Tag: Pencegahan

Pencegahan Kanker Serviks

Cegah Kanker Serviks dengan Rutin Melakukan Skrining


     Kanker Serviks menempati peringkat teratas di antara berbagai jenis kanker yang menyebabkan kematian pada perempuan di dunia. Indonesia sendiri menempati urutan nomor 1 kasus Kanker Serviks terbanyak di Asia Tenggara, dimana setidaknya ada 15.000 kasus setiap tahunnya. Namun sayangnya, deteksi dini Kanker Serviks masih belum menjadi perhatian bagi banyak wanita. Apalagi kanker serviks ini umumnya tidak menunjukan gejala pada stadium awal sehingga banyak dari mereka merasa tidak perlu melakukan skrining. Tapi tahukah Anda bahwa Kanker serviks bisa dicegah dan bisa diobati? Berikut fakta-fakta mengenai Kanker Serviks yang perlu Anda ketahui.

Apa itu Kanker Serviks??

Apa itu Kanker Serviks?

      Menurut dr. Andriana Kumala Dewi, Sp.OG, Dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi di Bethsaida Hospital, Kanker Serviks merupakan suatu penyakit keganasan yang berada di serviks atau leher rahim. Serviks sendiri berada di bagian paling bawah dari rahim dan letaknya persis di puncak vagina wanita.

Mengapa bisa terjadi Kanker Serviks?

    Sebagian besar kasus kanker leher rahim disebabkan oleh adanya infeksi dari virus Human Papilloma Virus (HPV), terutama tipe Excessive Danger yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Penularannya sendiri tidak terjadi secara langsung, namun butuh waktu yang lama untuk seseorang bisa terkena Kanker Serviks ini. Umumnya seseorang yang tertular Kanker Serviks baru terdiagnosa 10-20 tahun kemudian sejak virus HPV ini terjangkit.

Apa saja gejala Kanker Serviks?

    Gejala umum yang sering terjadi pada penderita Kanker Serviks diantaranya adalah pendarahan pervaginam atau perdarahan dari kemaluan. Selain itu gejala lain yang biasa muncul adalah postkoital bleeding atau perdarahan yang terjadi setelah berhubungan seksual dan tidak berkaitan dengan menstruasi. Adapun gejala lain seperti siklus menstruasi tidak teratur., nyeri pada panggul (di perut bagian bawah), badan lemas, mudah lelah, berat badan menurun, kehilangan nafsu makan, cairan miss V yang tidak regular seperti berbau dan bercampur darah.

Siapa yang beresiko terkena Kanker Serviks?

    Semua perempuan yang sudah melakukan hubungan seksual beresiko terkena Kanker Serviks. Namun yang memiliki potensi tinggi terkena penyakit ini adalah mereka yang memiliki a number of companion, melakukan hubungan intercourse di usia yang terlalu dini dan orang-orang yang memiliki penyakit tertentu yang mengakibatkan kekebalan tubuhnya menurun.

Bagaimana cara mencegah Kanker Serviks?

    Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk dapat mencegah terjadinya Kanker Serviks. dr. Andriana mengatakan bahwa pencegahannya sendiri terbagi menjadi dua. Yang pertama adalah pencegahan primer yaitu dengan melakukan vaksinasi HPV. Vaksinasi ini sangat disarankan untuk wanita terutama remaja direntan usia 9-13 tahun. Kemudian ada juga pencegahan sekunder yaitu dengan melakukan deteksi dini Kanker Serviks seperti Pap Smear atau Inspeksi Visible Asam Asetat (IVA ) yang bisa dilakukan minimal 2-3 tahun sekali. Semua pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui potensi adanya Kanker Serviks yang mungkin terjadi dan mengurangi resiko tertularnya virus HPV.

