Tag: tahun

Kasus Langka! Remaja 15 Tahun Lumpuh Pita Suara gegara Infeksi COVID-19


Jakarta

Seorang remaja berusia 15 tahun di Massachusetts, Amerika Serikat, mengidap kelumpuhan pada pita suaranya setelah terinfeksi COVID-19. Adapun kasus langka ini dipublikasikan di Jurnal Medis Pediatrics.

Remaja yang tidak disebutkan namanya itu awalnya pergi ke ruang gawat darurat (UGD) di Rumah Sakit Umum Massachusetts, dengan mengeluhkan gejala gangguan pernapasan setelah sembilan hari didiagnosis COVID-19.

Pemeriksaan dengan endoskopi menunjukkan adanya kelumpuhan pita suara bilateral, yaitu imobilitas kedua pita suara yang terdapat pada laring atau kotak suara. Para dokter kemudian menyimpulkan kelumpuhan ini kemungkinan merupakan efek hilir dari virus COVID-19, ketika pemeriksaan ekstensif tidak menemukan penyebab lain.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kasus tersebut, yang dipresentasikan pada tanggal 19 Desember di jurnal Pediatrics, menunjukkan bahwa kelumpuhan pita suara mungkin merupakan komplikasi virus yang berhubungan dengan sistem saraf (neuropatik), selain komplikasi neurologis yang sudah umum terjadi pada anak-anak dan orang dewasa.

“Mengingat betapa umum virus ini terjadi pada anak-anak, potensi komplikasi yang baru diketahui ini harus dipertimbangkan pada setiap anak yang mengalami keluhan pernapasan, berbicara, atau menelan setelah prognosis COVID-19 baru-baru ini,” kata penulis pertama Danielle Reny Larrow M D, residen di Departemen THT-Bedah Kepala dan Leher di Mass Eye and Ear.

“Hal ini sangat penting karena keluhan tersebut dapat dengan mudah dikaitkan dengan prognosis yang lebih umum seperti asma,” imbuhnya.

Selama di rumah sakit, remaja itu menjalani serangkaian tes diagnostik terperinci dari dokter, termasuk pemeriksaan darah, pencitraan, analisis cairan serebrospinal dan konsultasi dengan ahli THT, neurologi, psikiatri, patologi bahasa bicara, serta bedah saraf.

Ketika terapi wicara gagal meringankan gejalanya, dokter kemudian melakukan trakeostomi, yakni sebuah lubang yang dibuat melalui pembedahan pada tenggorokan untuk meringankan kesulitan bernapas pasien.

Remaja tersebut tetap bergantung pada trakeostomi selama lebih dari 13 bulan setelah pengobatan awal. Artinya, kondisi yang dialaminya itu kemungkinan tidak bersifat sementara.

Dokter kemudian dapat melepaskan trakeostomi tersebut 15 bulan setelah pemasangannya dan tepat pada saat pasien lulus SMA.

“Dia mengadakan pesta promenade seniornya satu setengah tahun setelah dia kehilangan fungsinya, dan dia mengatakan kepada saya bahwa dia tidak akan pergi ke pesta promenade dengan trakeostomi yang dilakukan,” kata penulis senior Christopher Hartnick, M D, direktur Divisi Otolaringologi Anak dan Pusat Saluran Napas, Suara, dan Menelan Anak di Mata dan Telinga Massal.

“Kami memutuskan untuk melakukan intervensi sehingga dia bisa lulus SMA dan pergi ke pesta promenade tanpa trakeostomi, dan dia melakukannya,” lanjutnya lagi.

Neuropati pasca-virus diketahui sebagai penyebab kelumpuhan pita suara, dan terdapat beberapa laporan kelumpuhan pada salah satu atau kedua pita suara orang dewasa sebagai komplikasi infeksi SARS-CoV-2. Kasus yang dialami remaja ini merupakan laporan komplikasi pertama di dunia.

Jenis komplikasi ini biasanya tidak terjadi pada individu muda dan sehat, terlebih terdapat lebih dari 15 juta kasus infeksi SARS-CoV-2 pada anak yang dilaporkan.

“Melihat seorang siswa sekolah menengah yang muda, sehat, dan bersemangat tiba-tiba kehilangan salah satu saraf kranialnya yang penting sehingga mereka tidak dapat bernapas adalah hal yang sangat tidak biasa dan memerlukan beberapa analisis,” imbuh Hartnick.

“Fakta bahwa anak-anak sebenarnya dapat mengalami efek neurotropik jangka panjang akibat COVID-19 adalah sesuatu yang penting untuk diwaspadai oleh komunitas anak-anak yang lebih luas agar dapat merawat anak-anak kita dengan baik,” imbuhnya.

