Tag: Jalani

Detik-detik Pria Pertama di Dunia yang Sukses Jalani Transplantasi Mata


Jakarta

Seorang pria di Arkansas, Amerika Serikat, bernama Aaron James tersengat listrik 7.200 volt saat wajahnya menyentuh kabel pada Juni 2021.

Dikutip dari New York Submit, pria yang berusia 46 tahun ini mengalami luka-luka sangat parah, termasuk kehilangan mata kiri, seluruh hidung dan bibir, gigi depan, space pipi kiri, dan dagu.

Meskipun masa depan seorang veteran militer ini terlihat suram, pada awal 2023 di sebuah ruang operasi New York, James kembali memiliki harapan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Para ahli bedah di NYU Langone Well being mencetak sejarah medis terkait operasi transplantasi mata yang belum pernah terjadi sebelumnya.

“Kami tidak bisa mendapatkan pasien yang lebih tepat. Aaron sangat termotivasi untuk mendapatkan kembali fungsi dan kemandirian yang hilang setelah kecelakaannya,” terang Dr Eduardo D Rodriguez, seorang ahli bedah yang memimpin prosedur ini, dalam sebuah rilis berita.

Tim medis mempertahankan sebanyak mungkin saraf optiknya saat pertama kali merencanakan rekonstruksi wajah parsial pada Juni, tahun lalu.

Setelah mata dan wajah donor tersedia, operasi rumit ini melibatkan tim yang terdiri dari lebih dari 140 dokter bedah, perawat, dan profesional kesehatan lainnya. Operasi ini berjalan selama 21 jam pada tanggal 27 Mei 2023.

“Saya sangat berterima kasih kepada donor dan keluarganya yang telah memberi saya kesempatan kedua dalam hidup di tengah masa-masa sulit mereka. Saya harap keluarga menemukan penghiburan dengan mengetahui bahwa bagian dari donor tetap hidup bersama saya,” terang James, dikutip dari The Solar.

“Saya juga akan selalu berterima kasih kepada Dr Rodriguez dan timnya yang telah mengubah hidup saya,” tuturnya.

Kecelakaan yang Mengerikan

Aaron mengalami sengatan listrik ketika dia sedang memindahkan kabel ke tiang listrik baru sambil berdiri di atas ember. Veteran Garda Nasional Angkatan Darat AS ini tak sengaja membenturkan wajahnya ke kabel ketika sengatan listrik terjadi hingga membuat ibu jarinya putus dan membakarnya.

Sengatan listrik tersebut menyebabkan dia mengalami stroke, gagal ginjal, luka bakar pada gusi. Walhasil, dokter harus mencabut tujuh giginya dan mengamputasi lengannya.

Wajahnya tersisa dengan luka di pipi, benjolan di bagian hidung, lubang kecil untuk mulut, dan lubang di mata kirinya.

Aaron mengatakan luka-luka yang memilukan itu membuatnya menangis dan dia harus mengenakan penutup mata dan masker di depan umum agar tidak menarik perhatian.

“Itu sangat memilukan,” katanya kepada Folks.

“Saya ingin menyimpan wajah lama saya dalam ingatan saya. Saya tidak ingin itu menjadi wajah saya. Saya tidak ingin melihatnya,” sambungnya.

Dia hanya bisa makan makanan yang dihaluskan dan bernapas melalui selang di tenggorokannya.

Kondisi Terkini Setelah Transplantasi

Meskipun masih belum diketahui apakan James akan mendapatkan kembali penglihatannya, matanya telah menunjukkan perkembangan dan terdapat aliran darah langsung ke retina, yakni bagian mata yang mengirimkan gambar ke otak.

Dia juga sudah bisa membuka mulutnya, mengecap dan makan, serta menumbuhkan jenggot.

“Fakta bahwa kami telah berhasil melakukan transplantasi seluruh mata pertama yang berhasil dengan wajah adalah prestasi luar biasa yang selama ini dianggap tidak mungkin dilakukan,” kata Dr Rodriguez

“Kami telah membuat satu langkah besar ke depan dan telah membuka jalan untuk babak berikutnya untuk memulihkan penglihatan,” sambungnya lagi.

