Jakarta

Pengertian Limfoma

Limfoma atau kanker kelenjar getah bening adalah jenis kanker darah yang menyebabkan pembengkakan di kelenjar getah bening (limfadenopati). Limfoma terjadi ketika sel kanker menyerang salah satu sel darah putih (limfosit) yang berfungsi untuk melawan infeksi.

Selain pembengkakan kelenjar getah bening, limfoma juga menimbulkan gejala-gejala seperti batuk, demam, sesak napas, hingga gangguan pencernaan.

Jenis Limfoma

Limfoma terdiri atas dua jenis, yakni limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin. Perbedaan utama antara keduanya adalah jenis sel limfosit yang diserang oleh sel kanker.

Limfoma non-Hodgkin lebih sering terjadi dan lebih berbahaya dibanding limfoma Hodgkin. Selain itu, tingkat kesembuhan limfoma non-Hodgkin lebih rendah dibandingkan limfoma Hodgkin.

Penyebab Limfoma

Limfoma terjadi ketika sel kanker menyerang limfosit yang ada dalam tubuh. Hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan sel bermutasi dan menyerang limfosit.

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena limfoma, antara lain:

  • Berusia 60 tahun ke atas (limfoma non-Hodgkin)
  • Berusia 15-40 tahun, atau lebih dari 55 tahun (limfoma Hodgkin)
  • Berjenis kelamin pria
  • Mengidap penyakit autoimun
  • Mengidap infeksi akibat Epstein-Barr, bakteri H. pylori, atau hepatitis C
  • Memiliki imunitas yang rendah, bisa karena akibat penyakit seperti HIV-AIDS atau efek samping obat-obatan tertentu
    Berhubungan seksual dengan aman dan tidak menggunakan narkoba agar terhindar dari HIV-AIDS, yang mana dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh
  • Rutin melakukan pemeriksaan kesehatan jika mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti imunosupresan dalam jangka panjang
  • Pernah menjalani radioterapi
  • Riwayat limfoma pada keluarga
  • Pernah terpapar benzene atau pestisida

Gejala Limfoma

Gejala limfoma yang paling khas adalah munculnya benjolan di beberapa bagian tubuh, seperti leher, ketiak, atau selangkangan akibat pembengkakan kelenjar getah bening. Selain benjolan, limfoma juga ditandai dengan:

  • Demam
  • Kelelahan
  • Batuk
  • Gatal
  • Berkeringat di malam hari
  • Sesak napas
  • Penurunan berat badan secara drastis

Analysis Limfoma

Selain melakukan pemeriksaan fisik untuk mengecek ada atau tidaknya pembengkakan kelenjar getah bening, dokter juga bisa melakukan pemeriksaan penunjang seperti:

  • Tes darah, untuk mendeteksi penurunan sel darah, fungsi ginjal dan hati, serta kadar LDH pada pasien
  • Aspirasi sumsum tulang, yakni menggunakan jarum untuk mengambil darah dan sampel jaringan sumsum tulang belakang
  • CT scan, MRI, USG, atau PET scan untuk melihat posisi, ukuran, dan penyebaran limfoma

Stadium Limfoma

Sama seperti kanker lainnya, limfoma memiliki tahapan atau stadium sesuai dengan tingkat keparahannya, yakni:

1. Stadium I

Sel kanker baru menyerang salah satu kelompok kelenjar getah bening.

2. Stadium II

Kanker sudah menyerang dua kelenjar getah bening atau menyebar ke organ di sekitarnya. Penyebaran masih sebatas di tubuh bagian atas atau bagian bawah dengan diafragma sebagai batasan.

3. Stadium III

Kanker sudah menyerang tubuh bagian atas dan bawah.

4. Stadium IV

Kanker sudah menyebar melalui sistem getah bening dan masuk ke berbagai organ, seperti hati, paru-paru, atau tulang.

Pengobatan Limfoma

Beberapa metode yang bisa dilakukan untuk mengobati limfoma, antara lain:

  • Obat-obatan, seperti obat kemoterapi atau imunoterapi untuk membunuh sel limfoma
  • Radioterapi, yakni penyinaran dengan sinar khusus untuk membunuh sel kanker
  • Transplantasi sumsum tulang belakang, dilakukan jika limfoma sudah menyebar ke sumsum tulang belakang

Komplikasi Limfoma

Limfoma dapat memicu sejumlah risiko jika tidak segera ditangani. Adapun komplikasi-komplikasi yang bisa terjadi antara lain:

  • Meningkatkan risiko penyakit jantung dan paru-paru
  • Infeksi akibat penurunan daya tahan tubuh
  • Kemandulan, biasanya akibat kemoterapi atau radioterapi
  • Kemunculan sel kanker yang baru

Pencegahan Limfoma

Meskipun sulit dicegah, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko terkena limfoma, di antaranya:

  • Menggunakan alat pelindung diri di tempat kerja, jika tempat bekerja memiliki risiko paparan zat kimia seperti benzene dan pestisida
  • Berhubungan seksual dengan aman dan tidak menggunakan narkoba agar terhindar dari HIV-AIDS, yang mana dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh
  • Rutin melakukan pemeriksaan kesehatan jika mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti imunosupresan dalam jangka panjang

Kapan Harus ke Dokter?

Periksakan diri ke dokter jika menemukan ada benjolan di leher, ketiak, atau selangkangan. Benjolan tersebut bisa saja disebabkan oleh pembengkakan kelenjar getah bening yang merupakan salah satu gejala limfoma.

Pengidap HIV-AIDS, serta orang yang mengonsumsi obat imunosupresan dalam jangka panjang juga perlu memeriksakan diri ke dokter secara berkala. Dengan begitu, dokter bisa memantau perkembangan penyakit dan mendeteksi lebih dini bila muncul limfoma.

Pasien limfoma yang sudah selesai menjalani pengobatan juga perlu rutin memeriksakan diri ke dokter. Hal ini untuk mengantisipasi efek samping yang mungkin muncul akibat pengobatan limfoma.

Simak Video “Ari Lasso Terapkan Pola Hidup Sehat Usai Sembuh dari Kanker Limfoma
[Gambas:Video 20detik]
(ath/suc)