Sempat Dehidrasi-Muntah


Jakarta

Penyanyi Ressa Herlambang baru-baru ini dilarikan ke RS karena mengalami infeksi ginjal dan usus. Ia mengaku sempat tak sadarkan diri selama dua hari akibat penyakit tersebut.

Ressa membagikan kabar terbaru terkait kesehatannya di media sosial Instagram. Dalam video yang diunggahnya, penyanyi berusia 36 tahun itu mengatakan sempat merasakan beberapa gejala sebelum dibawa ke RS. Di antaranya yakni sakit kepala, dehidrasi, dan muntah-muntah.

“Aku seperti kayak kekurangan cairan gitu, dan buang-buang air, dan muntah-muntah,” ujar Ressa dalam video yang diunggahnya.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ressa mengatakan sebelumnya dia memang memiliki masalah di kepala akibat kekurangan oksigen.

“Memang sebelumnya aku ada masalah di kepalaku karena aku sedikit kekurangan oksigen, dan ini juga lagi rawat jalan. Karena aku hampir nggak sadar aku dikasih alat pacu jantung supaya tetap kesadaran aku stabil,” imbuhnya.

Selama di rumah sakit, Ressa sempat tak sadarkan diri selama dua hari karena kondisi tubuhnya yang sangat lemas.

“Kondisi aku lemas banget, aku sempat tak sadarkan diri selama dua hari. Akhirnya aku diinfus lagi untuk kedua kalinya di rumah sakit,” katanya.

Setelah melakukan pemeriksaan radiologi, dokter menemukan Ressa mengalami infeksi pada ginjal dan ususnya. Namun, kondisinya tidak membahayakan.

Ressa pun kini sudah dipindahkan dari ruang IGD ke ruang perawatan untuk mendapat penanganan lebih lanjut.

Ressa pun mendapat banyak dukungan dari para netizen yang mendoakan kesembuhannya.

“Terima kasih doa dan help dukungan dari temen temen semua .. Allah bales doa dan kebaikan kalian berkali kali lipat amiin. Allahuma amiin,” pungkasnya.

Simak Video “Penjelasan Psikolog soal Hoarding Dysfunction
[Gambas:Video 20detik]
(ath/naf)

Tangan Wanita Ini Terpaksa ‘Ditambal’ Pakai Semen, Patah Imbas Kanker Tulang


Jakarta

Hani Hanafiah, seorang wanita di Bandung menceritakan perjuangannya melawan kanker tulang osteosarkoma. Awalnya, ia hanya mengeluh pegal di tangan kanannya dan kondisinya semakin parah.

Sampai di Juli 2022, Wanita 26 tahun itu pertama kali didiagnosis kanker tulang. Hani mulai dirujuk untuk rontgen dan biopsi.

“Saya mulai dirujuk untuk ronsen, setelah ronsen fotonya tuh nggak kelihatan dan harus di MRI. Nah, dari sana ada kemungkinan tumor tulang dan harus dibiopsi. Setelah biopsi ternyata kanker tulang,” ungkap Hani pada detikcom, Minggu (17/9/2023).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah menjalani operasi awal untuk rekonstruksi tulang, ternyata ada infeksi tulang kronis hingga harus operasi lagi. Meski tangan Hani tidak menunjukkan adanya perubahan, sel tumor ganas di bagian itu tidak ditemukan lagi.

Sampai akhirnya, Hani kembali menjalani operasi besar kedua. Di saat inilah, tulang di tangannya diganti dengan semen tulang.

“Sekarang kondisi (tulang) saya sudah semen,” katanya.

Apa Itu Semen Tulang?

Dikutip dari Science Direct, semen tulang adalah sekelompok bahan yang terdiri dari komponen bubur dan cair yang akan membentuk pasta plastik. Itu akan mengisi ruang dan mengeras sendiri setelah ditanamkan ke dalam tubuh.

Teknik yang digunakan untuk memasukkan semen tulang ke dalam tulang bergantung pada lokasi atau komponen yang akan diperbaiki, serta pilihan dan pengalaman ahli bedah.

Dikutip dari laman Research, meski disebut ‘semen’, semen tulang tidak memiliki sifat perekat. Tetapi, itu tergantung pada mekanisme yang saling terkait antara permukaan tulang yang tidak beraturan dan prostesis.

Ini juga digunakan untuk mengisi lubang kecil dan retakan pada kulit.