Simak Video “Covid-19 Kembali Ngegas, Perlukah Pakai Masker Lagi?
[Gambas:Video 20detik]
(suc/suc)

Menkes ‘Spill’ Perkiraan Harga Vaksin COVID-19 Berbayar Tahun Depan

Jakarta

Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) mengimbau masyarakat untuk segera melengkapi vaksin primer dan booster di tengah lonjakan kasus COVID-19 beberapa waktu terakhir. Langkah ini penting dilakukan untuk melindungi kelompok rentan dari keparahan dan risiko fatalitas yang mungkin dapat terjadi.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menuturkan bahwa saat ini menjadi momen yang tepat untuk masyarakat segera mendapatkan vaksin COVID-19, terlebih rencananya vaksin akan mulai berbayar di tahun 2024.

“Untuk harga nanti, apakah kita akan atur atau lepas ke pasar nanti punya pilihan kan masyarakat. Kurang lebih ratusan ribu, kalau sekarang masih free of charge makanya cepat-cepat sekarang aja,” ucap Menkes Budi ketika ditemui detikcom di Jakarta Pusat, Sabtu (18/12/2023).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Yang jelas nggak semahal vaksin HPV, ya kurang lebih ratusan ribu seharusnya dan itu kan enam bulan sekali,” sambungnya.

Menkes Budi mengatakan bahwa tahun depan rencananya Kemenkes akan membuka bagi klinik dan rumah sakit swasta mengadakan vaksinasi COVID-19 sendiri. Namun ia menambahkan bahwa vaksin ini nantinya masih akan digratiskan untuk kelompok tertentu yang membutuhkan.

“Kita akan tetap memberikannya free of charge untuk masyarakat miskin yang mengikuti program penerima bantuan iuran dari BPJS,” ujar Menkes Budi.

“Pastinya mumpung masih free of charge. Untuk yang vaksinnya udah 6 bulan lalu dan yang komorbid boleh vaksinasi lagi. Vaksinasi kan mengurangi derajat keparahan dan fatalitas,” pungkasnya.

Kemenkes Bolehkan Vaksin Booster Ketiga

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik dr Siti Nadia Tarmizi dalam kesempatan yang berbeda mengatakan bahwa masyarakat kini sudah bisa mendapatkan vaksin booster ketiga. dr Nadia mengatakan masyarakat bisa langsung mendatangi fasilitas kesehatan tanpa menunggu tiket vaksinasi COVID-19 di aplikasi SATU SEHAT.

“Iya masyarakat sudah bisa vaksinasi COVID-19 booster ketiga, bebas untuk siapa saja yang suntikan terakhir lebih dari enam bulan,” kata dr Nadia saat dihubungi detikcom Minggu (18/12/2023).

“Tidak perlu tiket. Nanti akan bisa ke PCare juga dan tercatat, tapi karena mungkin ada yang masih proses, akan dicatat handbook,” sambungnya

Simak Video “Perhatian! Masyarakat Indonesia Diminta Segera Vaksin Booster
[Gambas:Video 20detik]
(avk/naf)

Influencer Umur 19 Tahun Meninggal usai Jalani Transplantasi Liver Darurat


Jakarta

Seorang influencer di Brasil, Maria Sofia Valim, meninggal dunia setelah menjalani transplantasi liver atau hati darurat. Ia meninggal dunia di usia yang masih muda, yakni 19 tahun.

Kabar duka ini disampaikan sang ayah sekaligus Walikota Caucaia, Brasil, Vitor Valim.

“Dengan rasa sakit dan kesedihan yang terdalam, saya memberi tahu semua orang tentang meninggalnya putri saya tercinta, Sofia,” tulisnya dalam pernyataan yang dikutip dari laman Folks, Rabu (13/12/2023).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Sayangnya, tubuhnya tidak dapat bertahan. Saya berterima kasih kepada semua orang atas doa dan kasih sayang yang diberikan kepada saya dan keluarga saya di saat penderitaan yang luar biasa ini,” sambungnya.

Sekitar dua hari sebelumnya, Vitor membagikan di Instagram bahwa Maria Sofia sudah menemukan donor yang cocok dan telah berhasil menjalani prosedurnya. Namun, sejauh ini ia belum menjelaskan penyebab putrinya harus menjalani transplantasi hati.

Vitor menjelaskan putrinya menjalani transplantasi hati sesuai dengan aturan yang berlaku. Sofia menemukan donor yang tepat di tengah kondisi yang sangat mendesak dan darurat itu.

“Pagi ini donor yang cocok telah ditemukan dan operasi berhasil dilakukan. Namun 48 jam ke depan masih akan dilakukan observasi agar dapat diketahui apakah tubuh Sofia akan menerima organ baru tersebut,” kata Vitor saat Sofia selesai menjalani transplantasi.

Namun, kondisi Sofia ternyata tidak semakin membaik. Sofia yang saat itu berusia 19 tahun meninggal dunia karena komplikasi kesehatan setelah menjalani transplantasi.