    Kanker Serviks bisa dicegah dan diobati dengan rutin melakukan skrining. Ubah gaya hidup dan tetap menjaga pola makan sehat agar terhindar dari penyakit Kanker Serviks. Dengan demikian, maka kesehatan serviks atau leher rahim lebih terjamin. Dengan penanganan yang tepat, Kanker Serviks bukanlah hal yang perlu ditakuti.

Pengambilan Pattern Pap Smear
Pengambilan pattern Pap Smear

Overview : dr. Andriana Kumala Dewi, Sp.OG

Gejala, Penyebab, Cara Mengobati dan Pencegahan

Jakarta

Cedera ACL adalah kondisi dimana ada robekan atau keseleo pada ligamen cruciate, salah satu jaringan kuat yang membantu menghubungkan paha (femur) ke tulang kering (tibia). Mengutip karya ilmiah dari Poltekkes Kemenkes Surakarta, fungsi utama dari ligamen ini adalah untuk mencegah tulang tibia bergeser ke arah depan dari tulang femur dan mengontrol gerakan rotasi dari lutut.

Oleh sebab itu, cedera ini bisa mengakibatkan sendi lutut tidak stabil sehingga tulang tibia bisa bergerak dengan bebas.

Gejala Cedera ACL

Cedera ACL menimbulkan beberapa gejala pada penderitanya. Mengutip Mayo Clinic, berikut beberapa tanpa cedera ACL:

  • Bunyi letupan keras atau sensasi ‘meletus’ di lutut
  • Nyeri hebat dan ketidakmampuan melanjutkan aktivitas
  • Pembengkakan
  • Hilangnya rentang gerak

Penyebab Cedera ACL

Biasanya, cedera ACL terjadi saat melakukan aktivitas olahraga dan kebugaran yang bisa memberikan tekanan pada lutut. Berikut beberapa gerakan yang bisa menyebabkan cedera ACL dalam olahraga:

  • Melakukan perubahan arah secara tiba-tiba
  • Berhenti tiba-tiba
  • Berputar dengan kaki menapak kuat
  • Mendarat setelah melompat
  • Menerima pukulan langsung pada lutut atau mengalami benturan

Cara Mengobati Cedera ACL

Saat ingin memulihkan cedera HCL, jangan dulu berolahraga atau melakukan aktivitas apapun yang menambah tekanan pada lutut. Menurut Cleveland Clinic, kamu bisa melakukan metode RICE (Relaxation, Ice, Compression, Elevation) ketika merasakan nyeri.

  • Relaxation (Istirahat): Hindari aktivitas yang menyebabkan cedera. Jangan terlalu sering menggunakan lutut saat dalam masa penyembuhan
  • Ice (Es): Kompres dingin atau kompres es yang dibungkus handuk tipis ke lutut selama 15 menit. Lakukan beberapa kali sehari.
  • Compression (Tekan): Balut lutut dengan perban elastis untuk membantu mengurangi pembengkakan.
  • Elevation (Angkat): Sangga lutut dan kaki setinggi jantung sesering mungkin.

Meski begitu Cedera ACL tidak bisa sembuh dengan sendirinya, namun masih mungkin melakukan aktivitas jika robekan yang dialami ringan. Jika ingin kembali beraktivitas fisik, salah satu tindakan yang bisa dilakukan untuk memperbaikinya adalah tindakan rekonstruksi.

Rekonstruksi ACL merupakan tindakan operasi untuk menyambung kembali ligamen di tengah lutut dengan ligamen baru. Ini adalah metode operatif untuk mengganti ligamen ACL dengan bahan yang lain berupa grafting. Pada umumnya, bahan ini diambil dari tendon hamstring atau tendon patella pasien sendiri.