Simak Video “Ini Isi Kandungan Narkoba Keripik Pisang dan Joyful Water
[Gambas:Video 20detik]
(naf/naf)

Vidi Aldiano Curhat Jadi ‘Most cancers-Warrior’, 3 Tahun Jalani Pengobatan Kanker


Jakarta

Penyanyi Vidi Aldiano membagikan perjalanannya menjadi ‘cancer-warrior’. Baru-baru ini dia mengunggah fotonya menjalani terapi ditemani sang bunda untuk memulihkan kondisinya.

“Sudah memasuki tahun ketiga dimana gue menjadi ‘Most cancers-warrior’. Jarang sebenernya mau replace hal-hal seperti ini, tapi hari ini I simply really feel like sharing. Mungkin banyak yang belum tahu bahwa tahun lalu, titipan Tuhan berupa kanker ini sudah menyebar ke beberapa titik,” tulis Vidi di akun Instagram pribadinya dilihat detikcom, Senin (18/9/2023).

Penyanyi berusia 33 tahun itu masih menjalani serangkaian perawatan usai mengetahui kanker yang sempat diidapnya telah menyebar ke beberapa titik. Meski demikian, dia tak gentar dan tetap menjalani hidupnya dengan ikhlas.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Selama gue masih diberikan kekuatan melawan penyakit ini, gue ga boleh cupu. Gue harus bisa residing my life,” tambah Vidi.

Sebagai informasi, suami Sheila Dara ini telah menjalani operasi pengangkatan satu ginjalnya usai terkena kanker pada Desember 2019 lalu. Dia menjalani operasi kanker ginjal di Singapura.

Pelantun Standing Palsu itu juga masih menjalani perawatan rutin setiap bulannya karena masih suka merasakan sakit. Ada kalanya sakit pada ginjalnya kambuh.

Simak Video “Inggris Luncurkan Obat Suntik untuk Kanker Pertama di Dunia
[Gambas:Video 20detik]
(kna/kna)

Kelly Tandiono Jalani ‘Clear Consuming’ demi Jaga Badan, Pantang Makan Gorengan


Jakarta

Sosok Kelly Tandiono tak jarang menjadi sorotan netizen gegara physique targets miliknya. Tak heran. Memang di balik kiprahnya sebagai aktris, presenter, sekaligus mannequin, ia gemar berolahraga dibarengi pola makan yang ‘clear’. Seperti apa sih asupan makannya sehari-hari?

“Sejujurnya aku makannya nggak bebas juga sih. Aku nggak makan gorengan, I do even have clear consuming,” ungkapnya saat ditemui detikcom di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (27/7/2023).

“Misalnya aku lagi mau ada trend present, competitors, atau huge present sih, (atau) aku syuting. Jadi biar lebih sehat saja,” pungkas Kelly.

Dalam pola makan ‘clear’-nya tersebut, Kelly terbiasa menghindari makanan yang digoreng. Selain itu, ia juga jarang menyantap camilan. Pun dirinya sedang ‘craving’ camilan, ia pasti memilih kudapan sehat. Walaupun memang sesekali saat akhir pekan, Kelly menikmati momen ‘cheat day’-nya.

“Aku camilannya pagi-pagi cuma buah-buahan biasanya pagi-pagi. Lunch mungkin salad. After which dinner, mixture of protein and greens. Tergantung. Tapi kadang kalau weekend makan bakso. Jadi tergantung. Cheat days, relies upon,” beber Kelly.

Weight loss plan Ala Kelly Bukan Untuk Sembarangan Ditiru

Namun begitu, Kelly tak menganjurkan orang-orang untuk langsung meniru pola makannya demi memiliki tubuh bugar dan bentuk ala ‘physique targets’. Pasalnya ia meyakini, setiap tubuh memiliki sifat dan kebutuhannya masing-masing. Walhasil, cara paling tepat untuk food plan pada setiap orang pun bisa berbeda.

“Kamu perlu mendengarkan tubuhmu dan mengerti tubuhmu juga sih. Jika kamu tidak mengerti (kebutuhan tubuhmu), mungkin lebih baik untuk ke nutrisionis. Karena setiap orang badannya asupannya berbeda-beda. Jadi no matter I mentioned, perhaps completely different for you,” pungkas Kelly.

