Tag: Kata

Bisakah Pasien Diabetes ‘Sembuh’ dan Setop Minum Obat? Ini Kata Dokter


Jakarta

Viral beberapa waktu lalu curhatan pemuda di Tasikmalaya Irfan Ferlanda (29) mengidap diabetes di usia muda. Ia menduga bahwa prognosis tersebut terjadi akibat gaya hidup kurang sehat yang dijalaninya. Irfan mengaku nyaris setiap hari mengonsumsi minuman manis, khususnya teh dalam kemasan.

Pasca prognosis diabetes tipe dua pada Agustus 2023, ia memutuskan untuk mengubah 180 derajat gaya hidupnya. Irfan menjalani weight-reduction plan defisit kalori, rutin berolahraga, tidak begadang, menghindari gorengan dan makanan bertepung, hingga meninggalkan minuman manis sama sekali.

“Barusan (November 2023) ambil hasil tes HbA1c dan alhamdulillah hasilnya regular. Kalau nanti 3 bulan lagi masih regular, insya Allah remisi. Berat badan juga sudah turun 12 kg dari sebelumnya 90 kg ke 78 kg. Terus apakah akan kembali ke gaya hidup lama? Tentu tidak,” kata Irfan dalam media sosialnya, dikutip atas izin yang bersangkutan, Jumat (1/12/2023).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama menjalani perubahan gaya hidup complete, ia memutuskan untuk tidak mengonsumsi obat-obat diabetes terlebih dahulu. Irfan ingin melihat apakah merubah gaya hidup complete dapat membuat kondisinya membaik.

“Saya memilih mencoba dulu selama 3 bulan untuk berupaya weight-reduction plan tanpa obat. Kalau nyatanya hasil tes kemarin belum regular, saya baru akan nurut dan minum obat,” tambahnya.

Diabetes merupakan salah satu jenis penyakit yang tidak bisa sembuh complete, namun gejala penyakit ini dapat dikelola sehingga tidak muncul. Kondisi ini disebut dengan istilah remisi atau kondisi saat tubuh tidak menunjukkan gejala namun secara medis penyakitnya masih ada di dalam tubuh.

“Istilah remisi yang dimaksud adalah jika seseorang yang awalnya mengidap diabetes, gula darahnya dikendalikan dengan obat-obatan, kemudian lepas dari obat-obatan disertai kendali gula darah (HbA1c) menjadi regular paling tidak selama 3 bulan,” ucap spesialis penyakit dalam dr Ketut ketika dihubungi detikcom, Jumat (1/12/2023).

dr Ketut menjelaskan proses menuju remisi diabetes tipe dua dapat dilakukan dengan proses pengobatan dan mengubah gaya hidup secara penuh. Food plan sehat dan menurunkan berat badan bagi pasien yang juga obesitas sangat disarankan untuk mendukung proses remisi diabetes.

“Pola hidup sehat, meliputi weight-reduction plan terutama yang masih obesitas, aktivitas fisik yang diikuti dengan penurunan berat badan,” ucapnya.

“Jika dengan pola hidup yang sehat dapat menurunkan berat badan sekitar 5-10 persen dari berat badan awal, akan terjadi perbaikan metabolic. Dan jika bisa menurunkan berat badan lebih dari 15 persen dari berat badan awal maka mungkin terjadi remisi,” tambahnya.

Ada banyak jenis weight-reduction plan yang bisa dilakukan oleh pengidap diabetes. Mulai dari weight-reduction plan rendah kalori, intermittent fasting, hingga weight-reduction plan ketogenik dalam jangka pendek sekitar enam bulan.

“Bagi mereka yang obesitas berat, operasi lambung atau bariatrik juga bisa menjadi salah satu pilihan. Itu juga menunjukkan adanya perbaikan dan remisi diabetes,” pungkasnya.