Pencegahan Cedera HCL

Latihan dan olahraga yang tepat bisa membantu mengurangi risiko cedera ACL. Kamu bisa meminta bantuan ahli terapi fisik, atau pelatih atletik untuk memberikan beberapa latihan pencegahan cedera ACL seperti:

  1. Latihan untuk memperkuat otot inti, termasuk pinggul, panggul dan perut bagian bawah.
  2. Latihan untuk memperkuat otot kaki, khususnya latihan hamstring untuk memastikan keseimbangan kekuatan otot kaki secara keseluruhan
  3. Latihan yang menekankan pada posisi lutut yang benar saat melompat dan mendarat dari lompatan;
  4. Latihan untuk meningkatkan teknik saat melakukan gerakan memutar

Cedera ini bisa terjadi secara tiba, sehingga, kamu harus memperhatikan hal-hal yang perlu dilakukan sebelum, saat dan sesudah berolahraga. Berikut di antaranya

  1. Mengenakan peralatan pelindung yang tepat
  2. Lakukan peregangan dan pemanasan sebelum berolahraga atau beraktivitas fisik
  3. Beri waktu pada tubuh untuk beristirahat dan memulihkan diri setelah melakukan aktivitas fisik
  4. Lakukan pendinginan dan peregangan setelah berolahraga atau beraktivitas fisik

Itulah informasi mengenai cedera ACL mulai dari gejala, penyebab, cara mengobati dan pencegahannya. Semoga artikel ini membantumu ya.

Simak Video “Tanda-tanda yang Perlu Diwaspadai Bila Seseorang Alami Cedera Kepala
[Gambas:Video 20detik]
(elk/row)

Penyebab Biduran, Gejala, Pencegahan, serta Cara Pengobatan Medis dan Natural

Jakarta

Biduran, atau dalam bahasa medis dikenal dengan istilah “urtikaria”, merupakan jenis penyakit kulit yang ditandai dengan ruam, bentol-bentol berwarna kemerahan, dan rasa gatal.

Penyakit ini ada yang bersifat akut atau hanya terjadi sesaat, namun ada juga yang sifatnya kronis berkepanjangan dan sewaktu-waktu akan kambuh. Biduran dapat muncul di seluruh bagian tubuh mulai dari tangan, kaki, perut, dan sebagainya.

Lantas, apa penyebab biduran? Bagaimana cara mengobati dan mencegahnya? Simak penjelasannya berikut ini.

Penyebab Biduran

Mengutip laman resmi Kementerian Kesehatan, penyebab biduran yang paling utama adalah karena terpapar dengan faktor pemicu alergi (alergen).

Saat hal itu terjadi, tubuh akan melepaskan senyawa kimia bernama histamin ke dalam darah. Inilah yang kemudian menyebabkan reaksi kulit berupa ruam dan rasa gatal.

Berikut adalah beberapa hal yang menjadi penyebab biduran:

  • Terdapat kontak dengan penyebab atau pemicu alergi, misalnya bulu binatang dan lateks
  • Konsumsi makanan alergen, seperti kacang, coklat, makanan laut, telur, gandum, dan susu
  • Konsumsi obat-obatan yang bisa menimbulkan efek samping biduran/urtikaria
  • Zat adiktif atau bahan tambahan dan makanan seperti pemanis, pengawet, penguat rasa, pewarna, dan lain sebagainya
  • Infeksi, seperti hepatitis dan demam kelenjar
  • Terkena gigitan serangga
  • Pengaruh faktor lingkungan, seperti cuaca panas, cuaca dingin, terkena air yang kurang bersih, atau karena sengatan sinar matahari.

Gejala Biduran

Dilansir dari Penn Medication, berikut adalah beberapa gejala biduran:

  • Munculnya rasa gatal pada tubuh
  • Adanya pembengkakan pada permukaan kulit yang membentuk bilur berwarna merah atau sesuai warna kulit dengan tepi yang jelas (bentol-bentol)
  • Benjolan tersebut bisa menjadi lebih besar, menyebar, dan tergabung membentuk benjolan yang lebih luas.
  • Bentol-bentol itu sering berubah bentuk, menghilang, dan muncul kembali dalam hitungan menit atau jam (kambuhan)
  • Jika muncul rasa gatal di space kulit yang ditekan atau disentuh (gejala biduran jenis dermatografia urtikaria)