Simak Video “Ideas Weight loss plan ala Fadli Zon yang Berat Badannya Turun 32 Kg
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/kna)

Pria Swiss Jadi Orang Ke-6 Dinyatakan ‘Sembuh’ HIV, Sempat Jalani Pengobatan Ini


Jakarta

Seorang pria yang dijuluki sebagai pasien Jenewa dinyatakan ‘sembuh secara efektif’ dari Human Immunodeficiency Virus (HIV). Pria di Swiss itu mengalami remisi jangka panjang HIV pasca menerima terapi berisiko pada 2018.

Sebelumnya, ada lima kasus serupa lainnya yang telah dinyatakan ‘sembuh’ dari HIV. Namun, kasus pasien Jenewa ini terbilang paling unik.

Terapi yang Dilakukan

Diketahui, pasien tersebut ‘sembuh’ setelah menjalani terapi pengobatan sel punca di tahun 2018. Ia menerima transplantasi sel punca untuk melawan kanker leukemia yang sangat agresif dan ganas.

Uniknya, pasien Jenewa itu menerima sel punca dari donor yang tidak memiliki mutasi gen langka, CCR5. Gen tersebut berguna untuk menghalangi virus HIV memasuki sistem kekebalan seseorang, serta membuat sel secara alami kebal terhadap virus tersebut.

Setelah menjalani pengobatan tersebut, pasien Jenewa itu dinyatakan ‘sembuh’ dari HIV. Di dalam tubuhnya sudah tidak terdeteksi virus setelah menghentikan pengobatan antiretroviral atau obat yang berguna mengurangi jumlah virus di dalam darah.

Pria itu menggunakan terapi antiretroviral itu hingga November 2021, dan dokter menyuruh berhenti setelah menjalani transplantasi sumsum tulang atau sel punca.

“Apa yang terjadi pada saya luar biasa, ajaib,” ucapnya dikutip dari Euronews, dalam sebuah pernyataan.

Peneliti Belum Yakin Pasien Bisa ‘Sembuh Whole’

Meski sampai saat ini pasien Jenewa itu telah menghentikan pengobatan antiretroviral, para peneliti belum sepenuhnya yakin bahwa virus HIV tidak akan kembali pada pasien.

Sebab, pada dua kasus HIV di Boston yang menggunakan sel punca yang tidak mengandung gen CCR5. Efeknya, virus itu muncul lagi beberapa bulan setelah mereka berhenti menggunakan antiretroviral.

“jika masih belum ada tanda-tanda virus setelah 12 bulan kemungkinan virus itu tidak terdeteksi di masa mendatang akan meningkat secara signifikan,” ucap Asier Saez-Cirion, seorang ilmuwan di Institut Pasteur Prancis yang mempresentasikan kasus tersebut di Brisbane.

“Pasien Jenewa tetap ‘bebas’ HIV karena mungkin transplantasi menghilangkan semua sel yang terinfeksi tanpa memerlukan mutasi yang terkenal atau mungkin pengobatan imunosupresifnya, yang diperlukan setelah transplantasi, berperan,” pungkasnya.

Simak Video “HIV Meningkat Lagi, Mulai Lakukan Ini untuk Pencegahan
[Gambas:Video 20detik]
(sao/suc)

Cegah Pneumonia Untuk Jalani Hidup Berkualitas Dengan Orang Tersayang

Pneumonia adalah kondisi inflamasi yang terjadi saat seseorang mengalami infeksi pada kantung-kantung udara dalam paru-paru.

Kantung udara yang terinfeksi tersebut akan terisi oleh cairan maupun pus (dahak purulen). Gangguan ini dapat menyebabkan batuk berdahak atau bernanah, demam, menggigil, hingga kesulitan bernapas

Infeksi yang ditimbulkan pneumonia bisa terjadi pada salah satu sisi paru-paru maupun keduanya. Penyebab utama dari gangguan inflamasi ini adalah infeksi virus, bakteri, ataupun jamur. Pneumonia lebih dikenal sebagai paru-paru basah di Indonesia. Penyakit ini bukan hanya dapat menimpa orang dewasa, melainkan juga terjadi pada anak-anak, bahkan bayi yang baru lahir.
Baik pneumonia virus dan bakteri adalah penyakit yang menular. Berarti, seseorang yang mengidapnya dapat menyebarkan ke orang lain melalui menghirup tetesan udara dari bersin atau batuk. Maka dari itu, pengidap gangguan ini perlu menghindari cairan keluar dari mulutnya dengan menggunakan masker.