Simak Video “Peringatan Hari Diabetes Sedunia Besama Tropicana Slim
[Gambas:Video 20detik]
(avk/kna)

Lutut Sering Bunyi saat Ditekuk, Bahaya Nggak Ya? Kata Dokter Sih Gini


Jakarta

Beberapa orang khawatir saat lututnya berbunyi saat ditekuk. Bunyi di lutut ini bisa terjadi saat meluruskan lutut, berjalan atau naik turun tangga.

Berbahaya nggak ya?

“Kalau lutut bunyi dan tidak sakit, nggak ada masalah. Suara ‘pop’ saat lutut ditekuk itu biasanya terjadi karena stretching. Biasanya bukan masalah yang besar,” kata Dr Azhar M Merican spesialis ortopedi dari Alty Orthopedic Malaysia.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suara lutut yang berderak biasanya tidak berbahaya dan mungkin saja merupakan akibat dari penuaan sendi. Suara ‘krek’ yang keluar dari lutut disebut dengan krepitus atau krepitasi.

Dikutip dari Very Nicely Thoughts, dalam kasus lutut bunyi, suaranya bisa timbul saat udara berada di ruang sendi dan menciptakan gelembung kecil. Hal ini bisa memicu suara ‘krek’ saat lutut digerakkan.

Meski biasanya tak menimbulkan banyak masalah, lutut berbunyi disertai rasa sakit perlu diwaspadai. Kondisi ini bisa jadi dipicu osteoarthritis, penyakit radang sendi akibat kerusakan jaringan tulang rawan yang melapisi tulang.

“Ada juga penyebab lutut bunyi karena torn meniscus atau meniskus robek, tapi itu jarang,” tutupnya.

Simak Video “Warga Palestina yang Terluka Akibat Serangan Israel Dibawa ke RS Gaza
[Gambas:Video 20detik]
(kna/kna)

Kata Dokter Paru soal Mycoplasma di Balik Kasus Pneumonia ‘Misterius’ China


Jakarta

Kasus pneumonia ‘misterius’ di China bikin ketar-ketir. Sejumlah rumah sakit di China melaporkan lonjakan kasus yang membuat petugas medis kewalahan.

Ada banyak dugaan mengenai penyebab pneumonia ‘misterius’ yang terjadi di China. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan otoritas China menyebut pemicunya bukan patogen baru, salah satunya mycoplasma atau mikoplasma.

Mycoplasma pneumoniae merupakan bakteri yang dapat menyebabkan penyakit dengan cara merusak lapisan sistem pernapasan seperti di tenggorokan, paru-paru, batang tenggorokan. Hanya saja kasusnya disebut jarang terjadi sehingga tetap perlu dilakukan kewaspadaan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Memang mycoplasma dapat menimbulkan pneumonia, tetapi tidak sering, sering disebut atipikal. Karena itu peningkatan kasus yang terjadi di Tiongkok ini perlu diwaspadai dan perlu dianalisa secara element kenapa kok jadi penyebab,” kata spesialis paru sekaligus guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Tjandra Aditama, SpP saat dihubungi detikcom, Rabu (29/11/2023).

Prof Tjandra juga menilai perlu ada penelitian lebih lanjut terkait pemicu lonjakan kasus pneumonia di China yang terjadi beberapa waktu terakhir. Masyarakat juga diimbau untuk terus mengikuti informasi akurat mengenai kejadian tersebut baik lewat WHO atau Kemenkes RI.

“Yang paling rentan tentu anak-anak dan lansia, tapi pada dasarnya (mycoplasma) bsa mengenai semua usia,” tambahnya.

Lebih lanjut mengenai Mycoplasma pneumoniae, laman CDC menjelaskan bakteri Mycoplasma pneumoniae umumnya menyebabkan infeksi ringan pada sistem pernapasan. Terkadang bakteri ini dapat menyebabkan infeksi paru-paru yang lebih serius sehingga memerlukan perawatan di rumah sakit.