Simak Video “Kemenkes Bantah soal Polusi Sengaja Dibuat untuk Munculkan Pandemi 2.0
[Gambas:Video 20detik]
(sao/suc)

Kisah Wanita Koma Imbas Pembengkakan Otak Parah usai Tak Sengaja Hirup Lada


Jakarta

Seorang wanita di Brasil mengalami pembengkakan otak yang serius hingga harus menjalani pengobatan di rumah sakit. Diketahui, kondisi itu terjadi setelah wanita bernama Thais Medeiros itu mengendus lada yang tremendous pedas.

Insiden terjadi pada bulan Februari, saat gadis berusia 25 tahun itu membantu pacarnya memasak makan malam untuk orang tua di rumahnya di Anápolis, Brasil tengah.

Situasinya menjadi lebih buruk setelah Thais mengendus acar lada kambing, jenis lada pedas yang populer di wilayah tersebut. Tak lama, wanita itu mengalami sakit tenggorokan dan dilarikan ke rumah sakit di Anápolis. Dia kemudian dipindahkan ke sebuah fasilitas di kampung halamannya, Goiânia.

Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Thais mengalami pembengkakan otak, yang dikenal sebagai edema. Para ahli meyakini hal itu disebabkan oleh reaksi alergi terhadap lada.

Dikutip dari New York Put up, penyakit yang dialami Thais sangat parah hingga membuatnya koma selama beberapa hari. Ibunya, Adriana Medeiros, mengatakan bahwa putrinya itu juga memiliki penyakit bawaan termasuk bronkitis dan asma.

Hingga pada 31 Juli, kondisi Thais mulai membaik dan diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Namun, sekitar empat hari kemudian Thais harus kembali dirawat karena mengalami demam tinggi dan urine berwarna kemerahan.

Setelah dirawat lagi, Thais sebenarnya sudah dijadwalkan pulang dari rumah sakit pada 10 Agustus. Tetapi, itu dibatalkan karena Thais mengalami bronkospasme, yakni penyempitan saluran udara di paru-paru.

Saat ini, belum ada kabar yang pasti kapan Thais bisa diperbolehkan pulang. Sebab, saat ini ia masih tidak dapat berbicara atau berjalan setelah kejadian tersebut.

Dokter khawatir dia tidak dapat melanjutkan aktivitas normalnya karena masalah neurologis yang disebabkan oleh kekurangan oksigen. Ibunya yang putus asa hanya ingin putrinya pulang.

“Anak-anak perempuan (yang lain) bertanya mengapa dia tidak pulang ke rumah, dan saya selalu memikirkannya,” kata Adriana.

“Saat saya membuatkan makanan yang dia sukai, saya ingat momen kami bersama dan itu sangat menyakitkan,” pungkasnya.

Simak Video “Penjelasan Elon Musk Tentang Prosedur Pemasangan Chip Otak Miliknya
[Gambas:Video 20detik]
(sao/naf)

Terbukti dari Tes DNA, Bos Wagner Prigozhin Tewas Imbas Kecelakaan Pesawat

Jakarta

Kepala tentara bayaran Wagner, Yevgeny Prigozhin, secara resmi dipastikan tewas setelah analisis genetik atau DNA dari mayat yang ditemukan dalam kecelakaan pesawat pada Rabu (23/8/2023).

Komite Investigasi Rusia (SK) mengatakan, identitas 10 korban telah diketahui dan sesuai dengan daftar penumpang penerbangan. Jet pribadi Prigozhin jatuh di barat laut Moskow pada 25 Agustus, menewaskan semua penumpangnya.

“Pengujian genetik molekuler telah selesai,” kata Komite Investigasi (SK) dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Day by day Star.

Kabar terbaru ini muncul setelah jenazah Prigozhin diidentifikasi secara tidak resmi oleh komandan kelompok tentara bayaran yang dipimpinnya pada Kamis (24/8).

Saluran Telegram VChK-OGPU melaporkan jenazah bos militer itu dikenali berkat jari tangan kirinya yang hilang sebagian, cedera yang dialaminya saat menjalani hukuman di penjara Gulag.

Kecelakaan yang menewaskan Prigozhin ini disebut-sebut atas perintah penguasa lalim Rusia Vladimir Putin, setelah pemimpin tentara bayaran tersebut berusa amelakukan kudeta, menggiring ribuan mantan narapidana ke Moskow sebelum pemberontakan.

Salah satu sumber menyatakan bahwa sebuah bom ditanam di pesawat dengan sekotak ‘anggur mahal’ yang telah dimuat ke dalam pesawat beberapa saat sebelum lepas landas, yang diduga menyembunyikan bahan peledak.

