Tag: Pita

Kasus Langka! Remaja 15 Tahun Lumpuh Pita Suara gegara Infeksi COVID-19


Jakarta

Seorang remaja berusia 15 tahun di Massachusetts, Amerika Serikat, mengidap kelumpuhan pada pita suaranya setelah terinfeksi COVID-19. Adapun kasus langka ini dipublikasikan di Jurnal Medis Pediatrics.

Remaja yang tidak disebutkan namanya itu awalnya pergi ke ruang gawat darurat (UGD) di Rumah Sakit Umum Massachusetts, dengan mengeluhkan gejala gangguan pernapasan setelah sembilan hari didiagnosis COVID-19.

Pemeriksaan dengan endoskopi menunjukkan adanya kelumpuhan pita suara bilateral, yaitu imobilitas kedua pita suara yang terdapat pada laring atau kotak suara. Para dokter kemudian menyimpulkan kelumpuhan ini kemungkinan merupakan efek hilir dari virus COVID-19, ketika pemeriksaan ekstensif tidak menemukan penyebab lain.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kasus tersebut, yang dipresentasikan pada tanggal 19 Desember di jurnal Pediatrics, menunjukkan bahwa kelumpuhan pita suara mungkin merupakan komplikasi virus yang berhubungan dengan sistem saraf (neuropatik), selain komplikasi neurologis yang sudah umum terjadi pada anak-anak dan orang dewasa.

“Mengingat betapa umum virus ini terjadi pada anak-anak, potensi komplikasi yang baru diketahui ini harus dipertimbangkan pada setiap anak yang mengalami keluhan pernapasan, berbicara, atau menelan setelah prognosis COVID-19 baru-baru ini,” kata penulis pertama Danielle Reny Larrow M D, residen di Departemen THT-Bedah Kepala dan Leher di Mass Eye and Ear.

“Hal ini sangat penting karena keluhan tersebut dapat dengan mudah dikaitkan dengan prognosis yang lebih umum seperti asma,” imbuhnya.

Selama di rumah sakit, remaja itu menjalani serangkaian tes diagnostik terperinci dari dokter, termasuk pemeriksaan darah, pencitraan, analisis cairan serebrospinal dan konsultasi dengan ahli THT, neurologi, psikiatri, patologi bahasa bicara, serta bedah saraf.

Ketika terapi wicara gagal meringankan gejalanya, dokter kemudian melakukan trakeostomi, yakni sebuah lubang yang dibuat melalui pembedahan pada tenggorokan untuk meringankan kesulitan bernapas pasien.

Remaja tersebut tetap bergantung pada trakeostomi selama lebih dari 13 bulan setelah pengobatan awal. Artinya, kondisi yang dialaminya itu kemungkinan tidak bersifat sementara.

Dokter kemudian dapat melepaskan trakeostomi tersebut 15 bulan setelah pemasangannya dan tepat pada saat pasien lulus SMA.

“Dia mengadakan pesta promenade seniornya satu setengah tahun setelah dia kehilangan fungsinya, dan dia mengatakan kepada saya bahwa dia tidak akan pergi ke pesta promenade dengan trakeostomi yang dilakukan,” kata penulis senior Christopher Hartnick, M D, direktur Divisi Otolaringologi Anak dan Pusat Saluran Napas, Suara, dan Menelan Anak di Mata dan Telinga Massal.

“Kami memutuskan untuk melakukan intervensi sehingga dia bisa lulus SMA dan pergi ke pesta promenade tanpa trakeostomi, dan dia melakukannya,” lanjutnya lagi.

Neuropati pasca-virus diketahui sebagai penyebab kelumpuhan pita suara, dan terdapat beberapa laporan kelumpuhan pada salah satu atau kedua pita suara orang dewasa sebagai komplikasi infeksi SARS-CoV-2. Kasus yang dialami remaja ini merupakan laporan komplikasi pertama di dunia.

Jenis komplikasi ini biasanya tidak terjadi pada individu muda dan sehat, terlebih terdapat lebih dari 15 juta kasus infeksi SARS-CoV-2 pada anak yang dilaporkan.

“Melihat seorang siswa sekolah menengah yang muda, sehat, dan bersemangat tiba-tiba kehilangan salah satu saraf kranialnya yang penting sehingga mereka tidak dapat bernapas adalah hal yang sangat tidak biasa dan memerlukan beberapa analisis,” imbuh Hartnick.

“Fakta bahwa anak-anak sebenarnya dapat mengalami efek neurotropik jangka panjang akibat COVID-19 adalah sesuatu yang penting untuk diwaspadai oleh komunitas anak-anak yang lebih luas agar dapat merawat anak-anak kita dengan baik,” imbuhnya.

Simak Video “Covid-19 Kembali Ngegas, Perlukah Pakai Masker Lagi?
[Gambas:Video 20detik]
(suc/suc)

Kata Dokter soal Efek Makan Cacing Pita, Viral Dilakukan Pria Ini demi Tenar


Jakarta

Gegara berniat ingin mencari perhatian netizen alias ingin viral, pria dari AS bernama Nicolas Kratka ini nekat memakan cacing pita. Berawal mendapat ikan bass dari hasil memancing dan kemudian memotongnya, Nicolas melihat ikan tersebut dipenuhi dengan cacing.

Namun bukannya membersihkan cacing tersebut atau membuangnya, Nicolas malah memakannya. Ia penasaran dengan apa yang terjadi di dalam tubuhnya dan membagikan pengalamannya kepada netizen. Tak lama setelahnya, Nicolas mengalami gejala yang parah sampai harus mendapat perawatan di dokter.