Ketika seseorang yang terinfeksi M. pneumoniae batuk atau bersin, mereka bisa mengeluarkan droplet yang mengandung bakteri tersebut. Orang lain dapat tertular jika mereka menghirup droplet itu.

Infeksi Mycoplasma pneumoniae paling sering terjadi pada orang dewasa muda dan anak-anak usia sekolah, namun dapat menyerang siapa saja. Orang yang tinggal dan bekerja di lingkungan ramai mempunyai risiko lebih tinggi.

Anak-anak di bawah usia 5 tahun yang terkena infeksi Mycoplasma pneumoniae mungkin memiliki gejala yang berbeda dengan anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa. Sebaliknya, mereka mungkin mengalami gejala seperti flu berikut:

  • Bersin
  • Hidung tersumbat atau berair
  • Sakit tenggorokan
  • Mata berair
  • Mengi
  • Muntah
  • Diare

Simak Video “Kasus Pneumonia ‘Misterius’ Anak Belanda Meningkat Hampir 25%
[Gambas:Video 20detik]
(kna/naf)

Nasi Merah Lebih Cocok buat Weight-reduction plan? Biar Nggak Salah Paham, Begini Kata Dokter


Jakarta

Beberapa orang yang ingin turun berat badan sengaja menghindari asupan nasi putih. Sebab kerap beredar narasi, nasi putih rentan bikin gendut. Sebagai alternatif, mereka memilih asupan nasi merah. Menurut dokter, betulkah makan nasi merah lebih nggak bikin gendut dibandingkan nasi putih?

Dokter spesialis penyakit dalam, dr Ketut Suastika, SpPD-KEMD menjelaskan, nasi merah memang memiliki kandungan serat lebih tinggi, sehingga dicerna dalam tubuh pun lebih lambat. Hal ini tidak berhubungan langsung dengan jumlah kalori yang masuk ke tubuh dalam besaran porsi nasi merah dan putih yang sama, melainkan berkaitan dengan cepat-lambatnya nasi dicerna dalam tubuh.

“Apakah dia lebih mudah dicerna atau lebih lambat karena banyak mengandung serat. Contoh sederhananya misalnya, nasi putih dengan beras merah,” ungkapnya dalam konferensi pers digital beberapa waktu lalu.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Jadi beras merah itu lebih banyak mengandung seat kemudian indeks glikemiknya lebih rendah. Artinya, kalau dikonsumsi dalam jumlah yang sama nasi putih lebih cepat meningkatkan gula dibandingkan nasi merah,” imbuh Prof Ketut.

Meluruskan banyaknya narasi yang menyebut bahwa nasi merah ‘lebih aman’ dibandingkan nasi putih, Prof Ketut meluruskan, nasi merah pun sebenarnya tak boleh dimakan dalam jumlah berlebih. Sebab sama seperti nasi putih, asupan nasi merah yang berlebihan pun akan menimbulkan enter kalori yang besar pada tubuh. Jika berlebih, risikonya tak lain kelebihan berat badan, yang juga bisa memicu risiko penyakit diabetes.

“Saya tekankan bahwa kita ini kalau mengkonsumsi karbohidrat terutama bukan masalah indeks glikemik saja, tetapi adalah complete jumlah kalori yang dimakan,” tutur Prof Ketut.

“Jadi jangan berasumsi beras merah bagus jadi boleh makan sebanyak-banyaknya. Itu yang nggak boleh. Semuanya ada takarannya. Takaran karbohidrat misalnya, 50 persen dari seluruh kalori yang dikonsumsi. Jadi 50 persen lainnya berasal dari lemak dan protein,” pungkasnya.