Meskipun pada umumnya gejala biduran cukup ringan, tetapi pada kasus tertentu, biduran juga dapat menimbulkan beberapa komplikasi serius, sebagai berikut:

  • Anafilaksis, yakni reaksi alergi parah yang terjadi di seluruh tubuh ang memungkinkan tubuh kesulitan bernapas
  • Pembengkakan di space tenggorokan yang dapat menyebabkan penyumbatan saluran napas yang membahayakan nyawa

Jika mengalami komplikasi serius di atas, segeralah mencari pertolongan medis.

Cara Mencegah Biduran

Dilansir dari Medical Information Right this moment, berikut ini adalah cara-cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit biduran.

  • Memilih produk sabun, krim kulit, dan deterjen yang lembut dan bebas pewangi (free perfume)
  • Jika penyebab biduran adalah serbuk sari, maka gunakanlah antihistamin (obat pereda gejala reaksi alergi)
  • Mencatat semua kemungkinan pemicu alergi (alergen) pada tubuh kita
  • Melakukan meditasi atau teknis relaksasi lainnya untuk menghilangkan stres
  • Mencatat makanan yang dapat memicu reaksi alergi seperti susu, telur, kedelai, gandum, seafood, dan lain sebagainya.
  • Berkonsultasi ke dokter untuk mendapatkan perawatan medis dan obat-obatan adalah pencegahan yang paling pas

Cara Mengobati Biduran secara Medis

Dikutip dari laman Healthline, langkah pertama untuk mengatasi biduran adalah dengan pemeriksaan fisik.

Dokter mungkin juga akan melakukan tes darah atau tes kulit untuk menentukan apa yang menjadi penyebab biduran, terutama bila biduran terjadi karena reaksi alergi.

Berikut adalah cara mengobati biduran yang mungkin direkomendasikan oleh dokter:

  • Mengkonsumsi obat antihistamin, seperti diphenhydramine atau cetirizine
  • Menghindari iritasi di space yang gatal
  • Menghindari air panas yang dapat memperparah rasa gatal
  • Mandi air dingin dengan campuran oatmeal koloid atau baking soda

Cara Mengobati Biduran secara Natural (Tradisional)

Mengutip buku ‘Pengobatan Tradisional Pada Masyarakat Pedesaan Daerah Jawa Tengah’ oleh Soegeng Reksodiharjo, dkk., berikut adalah beberapa cara mengobati biduran secara natural dan tradisional:

  • Mengoleskan minyak kayu putih yang dicampur menthol crystal dan digosokkan pada kulit yang gatal
  • Menggunakan abu dari dapur yang masih panas yang dibungkus dengan kain dan digosokkan pada bagian yang terkena biduran
  • Melumaskan empu kunir dan asam kawak yang ditumbuk halus ke space biduran
  • Minum jamu dari rebusan daun remujung sebanyak 20 helai
  • Minum ramuan tradisional dari campuran daun meniran sebanyak sendok teh dan air satu gelas yang direbus selama 10 menit.

Nah, demikian penjelasan mengenai penyebab biduran lengkap dengan gejala, pencegahan, dan cara pengobatannya secara medis dan natural. Tetap jaga kesehatan kalian ya, detikers!

Simak Video “Epidermolisis Bullosa, Kelainan Kulit Langka Pada Manusia
[Gambas:Video 20detik]
(inf/inf)

Pencegahan Kanker Serviks – Bethsaida Hospital

Cegah Kanker Serviks dengan Rutin Melakukan Skrining


     Kanker Serviks menempati peringkat teratas di antara berbagai jenis kanker yang menyebabkan kematian pada perempuan di dunia. Indonesia sendiri menempati urutan nomor 1 kasus Kanker Serviks terbanyak di Asia Tenggara, dimana setidaknya ada 15.000 kasus setiap tahunnya. Namun sayangnya, deteksi dini Kanker Serviks masih belum menjadi perhatian bagi banyak wanita. Apalagi kanker serviks ini umumnya tidak menunjukan gejala pada stadium awal sehingga banyak dari mereka merasa tidak perlu melakukan skrining. Tapi tahukah Anda bahwa Kanker serviks bisa dicegah dan bisa diobati? Berikut fakta-fakta mengenai Kanker Serviks yang perlu Anda ketahui.

