Tag: Sama

Wanita Ini Sembuh dari Kanker Paru di Hari yang Sama dengan Prognosis, Kok Bisa?


Jakarta

Seorang wanita lanjut usia di Texas didiagnosis dan sembuh dari kanker paru-paru pada hari yang sama. Bak dalam sekejap mata, penyakit pada tubuhnya lenyap begitu saja. Bagaimana kisahnya?

Wanita tersebut adalah April Boudreau (61). Ia terbangun dari anestesi lokal dan menemukan bahwa tumor di paru-parunya telah diidentifikasi dan diangkat. Dikisahkannya, semua terjadi begitu saja tanpa radiasi dan pengobatan kemoterapi.

Ketika bangun dari bius, Boudreau terkejut lantaran tubuhnya sudah dibersihkan dari kanker. Ia menyebut, tak banyak gejala yang sempat dialaminya sebelum hari itu. Ia hanya sempat mengeluhkan sesak napas, yang dikiranya sebagai masalah penuaan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Saya meminum pil pereda nyeri selama tiga hari, dan hanya itu yang saya butuhkan. Dalam tiga hari kemudian, saya regular saja, berjalan-jalan. Saya tidak percaya,” katanya dikutip dari New York Publish, Rabu (22/11/2023).

Boudreau telah menjalani pengobatan kanker sebanyak tiga kali dalam hidupnya. Ia telah dua kali selamat dari limfoma Hodgkin pada 1984 dan 1985, serta kanker payudara pada 2002. Kemudian pada Januari kemarin, ia menjalani CT scan dan dokter menemukan, ada benjolan mengkhawatirkan di paru-paru kanannya.

Ia kemudian menjalani tes lanjutan di Rumah Sakit Texas Well being Harris Methodist. Mengacu pada biopsi paru-paru, dokter menemukan bahwa benjolan di paru-paru Boudreau adalah kanker paru-paru stadium awal.

Dokter pun segera melakukan tindak lanjut dengan mengangkat sel kanker tersebut saat Boudreau berada di bawah pengaruh bius lokal. Tim medis menggunakan teknik bedah toraks minimal invasif baru, menggunakan kateter ultra-tipis yang dipandu secara robotik untuk menargetkan lesi di space paru-paru yang sulit dijangkau.

Simak Video “Stigma Tentang Penyintas Kanker yang Diharapkan Hilang dari Masyarakat
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/suc)

Pemicu Pernikahan Anak di RI Tinggi, Tak Hanya Ekonomi tapi ‘Suka sama Suka’


Jakarta

Kasus perkawinan anak masih menjadi permasalahan di Indonesia, termasuk di daerah-daerah. Hal ini tentunya bisa berdampak buruk pada banyak hal, salah satunya pada kesehatan reproduksi anak.

Berdasarkan knowledge Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), kasus pernikahan di usia anak relatif tinggi. Pada tahun 2022, prevalensi perkawinan anak di Indonesia berada di angka 8,06 persen.

Dari knowledge peradilan agama, permohonan dispensasi perkawinan usia anak pada tahun 2022 mencapai 55 ribu pengajuan pernikahan. Beberapa alasan pengajuan dispensasi nikah usia anak disebutkan karena sudah hamil terlebih dulu hingga dorongan orang tua karena sudah memiliki teman dekat atau pacar.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut perwakilan Koalisi Perempuan Indonesia Mega Puspitasari, faktor terkuat dalam kasus perkawinan anak adalah ekonomi atau masalah kemiskinan. Namun, tren faktor penyebab ini terus mengalami pergeseran.

“Berdasarkan knowledge dari badan peradilan agama, mereka yang mengajukan dispensasi kawin sebagai syarat melakukan perkawinan anak adalah atas dasar cinta. Suka sama suka,” jelas Mega pada detikcom dalam acara Rutgers Indonesia di Bogor, Selasa (14/11/2023).