Simak Video “Ini 6 Menu Sarapan yang Bikin Kenyang, Cocok Buat Weight-reduction plan
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/vyp)

Sakit Punggung gegara Saraf Kejepit, Boleh Nggak Sih Diurut? Kata Dokter Begini

Jakarta

Hernia nukleus pulposus (HNP) atau saraf kejepit merupakan sebuah masalah kesehatan yang terjadi ketika bantalan ruas tulang belakang terdorong keluar dan menekan saraf tulang belakang. Kondisi ini umumnya terjadi pada punggung bagian bawah dan leher hingga menyebabkan rasa nyeri pada punggung pasien.

Dalam banyak kasus, masyarakat yang mengalami saraf terjepit menjalani prosedur urut untuk menyembuhkan masalahnya. Namun, apakah mengurut bagian tubuh yang nyeri akibat saraf terjepit dapat menyembuhkan?

Dokter spesialis orthopaedi dan traumatologi dr Omar Luthfi, SpOT(Ok)-Backbone menjelaskan bahwa mengurut memijat tidak dapat menyembuhkan saraf kejepit. Bahkan, masalah saraf kejepit bisa menjadi lebih parah bila dilakukan pemijatan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Pemijatan itu sebenarnya hanya bisa mengurangi rasa sakit. Tetapi tidak dapat menghilangkan sumber rasa sakit,” ucap dr Omar ketika ditemui detikcom beberapa waktu lalu.

dr Omar menuturkan bahwa pemijatan masih boleh dilakukan apabila nyeri yang ditimbulkan berasal dari otot. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mengetahui sumber nyeri punggungnya terlebih dahulu sebelum melakukan penanganan.

“Pijatan memang secara umum bisa membuat otot-otot kita lebih rileks,” sambungnya.

Kalau Terapi Kretek-kretek Boleh Nggak?

dr Omar menjelaskan bahwa bunyi yang muncul dari sendi-sendi terjadi akibat adanya gelembung udara dalam rongga-rongga sendi. Ketika sendi digerakkan, maka gelembung di dalam sendi tersebut bisa pecah dan berbunyi.

Ia menuturkan bahwa menyembunyikan sendi atau ruas-ruas tulang belakang hanya memberikan rasa nyaman tanda ada manfaat kesehatan lainnya. dr Omar menambahkan bahwa ‘kretek-kretek’ tulang punggung boleh dilakukan selama tidak memiliki masalah tulang belakang yang parah.

“Kalau dia tidak ada gangguan serius yang ada pada tulang belakang ya sebenarnya tidak apa-apa. Makanya kalau orang yang habis kretek-kretek itu kan badannya biasanya lebih enak gitu,” ujar dr Omar.

“Soal pengobatan kretek-kretek kalau sakitnya hebat banget itu kata saya jangan dikretek-kretek ya. Mendingan ke dokter dulu deh, dilihat dulu kondisinya diperiksa. Kalau misalnya dia memang masalah otot aja mau di chiropractic atau pijat nggakpapa ya. Kalau salah, takutnya nambah trauma,” pungkasnya.

Simak Video “KuTips: Pijat di Titik Ini untuk Atasi Mabuk Perjalanan Saat Mudik
[Gambas:Video 20detik]
(avk/kna)

Kata Dokter soal Gejala Awal Radang Usus Buntu, Terbanyak Sakit Perut Kanan Bawah


Jakarta

Radang usus buntu termasuk penyakit serius yang harus ditangani sesegera mungkin. Penyakit ini bisa memicu komplikasi yang berat dan bahkan kematian jika tak tertangani.

Belum lama ini viral curhatan seorang wanita di Depok yang mengaku kena radang usus buntu akibat weight loss plan ekstrem jelang menikah. Penyakitnya itu membuatnya harus rela menunda bulan madu.

“Berawal dari weight loss plan makan yang ‘sehat-sehat’,” tulis @ssshabrin di akun TikToknya dikutip detikcom atas izin yang bersangkutan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wanita bernama Shasa (23) ini mengatakan dia sempat mengalami sejumlah gejala sebelum akhirnya dirawat di rumah sakit karena usus buntu. Demam, menggigil sampai tak bisa BAB seminggu menjadi alarm baginya untuk segera ke rumah sakit.