Akun media sosial Wagner juga mengklaim pesawat itu ditembak jatuh oleh pertahanan udara Rusia.

Apa Itu Tes DNA/Genetik?

Tes DNA dilakukan untuk menganalisa susunan nukleotida berisi informasi genetik seseorang. Tes ini secara umum dapat bermanfaat mulai dari mengungkap garis keturunan hingga potensi risiko penyakit. Untuk melakukan tes DNA diperlukan sampel dari tubuh seseorang. Sampel tersebut kemudian akan dianalisa oleh teknisi di laboratorium.

Dikutip dari Nationwide Institute of Justice, sampel paling umum yang digunakan untuk tes DNA adalah darah, usapan mulut atau disebut buccal swab, hingga rambut yang dicabut seperti dari kepala dan kemaluan.

Simak Video “Siti Nurbaya Soroti Alat Ukur Kualitas Udara Cuma PM 2,5
[Gambas:Video 20detik]
(suc/vyp)

Dokter Paru ‘Sambut Baik’ WFH Pekerja Imbas Polusi Udara Buruk di Jakarta


Jakarta

Mengatasi masalah polusi udara, pemerintah kini mendorong kebijakan do business from home (WFH) untuk pekerja kantoran di Jakarta. Aturan bekerja secara hibrida atau hybrid working juga diusulkan sebagai upaya menurunkan polusi udara yang terpantau semakin parah beberapa waktu terakhir.

Terkait rencana tersebut, spesialis paru sekaligus Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof dr Tjandra Y Aditama, SpP menyambut baik langkah apapun dalam mengurangi efek buruk polusi udara, termasuk WFH.

“Segala upaya untuk mengurangi dampak polusi udara tentu perlu dilakukan saat ini, di mana angka polutan sedang tinggi-tingginya dan tentu mengganggu kesehatan paru dan saluran napas,” ujar Prof Tjandra saat dihubungi detikcom, Selasa (15/8/2023).

Dia mengharapkan agar ada langkah serius untuk menurunkan polusi udara. Karena kemacetan adalah salah satu penyebab kualitas udara buruk, maka WFH dapat menjadi salah satu jalan keluar untuk menangkal efek polusi.

Tetapi WFH saja tak cukup. Menurutnya perlu ada aturan untuk mengurai kemacetan dan kebijakan lain seperti pembakaran sampah atau pembangunan gedung yang banyak menimbulkan debu, yang menjadi salah satu penyebab adanya polutan berpotensi mengiritasi saluran napas.

“Mengatasi juga polusi akibat industri atau pabrik kalau ada, semuanya baik di Jakarta maupun dari provinsi tetangga,” pungkas Prof Tjandra.

Simak Video “Suggestions Kurangi Potensi Gangguan Kulit Akibat Polusi Udara Ekstrem
[Gambas:Video 20detik]
(kna/vyp)

Fakta-fakta Varian COVID Baru ‘Eris’, Bikin Inggris Ketar-ketir Imbas Lonjakan Kasus

Jakarta

Belum kelar dengan subvarian COVID-19 XBB, kini Inggris tengah diterpa dengan varian baru bernama ‘Eris’ atau subvarian Omicron EG.5.1. Para ahli khawatir munculnya varian baru ini dapat memicu gelombang baru COVID-19 di negara tersebut.

Hal ini dikarenakan ‘cicit’ Omicron itu menyebabkan lonjakan kasus, termasuk rawat inap di rumah sakit.

“Tingkat kasus COVID-19 terus meningkat minggu ini dibandingkan dengan laporan kami sebelumnya. 5,4 persen dari 4.396 spesimen pernapasan yang dilaporkan melalui Sistem Information Mart Pernapasan diidentifikasi sebagai COVID-19. Ini dibandingkan dengan 3,7 persen dari 4.403 dari laporan sebelumnya,” kata Badan keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) dalam sebuah laporan.

‘Varian’ yang Paling Dominan Nomor 2 di Inggris

Kepala UKHSA menyebut varian ini memiliki keunggulan pertumbuhan 20,5 persen dibandingkan jenis varian maupun subvarian lainnya. Artinya, ia memiliki sifat lebih menular dibandingkan varian maupun subvarian yang tengah beredar di negara tersebut.

Berdasarkan information, subvarian Omicron itu telah menyumbang 14,6 persen kasus, menjadikannya yang paling umum kedua di Inggris setelah subvarian Omicron XBB1.16. Tingkat pertumbuhan didasarkan pada sampel pengujian positif yang dilakukan di rumah sakit.