“Yang sebenarnya terjadi adalah perut saya mulai terasa sakit. Ketika saya pergi ke dokter, katanya kemungkinan besar cacing itu akan menyebar ke mata dan otak saya, yang akan membunuh saya jika saya tidak bertindak cepat,” kata pria berusia 23 tahun itu, dikutip The Solar.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

baca juga

“Saya fool, saya tidak akan berbohong,” sambungnya lagi.

Dokter spesialis penyakit dalam dr Aru Ariadno, SpPD-KGEH mewanti-wanti ‘aktivitas’ yang dilakukan seperti pria di AS itu bisa membahayakan tubuh. Sebab, apabila seseorang memakan makanan yang mengandung parasit, misalnya cacing pita, maka ada kemungkinan parasit itu akan pindah dan hidup di dalam tubuh.

“Bila cacing pita dia bisa hidup di dalam usus lalu menempel di usus lalu akan menghisap darah korbannya. Bisa menyebabkan seseorang kekurangan darah dan gizi,” imbuhnya saat dihubungi detikcom, Jumat (6/10/2023).

Jika cacing pita sudah memenuhi usus, gejala yang dirasakan bisa berupa mual, muntah, hingga mengalami penyumbatan saluran cerna. dr Aru mengingatkan, jika menemukan makanan yang sudah dihinggapi parasit dan cacing, sebaiknya jangan dikonsumsi untuk menghindari risiko yang bisa terjadi.

“Tetapi yang lebih penting adalah sebaiknya masak makanan dengan matang sehingga bila ada parasit yang tidak tampak maka diharapkan akan mati,” katanya.

“Jangan lupa juga bahwa penularannya bisa juga dari telur cacing yang bisa berada di tanah atau tanaman yang tercemar. Oleh karena itu wajib cuci tangan yang bersih dan bersihkan sayuran dengan bersih sebelum di makan terutama bila dimakan sebagai lalapan,” sambungnya lagi.

Di sisi lain, meski Nicolas mengalami kondisi tersebut, ia mengaku pengalamannya memakan cacing tidak menghalanginya untuk mencoba makanan lain yang tidak biasa dan berpotensi berbahaya di masa mendatang.

baca juga

Simak Video “Suggestions Optimalkan Tinggi Badan Menurut Dokter Spesialis Orthopedi
[Gambas:Video 20detik]
(suc/naf)

Nekat Makan Cacing Pita Demi Viral, Pria Ini Alami Muntah-Mual dan Masuk RS


Jakarta

Seorang pria bernama Nicolas Kratka baru-baru ini viral lantaran nekat memakan cacing pita demi menghasilkan video bagus untuk menarik perhatian netizen. Imbas hal tersebut, ia malah berakhir masuk RS.

Kejadian ini bermula saat pria di AS itu tengah memancing dan menangkap ikan bass. Ia kemudian memotongnya dan menyadari bahwa ikan tersebut penuh dengan cacing parasit.

Alih-alih membersihkan atau membuangnya, Nicolas malah memakan hasil tangkapannya. Tak lama setelah itu, Nicolas mulai mengalami efek samping yang parah dan harus segera ke dokter untuk mendapat perawatan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Yang sebenarnya terjadi adalah perut saya mulai terasa sakit. Ketika saya pergi ke dokter, katanya kemungkinan besar cacing itu akan menyebar ke mata dan otak saya, yang akan membunuh saya jika saya tidak bertindak cepat,” kata pria berusia 33 tahun itu, dikutip The Solar.

“Aku pergi ke kamar mandi tanpa henti, perutku terasa mual,” katanya.

Dokter pun memberikan beberapa antiparasit untuk mengobati kondisi Nicolas lantaran tak begitu yakin dengan jenis cacing yang ada di dalam ikan.

Meski mengalami kondisi tersebut, Nicolas mengaku pengalamannya memakan cacing tidak menghalanginya untuk mencoba makanan lain yang tidak biasa dan berpotensi berbahaya di masa mendatang.

“Saya tidak menyesal,” katanya.

“Saya akan terus makan ekstrem selama saya masih hidup,” sambungnya lagi.

Di sisi lain, dirinya memperingatkan orang lain untuk tak mengikuti hal yang dilakukannya lantaran membahayakan.

“Beberapa cacing menyebabkan kejang, kerusakan otot, dan Anda bisa kehilangan penglihatan karena cacing masuk ke sana,” Nicolas menambahkan.

Cacing pita adalah cacing parasit pipih yang hidup di usus hewan inang dan biasanya menginfeksi banyak hewan berbeda, termasuk manusia, kucing peliharaan, dan hewan peliharaan.

Seperti parasit lainnya, cacing pita hanya dapat bertahan hidup di dalam tubuh hewan inangnya dan memakan nutrisi yang dimiliki inangnya. Kepalanya menempel pada bagian dalam usus dan menyerap nutrisi dari makanan yang dicerna di sana.

Dikutip dari Healthline, cacing pita dapat menempel pada berbagai organ di saluran pencernaan dan menyebabkan kerusakan serius. Beberapa gejala yang bisa dialami, di antaranya:

  • Diare
  • Sakit perut
  • Mual
  • Kelemahan
  • Demam

Anda mungkin juga menjadi korban infeksi bakteri, masalah neurologis, dan bahkan berisiko meninggal.

Simak Video “Sederet Efek Samping Berbahaya dari Penggunaan Obat Ivermectin
[Gambas:Video 20detik]
(suc/suc)