“Jadi, menggigil yang parah setelah itu berhenti. Nanti jeda 2-3 jam itu menggigil lagi. Sebelumnya aku juga sudah seminggu nggak pup. Ngerasain mules tapi nggak bisa pup,” ujarnya.

Terkait radang usus buntu, spesialis penyakit dalam dr Andi Khomeini Takdir, SpPD(Okay) mengatakan penyakit tersebut disebabkan oleh sumbatan saluran usus buntu akibat infeksi atau peradangan.

Penyebabnya usus buntu beragam, termasuk pola makan. Namun menurutnya weight loss plan ekstrem bukan satu-satunya pemicu radang usus buntu.

“Saya rasa kalo weight loss plan membatasi karbo aja nggak apa-apa. Yang jadi masalah itu adalah kurang air, kurang serat. Itu sih yang harus kita pikirkan, pola makan yang seperti itulah yang rentan terjadi masalah di pencernaan,” tutur dokter yang akrab disapa dr Koko saat dihubungi detikcom, Kamis (26/10/2023).

Adapun gejala radang usus buntu yang harus diwaspadai menurut dr Koko yakni:

  • Sakit perut kanan bawah
  • Demam
  • Kehilangan kesadaran
  • Tekanan darah rendah
  • Tak bisa BAB (konstipasi)

“Sebenernya usus buntunya nggak bener-bener di kanan bawah, tapi 90 persen orang ya di space itu. Jadi, kalo ada yang keluhkan nyeri perut itu kami harus hati-hati,” tandas dr Koko.

Simak Video “Benarkah Sendok dan Kopi Dapat Atasi Kejang Anak?
[Gambas:Video 20detik]
(kna/naf)

Wanti-wanti Buat yang Doyan Rebahan, Kata Dokter Bisa Bikin Mati Muda!

Jakarta

Disadari atau tidak, ada banyak orang yang mengadopsi gaya hidup tak aktif secara fisik alias malas gerak (mager). Ironisnya, gaya hidup yang sangat umum ini ternyata bisa membawa beberapa dampak yang buruk bagi kesehatan, bahkan bisa memicu peningkatan risiko kematian dini.

Pada sebagian orang, gaya hidup seperti ini biasanya terbentuk karena mereka menghabiskan banyak waktu dengan duduk di meja kantor dan selama berkendara. Sesampainya di rumah, mereka lalu kembali duduk bersantai di couch untuk melepas lelah. Padatnya aktivitas semakin membuat mereka kesulitan untuk meluangkan waktu berolahraga.

Spesialis penyakit dalam subspesialis hematologi onkologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof dr Zubairi Djoerban, SpPD-KHOM, mengatakan, orang yang menghabiskan 6 hingga 8 jam per hari untuk duduk berpotensi memiliki risiko-risiko tersebut.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Peningkatan risiko kematian dini dan penyakit jantung sebesar 12 hingga 13 persen,” ucapnya dikutip dari X, Selasa (10/10/2023).

Apa alasannya?

Prof Zubairi menjelaskan, seseorang yang duduk terlalu lama dapat memicu kadar kolesterol tinggi, terlebih kadar gula darah di dalam tubuhnya juga ikut terganggu. Hal inilah yang memicu terjadinya penumpukkan lemak.

“Lalu bisa terjadi penumpukan lemak di sekitar perut kita yang kesemuanya memudahkan timbulnya stroke dan jantung,” sambungnya lagi.

Di samping itu, jurnal yang diterbitkan di Nationwide Institute of Well being menemukan sedentary way of life yang ditandai dengan kurang aktivitas fisik terkait dengan penyakit diabetes melitus, kanker, dan penyakit kardiovaskular yang meningkatkan kematian dini.