Apa itu Kanker Serviks??

Apa itu Kanker Serviks?

      Menurut dr. Andriana Kumala Dewi, Sp.OG, Dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi di Bethsaida Hospital, Kanker Serviks merupakan suatu penyakit keganasan yang berada di serviks atau leher rahim. Serviks sendiri berada di bagian paling bawah dari rahim dan letaknya persis di puncak vagina wanita.

Mengapa bisa terjadi Kanker Serviks?

    Sebagian besar kasus kanker leher rahim disebabkan oleh adanya infeksi dari virus Human Papilloma Virus (HPV), terutama tipe Excessive Danger yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Penularannya sendiri tidak terjadi secara langsung, namun butuh waktu yang lama untuk seseorang bisa terkena Kanker Serviks ini. Umumnya seseorang yang tertular Kanker Serviks baru terdiagnosa 10-20 tahun kemudian sejak virus HPV ini terjangkit.

Apa saja gejala Kanker Serviks?

    Gejala umum yang sering terjadi pada penderita Kanker Serviks diantaranya adalah pendarahan pervaginam atau perdarahan dari kemaluan. Selain itu gejala lain yang biasa muncul adalah postkoital bleeding atau perdarahan yang terjadi setelah berhubungan seksual dan tidak berkaitan dengan menstruasi. Adapun gejala lain seperti siklus menstruasi tidak teratur., nyeri pada panggul (di perut bagian bawah), badan lemas, mudah lelah, berat badan menurun, kehilangan nafsu makan, cairan miss V yang tidak regular seperti berbau dan bercampur darah.

Siapa yang beresiko terkena Kanker Serviks?

    Semua perempuan yang sudah melakukan hubungan seksual beresiko terkena Kanker Serviks. Namun yang memiliki potensi tinggi terkena penyakit ini adalah mereka yang memiliki a number of associate, melakukan hubungan intercourse di usia yang terlalu dini dan orang-orang yang memiliki penyakit tertentu yang mengakibatkan kekebalan tubuhnya menurun.

Bagaimana cara mencegah Kanker Serviks?

    Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk dapat mencegah terjadinya Kanker Serviks. dr. Andriana mengatakan bahwa pencegahannya sendiri terbagi menjadi dua. Yang pertama adalah pencegahan primer yaitu dengan melakukan vaksinasi HPV. Vaksinasi ini sangat disarankan untuk wanita terutama remaja direntan usia 9-13 tahun. Kemudian ada juga pencegahan sekunder yaitu dengan melakukan deteksi dini Kanker Serviks seperti Pap Smear atau Inspeksi Visible Asam Asetat (IVA ) yang bisa dilakukan minimal 2-3 tahun sekali. Semua pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui potensi adanya Kanker Serviks yang mungkin terjadi dan mengurangi resiko tertularnya virus HPV.

    Kanker Serviks bisa dicegah dan diobati dengan rutin melakukan skrining. Ubah gaya hidup dan tetap menjaga pola makan sehat agar terhindar dari penyakit Kanker Serviks. Dengan demikian, maka kesehatan serviks atau leher rahim lebih terjamin. Dengan penanganan yang tepat, Kanker Serviks bukanlah hal yang perlu ditakuti.

Pengambilan Pattern Pap Smear
Pengambilan pattern Pap Smear

Overview : dr. Andriana Kumala Dewi, Sp.OG