“Arcturus Subvarian Omicron atau disebut XBB.1.16, itu adalah varian yang paling dominan, menyebabkan 39,4 persen dari semua kasus,” menurut information UKHSA.

Tengah Dipantau Ketat WHO

Varian ‘Eris’ ini telah diklasifikasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagai variant beneath monitoring (VUM) atau varian yang diawasi pada Juli. Hal ini menyusul prevalensinya yang tercatat di Inggris dan meningkatnya kasus secara internasional, khususnya di Asia.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan meski orang sudah terlindungi dengan vaksin dan infeksi yang terjadi sebelumnya, negara tetap tak boleh lengah.

WHO juga mewanti-wanti bagi orang yang berisiko tinggi, seperti lanjut usia dan komorbid, untuk memakai masker di tempat ramai, mendapat booster jika direkomendasikan, dan memastikan ventilasi udara yang memadai di dalam ruangan.

“Dan kami mendesak pemerintah untuk mempertahankan dan tidak membongkar sistem yang mereka bangun untuk COVID-19,” lanjutnya lagi.

NEXT: Gejala hingga Perlukah Khawatir?

Simak Video “Muncul Varian Baru Virus Covid-19 Bernama Eris
[Gambas:Video 20detik]

Cerita Korban Kanker Imbas Bedak Tabur J&J, Ada yang Sampai Meninggal

Jakarta

Johnson & Johnson dituntut untuk membayar denda 18,8 juta greenback AS (Rp 282,4 miliar) kepada Emory Hernandez Valadez (24) pada pertengahan Juli lalu. Gugatan itu dilayangkan lantaran setelah Valadez menuduh bedak tabur dari J&J membuatnya terkena kanker mesothelioma.

Dalam tuntutan yang dilayangkan, kuasa Valadez mengungkapkan kliennya mengalami mesothelioma akibat paparan asbes dan karsinogen lain yang terkandung dalam bedak J&J yang digunakan semasa kanak-kanak.

Imbas tuntutan tersebut, J&J berupaya mengajukan kebangkrutan agar bisa terhindar dari membayar ganti rugi. Tapi, permintaan itu ditolak pengadilan banding AS dengan alasan J&J dan perusahaan baru yang mereka dirikan, Manajemen LTL, tidak dalam kesulitan keuangan yang cukup untuk memenuhi syarat perlindungan kebangkrutan.

“Sudah waktunya omong kosong dihentikan dan J&J menerima tanggung jawab,” ujar pengacara yang mewakili korban kanker, Andy Birchfield, dikutip dari Enterprise Wire, Minggu (30/7/2023).

Bukan Kasus Pertama

Reuters, sebuah perusahaan berita di Inggris, melakukan investigasi terhadap kasus kanker akibat bedak tabur J&J. Hasil penyelidikan menemukan kalau Valadez bukanlah pengidap kanker pertama yang mengajukan gugatan ke perusahaan tenar tersebut.

Lewat laman resminya, Reuters mengungkapkan ada sekitar 11.700 pasien kanker yang mengklaim penyakit mereka disebabkan oleh asbestos dan karsinogen yang ada dalam bedak J&J. Salah satu kasus yang paling mengundang perhatian saat itu adalah milik Darlene Coker pada 1997.

Kala itu, Coker dan pengacaranya, Herschel Hobson, mengajukan gugatan kepada J&J. Mereka mengklaim bedak tabur J&J membuat Coker mengidap mesothelioma. Hobson bahkan melakukan cross-check berbagai laboratorium untuk membuktikan kandungan asbestos di bedak milik J&J.

Di sisi lain, J&J saat itu sudah menerima laporan kalau ditemukan kandungan asbestos dalam bedak tabur mereka. Namun, fakta ini tidak pernah terungkap. Karena minimnya bukti, Hobson dan Coker terpaksa membatalkan tuntutan mereka.

“Mereka (J&J) tahu apa masalahnya, dan mereka menyembunyikan itu,” sesal Hobson terkait sikap J&J yang menyembunyikan laporan temuan asbestos dalam produk mereka, dikutip dari Reuters, Minggu (30/7).

Pada akhirnya, Coker tidak mengetahui kenapa dia sampai mengidap mesothelioma bahkan sampai menghembuskan napas terakhirnya pada 2009 silam.

Simak Video “J&J Setuju Bayar Rp 133 T soal Kasus Bedak Talek Sebabkan Kanker
[Gambas:Video 20detik]
(ath/kna)