Whole waktu duduk sehari-hari dan waktu menonton televisi berkorelasi dengan peningkatan risiko kematian. Dalam sebuah penelitian yang menganalisis angka kematian pada orang-orang dengan waktu duduk lebih dari 10 jam dan lebih 5 jam sehari, risikonya meningkat untuk mengalami gangguan kesehatan yang berujung kematian dini.

Simak Video “Penjelasan Kemenkes soal Kabar Vaksin HPV Bikin Mandul
[Gambas:Video 20detik]
(suc/kna)

Kata Ahli, Ini Golongan Darah yang Rentan Terkena Stroke Dini

Jakarta

Stroke adalah penyakit pembuluh darah otak (cerebrovascular) yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang disebabkan berkurangnya aliran darah dan oksigen di otak.

Mengutip laman American Stroke Affiliation, berkurangnya aliran darah dan oksigen dapat terjadi karena adanya sumbatan, penyempitan, atau pecahnya pembuluh darah, sehingga mengakibatkan serangkaian reaksi biokimia yang dapat merusak atau mematikan sel-sel otak.

Sebagian orang menganggap bahwa penyakit stroke dapat menyerang ketika memasuki usia tua. Namun ternyata, dalam sejumlah kasus pasien stroke ada yang masih berusia muda, lho.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan, sebuah riset menunjukkan kalau golongan darah tertentu berisiko terkena stroke di usia muda. Untuk lebih jelasnya, simak pembahasannya secara lengkap di bawah ini.

Golongan Darah yang Rentan Terserang Stroke

Dalam sebuah riset yang diterbitkan oleh College of Maryland di tahun 2022, ditemukan bahwa sejumlah golongan darah berisiko terserang stroke sejak usia dini. Hal ini berdasarkan penelitian dengan mengumpulkan knowledge dari 48 studi genetik mencakup sekitar 17.000 orang dengan stroke dan hampir 600.000 kontrol non-stroke. Semua peserta berusia antara 18 hingga 59 tahun.

Pencarian di seluruh genom mengungkapkan ada dua lokasi yang sangat terkait dengan risiko stroke sebelumnya. Satu bertepatan dengan tempat gen untuk golongan darah berada.

Dari analisis tersebut, terungkap bahwa mereka yang punya golongan darah A 16% lebih tinggi berisiko terkena stroke sebelum usia 60 tahun jika dibandingkan dengan populasi golongan darah lain. Sedangkan kelompok golongan darah O memiliki risiko lebih rendah sebesar 12%.

Steven Kittner selaku penulis senior dan ahli saraf vaskular di College of Maryland mengatakan, ia masih belum mengetahui kenapa golongan darah A punya risiko tinggi terserang stroke. Namun, Steven menduga ada hubungannya dengan faktor pembekuan darah.

“Tapi itu mungkin ada hubungannya dengan faktor pembekuan darah seperti trombosit dan sel yang melapisi pembuluh darah serta protein sirkulasi lainnya, yang semuanya berperan dalam perkembangan pembekuan darah,” kata Steven.

Temuan kunci lain dari penelitian itu berasal dari membandingkan orang yang mengalami stroke sebelum usia 60 tahun dengan mereka yang terserang stroke setelah berusia 60 tahun. Penelitian tersebut melibatkan orang yang berusia di atas 60 tahun dengan rincian 9.300 orang pengidap stroke dan 25.000 orang yang tidak mengidap stroke.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa peningkatan risiko stroke pada golongan darah A menjadi tidak signifikan pada kelompok stroke late-onset (berusia di atas 60 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa stroke yang terjadi di usia muda (early-onset) mungkin memiliki mekanisme yang berbeda dengan yang terjadi ketika sudah lanjut usia.

Gejala Stroke

Perlu diketahui bahwa gejala awal stroke sering tidak diketahui oleh penderitanya. Stroke sering muncul secara mendadak dan berlangsung cepat, sehingga menyebabkan penderitanya tak sadarkan diri (koma).