Penyebab Pneumonia
Penyebab dari pneumonia beragam, tetapi berdasarkan organisme dan tempat penyebarannya, pneumonia dibedakan menjadi dua, yaitu pneumonia komunitas yang penyebarannya terjadi di komunitas (lingkungan umum) dan pneumonia yang ditularkan di rumah sakit.

Berikut beberapa kategori penyebab pneumonia:

1. Pneumonia yang didapat di lingkungan umum
Organisme yang bisa menjadi penyebab pneumonia ditularkan di lingkungan umum berbeda dengan di rumah sakit, umumnya organisme yang mengakibatkan pneumonia yang ditularkan pada rumah sakit lebih sulit untuk diobati.

Contoh organisme yang menyebabkan pneumonia yang ditularkan di tempat umum, antara lain:

•    Bakteri, yang paling sering adalah Streptococcus pneumoniae.
•    Organisme yang menyerupai bakteri, Mycoplasma pneumonia.
•    Jamur, biasanya jamur akan menyerang orang dengan gangguan sistem imun.
•    Virus.

2. Pneumonia yang didapat di rumah sakit
Beberapa orang dapat terkena gangguan pada paru-paru ini saat dirawat di rumah sakit karena penyakit lain. Penyakit ini bisa terjadi di rumah sakit dan menjadi serius karena bakteri yang menyebabkannya mungkin lebih kebal terhadap antibiotik.
Selain itu, hal ini juga bisa lebih berbahaya karena orang yang mengidapnya terkena suatu penyakit. Orang yang menggunakan mesin pernapasan (ventilator), sering digunakan di unit perawatan intensif, berisiko lebih tinggi terkena pneumonia jenis ini.

3. Pneumonia yang didapat dari perawatan kesehatan
Penyakit paru-paru yang didapat dari perawatan kesehatan ini rentan terjadi pada orang yang dirawat di fasilitas perawatan dalam jangka panjang atau rutin menerima perawatan di klinik rawat jalan, termasuk pusat dialisis ginjal. Layaknya penyebab infeksi yang didapat di rumah sakit, gangguan inflamasi pada paru-paru ini dapat disebabkan oleh bakteri yang lebih resisten terhadap antibiotik.
Faktor Risiko Pneumonia

Meskipun bisa terjadi pada siapa saja, tetapi beberapa orang lebih rentan untuk terkena pneumonia, seperti:

•    Anak-anak usia 2 tahun dan di bawah 2 tahun.
•    Orang dewasa di atas usia 65 tahun.
•    Dirawat di rumah sakit dalam waktu yang lama.
•    Dirawat di ruang ICU dan menggunakan ventilator (alat bantu napas).
•    Memiliki penyakit paru kronik atau penyakit jantung.
•    Merokok.
•    Orang yang memiliki imunitas tubuh rendah (seperti pengidap HIV) atau orang yang mengonsumsi obat yang mensupresi sistem imun, dan sedang berada di rangkaian pengobatan kemoterapi.

Gejala Pneumonia
Indikasi dan juga gejala ringan pneumonia umumnya menyerupai gejala flu, seperti demam dan batuk. Gejala tersebut memiliki durasi yang lebih lama bila dibandingkan flu biasa. Jika dibiarkan dan tidak diberikan penanganan, gejala yang berat dapat muncul, seperti:

•    Nyeri dada pada saat bernapas atau batuk.
•    Batuk berdahak.
•    Mudah lelah.
•    Demam dan menggigil.
•    Mual dan muntah.
•    Sesak napas.
•    Gangguan pada kesadaran (terutama pada pengidap yang berusia >65 tahun).
•    Pada pengidap yang berusia >65 tahun dan punya gangguan sistem imun, umumnya mengalami hipotermia.

Pada anak-anak dan bayi, biasanya gejala yang muncul berupa demam tinggi, anak tampak selalu kelelahan, tidak mau makan, batuk produktif, dan sesak napas, hingga napas anak menjadi cepat.
Prognosis Pneumonia

Pertama-tama, dokter akan bertanya tentang gejala dan riwayat kesehatan yang pernah dialami, termasuk juga kebiasaan tidak sehat yang rutin dilakukan. Setelahnya, dokter akan mendengarkan suara dari paru-paru. Pengidap pneumonia umumnya mengalami adanya suara retak, menggelegak, atau bahkan gemuruh saat menarik napas.
Beberapa pemeriksaan yang umum dilakukan adalah:

•    Tes darah.
•    Rontgen dada.
•    Oksimetri nadi.
•    Tes dahak.

