Tag: Minggu

Geger Bayi 7 Minggu Mabuk gegara Ibu Teledor Isi Botol Susu dengan Alkohol


Jakarta

Seorang bayi berusia tujuh minggu di California, Amerika Serikat (AS), ditemukan mabuk pada akhir pekan lalu. Hal tersebut terjadi setelah botol susunya diduga diisi alkohol oleh ibunya.

Departemen Sheriff San Bernardino melaporkan bahwa ibu bayi tersebut, Honesti de La Torre (37), akan didakwa lantaran membahayakan anak.

Dikutip dari Fox Information, kronologinya berawal dari petugas yang menerima panggilan telepon sekitar pukul 12.45 hari Sabtu untuk datang ke sebuah space di Rialto, 55 mil sebelah timur Los Angeles.

Ketika para petugas tiba, mereka mendapati bayi itu ditemukan dalam keadaan mabuk.

Para pejabat mengatakan La Torre sedang mengemudi melalui Rialto dan berhenti untuk memberi bayi tersebut alkohol dalam upaya untuk menghentikan si bayi menangis. Bayi itu kemudian menjadi mabuk.

Kondisi bayi itu sekarang belum diketahui. La Torre kini ditahan di Pusat Penahanan West Valley dengan jaminan USD 60.000 atau sekitar Rp 913.740.000 juta. Dia diharapkan muncul di pengadilan pada hari ini, Selasa (8/8).

Simak Video “Operasi Pemisahan Bayi ‘Berkaki 6’ di Lombok Dilakukan Akhir Pekan
[Gambas:Video 20detik]
(suc/kna)

Horor Prediksi Gelombang Baru COVID-19 China, 11 Juta Kasus Per Minggu

Jakarta

Puncak gelombang COVID-19 di China diprediksi akan tiba bulan ini dengan jumlah 11 kasus per minggu. Mengacu pada perusahaan information kesehatan Airfinity yang berbasis di Inggris, gelombang baru yang dipicu oleh subvarian Omicron XBB ini akan lebih kecil dibandingkan gelombang-gelombang sebelumnya.

“Pemodelan kami memperkirakan gelombang akan memuncak pada awal Juni sekitar 11 juta per minggu, dengan 112 juta orang terinfeksi selama kebangkitan ini,” kata Airfinity, dikutip dari South China Morning Put up (SCMP), Kamis (8/6/2023).

Sebelumnya pada Mei 2021, ahli pernapasan di China, Zhong Nanshan, sempat memprediksi kasus COVID-19 akan mencapai 65 juta per minggu pada akhir Juni 2023. Angka tersebut enam kali lebih tinggi dibandingkan prediksi Airfinity.

Saat itu, Zhong tidak menjelaskan apakah jumlah prediksi kasus yang dimaksudnya termasuk kasus tanpa gejala. Namun Airfinity mengatakan, mannequin prediksinya hanya mencakup kasus bergejala.

Jumlah Korban Meninggal Dunia Bakal Melonjak?

Hingga kini, tidak ada information resmi dari China perihal jumlah kasus dan situasi gelombang COVID-19 di China. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC China) berhenti merilis information mingguan berupa jumlah hasil tes positif dan kunjungan klinik pasien demam pada awal Mei. Saat itu, bertepatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencabut standing darurat COVID-19.

Ahli epidemiologi COVID-19 dari Airfinity, dr Tishya Venkatraman, menjelaskan imbas gelombang COVID-19 kedua di China tidak akan separah gelombang pertama. Pasalnya seiring waktu, kini tingkat kekebalan masyarakat China sudah meningkat. Walau pun begitu menurutnya, masih ada kemungkinan jumlah kematian pasien COVID-19 tetap tinggi.

“Meskipun gelombang yang sedang berlangsung cenderung lebih kecil, itu masih dapat menyebabkan banyak kematian karena ukuran populasi yang menua di China,” ungkap Venkatraman.

“Kami telah melihat ini di Jepang, dengan gelombang terakhir menyebabkan banyak kematian meskipun memiliki cakupan vaksin yang tinggi dan kekebalan populasi yang mendasari dari gelombang sebelumnya,” pungkasnya.

Simak Video “Jepang Turunkan Klasifikasi Covid-19 Jadi Setara Flu Biasa
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/naf)