Lantas, apa saja gejala umum penyakit stroke? Simak di bawah ini yang dikutip e-jurnal milik poltekkes-denpasar.ac.id:

  • Nyeri kepala disertai penurunan kesadaran bahkan mengalami koma (pendarahan otak)
  • Kelemahan atau kelumpuhan pada lengan, tungkai, atau salah satu sisi tubuh
  • Seluruh badan mendadak lemas dan terkulai tanpa hilang kesadaran (drop assault) atau disertai hilang kesadaran sejenak (sinkop)
  • Gangguan penglihatan (mata kabur) pada satu atau kedua mata
  • Gangguan keseimbangan berupa vertigo dan sempoyongan (ataksia)
  • Rasa baal pada wajah atau anggota badan di satu maupun kedua sisi
  • Kehilangan sebagian atau seluruh kemampuan bicara (afasia)

Penyebab Stroke di Usia Muda

Bagi detikers yang masih berusia muda, jangan anggap remeh stroke dan berpikir kalau penyakit ini hanya menyerang saat tua. Soalnya, stroke juga dapat menyerang sejak usia dini.

Stroke di usia muda cenderung disebabkan oleh penumpukan timbunan lemak di arteri (suatu proses yang disebut aterosklerosis). Selain itu, stroke di usia dini juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang berkaitan dengan pembentukan gumpalan.

Nah, itu dia pembahasan mengenai stroke yang dapat menyerang di usia muda. Jadi, tetap jaga kesehatan dengan menjaga pola makan dan rutin olahraga ya.

Simak Video “Penyakit Jantung Penyakit Orang Tua?
[Gambas:Video 20detik]
(ilf/fds)

Kata Dokter soal Efek Makan Cacing Pita, Viral Dilakukan Pria Ini demi Tenar


Jakarta

Gegara berniat ingin mencari perhatian netizen alias ingin viral, pria dari AS bernama Nicolas Kratka ini nekat memakan cacing pita. Berawal mendapat ikan bass dari hasil memancing dan kemudian memotongnya, Nicolas melihat ikan tersebut dipenuhi dengan cacing.

Namun bukannya membersihkan cacing tersebut atau membuangnya, Nicolas malah memakannya. Ia penasaran dengan apa yang terjadi di dalam tubuhnya dan membagikan pengalamannya kepada netizen. Tak lama setelahnya, Nicolas mengalami gejala yang parah sampai harus mendapat perawatan di dokter.

“Yang sebenarnya terjadi adalah perut saya mulai terasa sakit. Ketika saya pergi ke dokter, katanya kemungkinan besar cacing itu akan menyebar ke mata dan otak saya, yang akan membunuh saya jika saya tidak bertindak cepat,” kata pria berusia 23 tahun itu, dikutip The Solar.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

baca juga

“Saya fool, saya tidak akan berbohong,” sambungnya lagi.

Dokter spesialis penyakit dalam dr Aru Ariadno, SpPD-KGEH mewanti-wanti ‘aktivitas’ yang dilakukan seperti pria di AS itu bisa membahayakan tubuh. Sebab, apabila seseorang memakan makanan yang mengandung parasit, misalnya cacing pita, maka ada kemungkinan parasit itu akan pindah dan hidup di dalam tubuh.

“Bila cacing pita dia bisa hidup di dalam usus lalu menempel di usus lalu akan menghisap darah korbannya. Bisa menyebabkan seseorang kekurangan darah dan gizi,” imbuhnya saat dihubungi detikcom, Jumat (6/10/2023).

Jika cacing pita sudah memenuhi usus, gejala yang dirasakan bisa berupa mual, muntah, hingga mengalami penyumbatan saluran cerna. dr Aru mengingatkan, jika menemukan makanan yang sudah dihinggapi parasit dan cacing, sebaiknya jangan dikonsumsi untuk menghindari risiko yang bisa terjadi.