Melihat fakta ini, Mega mengatakan sangat berbeda dengan kajian yang sudah dilakukan sebelumnya. Menurutnya, faktor penyebab yang cukup banyak saat ini ada romantisasi yang dibangun di permasalahan pernikahan anak ini.

Selain itu, Mega juga menyinggung pengaruh media sosial yang cukup kuat pada anak-anak. Menurutnya, pengaruh digitalisasi sudah cukup kuat, tetapi literasinya masih kurang.

“Bagaimana media sosial salah satu media yang cukup kuat mempengaruhi anak-anak untuk melihat ‘yah daripada capek sekolah, mending nikah’. Nah ini yang semakin menguat,” kata Mega.

“Jadi kita lihat ada pergeseran faktor, meski masih mendominasi kemiskinan dan faktor budaya dan adat yang masih sangat kuat, faktor bagaimana literasi pemahaman anak-anak di media sosial ini menjadi faktor baru yang mencuat dan mendorong perkawinan anak,” jelasnya.

Simak Video “Pentingnya Siap Psychological dan Menyayangi Diri Sendiri Sebelum Menikah
[Gambas:Video 20detik]
(sao/kna)

Serupa Tapi Tak Sama, Dokter Spill Beda Henti Jantung Vs Serangan Jantung


Jakarta

Penyakit jantung merupakan salah satu kondisi medis yang sangat berbahaya. Jika tidak ditangani dengan tepat, efek deadly bisa saja dialami oleh pengidapnya.

Beberapa jenis penyakit jantung yang mungkin banyak didengar masyarakat adalah henti jantung dan serangan jantung. Namun, rupanya masih banyak masyarakat salah mengira bahwa kedua kondisi medis tersebut itu sama. Sebenarnya apa sih perbedaan henti jantung dan serangan jantung?

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dr Erta Priadi Wirawijaya, SpJP menjelaskan henti jantung merupakan sebuah kondisi di mana jantung secara tiba-tiba berhenti berdetak. Kondisi ini terjadi karena adanya masalah listrik pada jantung yang menyebabkan gangguan irama tidak beraturan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Kondisi ini akhirnya membuat jantung tidak bisa memompa darah ke otak, paru-paru atau organ lain,” ucap dr Erta dalam konferensi pers, Senin (25/9/2023).

“Dalam hitungan detik, seseorang yang akan kehilangan kesadaran tidak bernapas. Tanpa penanganan, kematian bisa terjadi dalam hitungan beberapa menit,” sambungnya.

Sedangkan pada serangan jantung, kondisi ini disebabkan oleh adanya sumbatan arteri koroner sehingga darah yang kaya akan oksigen tidak dapat mencapai otot jantung. Jika aliran darah tidak segera dipulihkan, otot jantung dapat rusak dan mati.

Berbeda dengan henti jantung, proses serangan jantung umumnya tidak langsung membuat pasien meninggal. Adapun gejala yang dialami oleh pasien serangan jantung antara lain nyeri dada hebat, keringat dingin, mual, dan muntah.

“Tapi biasanya ada gejala serangan jantung yang mendahului yaitu bisa muncul itu bisa berlangsung beberapa jam, hari, atau minggu sebelum serangan,” ujarnya.

“Beda dengan henti jantung, biasanya serangan jantung itu tidak membuat jantung berhenti berdetak masih bisa dia memompakan darah tapi semakin lama tidak ditangani bisa semakin besar kerusakannya,” pungkasnya.

Adapun penanganan kedua kedua jenis penyakit jantung ini pun berbeda. Pasien henti jantung harus segera mendapatkan resusitasi jantung paru atau CPR saat itu juga, sedangkan pasien serangan jantung harus segera dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan revaskularisasi.

Simak Video “Faktor Risiko Penyakit Jantung yang Bisa Diubah dan Tidak
[Gambas:Video 20detik]
(avk/naf)