Selain itu, ada beberapa pemeriksaan lebih dalam jika seseorang memiliki masalah kesehatan lain atau dicurigai tertular saat di rumah sakit, yaitu:

•    Tes fuel darah arteri.
•    Bronkoskopi.
•    CT Scan.
•    Kultur cairan pleura.

Memang, pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan adalah melalui pencitraan, yaitu foto rontgen dada. Dari hasil pemeriksaan tersebut, dokter melihat lokasi dari infeksi yang terjadi. Selain itu, pemeriksaan laboratorium darah dilakukan untuk mengetahui organisme apa yang menyebabkan terjadinya infeksi.

Pengobatan Pneumonia
Pengobatan dan penanganan untuk kasus pneumonia adalah dengan mengatasi infeksi yang terjadi dan memberikan terapi suportif. Dokter akan memberikan antibiotik yang harus dikonsumsi sampai habis jika infeksi disebabkan karena bakteri. Sedangkan terapi suportif yang diberikan dapat berupa:

•    Obat penurun demam jika pengidap menderita demam tinggi dan membuat aktivitas terganggu.
•    Obat batuk untuk mengurangi frekuensi batuk maupun mencairkan dahak yang tidak bisa keluar.

Dokter juga menganjurkan agar pengidap dirawat inap, jika terjadi beberapa kondisi ini:

•    Berusia >65 tahun.
•    Mengalami gangguan kesadaran.
•    Memiliki fungsi ginjal yang tidak baik.
•    Tekanan darah sangat rendah (<90/<60 mmHg).
•    Napas sangat cepat (pada devassa >30 x/menit).
•    Suhu tubuh di bawah regular.
•    Denyut nadi <50x/menit atau >100x/menit.
 
Komplikasi Pneumonia
Komplikasi pneumonia lebih sering terjadi pada anak kecil, orang tua dan mereka yang sudah memiliki kondisi kesehatan sebelumnya, seperti diabetes. Komplikasi pneumonia yang mungkin bisa terjadi yaitu:

•    Radang selaput dada, yaitu kondisi yang terjadi saat lapisan tipis antara paru-paru dan tulang rusuk (pleura) meradang. Hal ini dapat menyebabkan kegagalan pernapasan.
•    Tulang rusuk (pleura) meradang, yang dapat menyebabkan kegagalan pernapasan.
•    Abses paru-paru, yaitu komplikasi langka yang kebanyakan ditemukan pada orang dengan penyakit serius yang sudah ada sebelumnya atau memiliki riwayat penyalahgunaan alkohol yang parah.
•    Keracunan darah (sepsis), juga merupakan komplikasi yang jarang tapi berakibat serius.
 

Pencegahan Pneumonia
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya pneumonia, yaitu:

•    Mendapatkan vaksinasi: Hal ini adalah cara paling utama untuk mencegah terjadinya pneumonia. Pastikan kamu mendapatkannya agar kemungkinan untuk terserang penyakit ini semakin kecil. Vaksin perlu diberikan pada anak-anak, terutama yang di

bawah usia 2 tahun dan usia 2-5 tahun dengan jenis yang berbeda. Perlu juga untuk memberikan suntikan flu pada anak di atas usia 6 bulan.

•    Mempraktekkan kebersihan yang baik: Pastikan untuk melindungi diri dari gangguan ini dengan mencuci tangan secara teratur atau menggunakan hand sanitizer.
•    Berhenti merokok agar pelindung paru-paru tidak terganggu dan ampuh menghadapi infeksi pernapasan.
•    Jaga sistem kekebalan tubuh tetap kuat dengan tidur yang cukup, berolahraga teratur, serta mengonsumsi makanan sehat.
 
Referensi:
WebMD. Diakses pada 2022. Pneumonia.
NHS. Diakses pada 2022. Pneumonia.
Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Pneumonia.
Healthline. Diakses pada 2022. Every part You Must Know About Pneumonia.

Assessment : dr. Jeffery Malachi Candra, Sp. PD, FINASIM