“Tetapi yang lebih penting adalah sebaiknya masak makanan dengan matang sehingga bila ada parasit yang tidak tampak maka diharapkan akan mati,” katanya.

“Jangan lupa juga bahwa penularannya bisa juga dari telur cacing yang bisa berada di tanah atau tanaman yang tercemar. Oleh karena itu wajib cuci tangan yang bersih dan bersihkan sayuran dengan bersih sebelum di makan terutama bila dimakan sebagai lalapan,” sambungnya lagi.

Di sisi lain, meski Nicolas mengalami kondisi tersebut, ia mengaku pengalamannya memakan cacing tidak menghalanginya untuk mencoba makanan lain yang tidak biasa dan berpotensi berbahaya di masa mendatang.

baca juga

Simak Video “Suggestions Optimalkan Tinggi Badan Menurut Dokter Spesialis Orthopedi
[Gambas:Video 20detik]
(suc/naf)

Cuaca RI Panas ‘Minta Ampun’, Risiko Kanker Kulit Meningkat? Ini Kata Dokter


Jakarta

Cuaca panas akhir-akhir ini banyak dikeluhkan oleh masyarakat. Selain mengganggu aktivitas, panas terik yang terjadi juga dikhawatirkan dapat menyebabkan masalah kesehatan, khususnya pada kulit.

Seberapa besar sih efek paparan sinar matahari pada kesehatan kulit? Dokter spesialis kulit dan kelamin dr Ruri Diah Pamela, SpKK menjelaskan cuaca panas ekstrem dapat berdampak buruk pada kesehatan kulit.

Paparan sinar matahari yang terlalu lama dapat mengakibatkan dehidrasi, penuaan dini, dan menyebabkan kerusakan pada kulit. Kerusakan kulit dapat berupa kemerahan, kulit kering, hingga luka bakar matahari (sunburn).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Paparan sinar matahari yang berlebihan meningkatkan risiko berbagai penyakit kulit. Selain itu, paparan sinar matahari juga dapat memperburuk kondisi kulit seperti rosacea, vitiligo, dan psoriasis. Suhu panas berisiko membuat kerusakan kulit semakin besar,” ujar dr Ruri pada detikcom, Senin (2/10/2023).

Luka bakar akibat sinar matahari dapat terjadi akibat radiasi ultraviolet (UV). Gejala yang dapat ditimbulkan dapat berupa kemerahan dan rasa nyeri ketika disentuh.

“Dalam kasus yang parah, melepuh dapat terjadi dan ini menandakan kerusakan yang lebih dalam pada sel-sel kulit,” ujarnya.

Selain itu, dalam kondisi yang parah, paparan sinar matahari juga dapat meningkatkan risiko kanker kulit. Sinar radiasi UV menjadi penyebab utama kerusakan DNA pada sel-sel kulit yang bisa memicu mutasi dan pembentukan kanker.

“Ada tiga jenis utama kanker kulit yaitu karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa, dan melanoma. Dari ketiganya, melanoma adalah yang paling mematikan,” ucapnya.

“Risiko seseorang mengalami kanker kulit dapat meningkat dengan seiring jumlah sunburn yang pernah dialami seseorang, terutama jika terjadi saat masa kanak-kanak atau remaja,” pungkasnya.

Oleh karena itu, dr Ruri juga menekankan pentingnya penggunaan sunscreen. Sunscreen dapat melindungi kulit dari kerusakan akibat paparan sinar UV.

“Dokter spesialis kulit umumnya merekomendasikan sunscreen dengan SPF (Solar Safety Issue) tinggi, minimal SPF 30, dan yang melindungi dari sinar UVA dan UVB,” pungkasnya.

Simak Video “Efek Serius Panas-panasan Bila Tak Pakai Sunscreen
[Gambas:Video 20detik]
(avk/kna)