Simak Video “Kemenkes Ungkap Hasil Audit Kasus Mati Batang Otak
[Gambas:Video 20detik]
(sao/vyp)

Kronologi Wanita 24 Tahun Meninggal Kena Kanker, Gejala Awalnya Dikira Ambeien


Jakarta

Seorang wanita berusia 24 tahun meninggal dunia karena kanker usus stadium 4. Wanita bernama Mia Brehme, di Leigh, Larger Manchester, Inggris, itu awalnya tak sadar dan menganggap kondisi yang dialami merupakan gejala ambeien.

Mia awalnya mengeluhkan perdarahan di dubur pasca melahirkan putrinya yang kini berusia tiga tahun, Kyla Mae. Akan tetapi, perdarahan tersebut terus-menerus dialaminya hingga kondisinya semakin memburuk. Ia juga mengalami gejala kelelahan, mual, diare, hingga sembelit.

Ia menduga perdarahan itu akibat dari ambeien karena sempat melahirkan sebelumnya, mengingat kondisi tersebut umum terjadi pada ibu baru. Menurut Nationwide Well being Service UK, ambeien kerap hilang dalam beberapa hari setelah melahirkan. Namun ada pula yang bertahan hingga beberapa bulan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada Juni 2023, Mia memutuskan pergi ke dokter untuk memeriksakan diri. Namun karena dikira ambeien, ibu anak satu itu diberi obat krim oles di anusnya.

Setelah obatnya habis, perdarahannya tak kunjung berhenti. Mia akhirnya menjalankan tes lanjutan di rumah sakit. Hasilnya, ibu muda tersebut mengidap kanker usus stadium empat dan sudah menyebar ke bagian tubuh lain.

“Kami tidak pernah berpikir bahwa gejala yang dialami Mia bisa menjadi sesuatu yang serius, karena dia adalah seorang ibu muda yang sehat. Saya berharap, atas namanya, generasi muda dapat diperiksa dan nyawa dapat diselamatkan,” imbuh Kakak Mia, Alice (28) , dikutip dari Every day Mail.

“Itu sangat cepat. Kanker menyebar dengan sangat cepat pada orang muda, dan hal ini tidak saya sadari. Kondisinya memburuk dengan cepat, dan saya menghabiskan setiap hari di rumah sakit,” imbuhnya lagi.

Sebelum meninggal, Mia juga sempat menjalani kemoterapi. Akan tetapi, pengobatan tersebut tak menunjukkan hasil yang baik. Mia meninggal dunia pada bulan lalu di usianya yang masih muda, empat bulan setelah didiagnosis.

“Mia merayakan ulang tahunnya yang ke 24 di rumah sakit, pada tanggal 27 September. Kurang dari satu bulan kemudian, dia meninggal,” imbuh Alice.

Simak Video “Stigma Tentang Penyintas Kanker yang Diharapkan Hilang dari Masyarakat
[Gambas:Video 20detik]
(suc/naf)

Cerita Wanita Umur 70 Tahun Sukses Lahiran Anak Kembar Lewat Bayi Tabung


Jakarta

Safina Namukwaya, seorang wanita berusia 70 tahun di Uganda, melahirkan bayi kembar pada Rabu (29/11/2023).

Dikutip dari TODAY, Namukwaya hamil melalui program bayi tabung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan perempuan melalui operasi caesar di Girls’s Hospital Worldwide and Fertility Middle Kampala, Uganda.

Bayi kembarnya lahir di usia kehamilan 31 minggu. Dia mengatakan bahwa ia juga memiliki seorang anak perempuan berusia 3 tahun yang menunggunya kembali pulang di dasanya di Uganda, sebuah negara di Afrika Timur.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Saya merasa luar biasa,” kata Namukwaya kepada TODAY melalui seorang penerjemah lewat panggilan video.

“Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa 70 tahun itu sudah tua, tetapi Tuhan memutuskan bahwa saya bisa memiliki anak kembar di usia 70 tahun. Tidak ada seorang pun yang dapat membatasi otoritas dan kuasa Tuhan,” sambungnya.

Ibu dari tiga anak yang sedang bergantian antara menyusui dan memompa ASI ini mengatakan, ia memiliki komunitas pendukung yang kuat di kampung halamannya.

“Beberapa rumah tangga akan membantu saya mencuci dan mengurus bayi karena usia saya yang sudah lanjut,” kata Namukwaya.

Untuk membantu proses kehamilan anak-anaknya, Namukwaya memilih untuk melakukan fertilisasi in vitro (IVF). Karena usianya yang sudah lanjut, ia menggunakan sel telur donor dan sperma pasangannya.

“Kami menanamkan empat embrio, dan tentu saja, dia mengandung anak kembar,” kata Sali.

Sali berkata bahwa bayi kembar Namukwaya berada di unit perawatan intensif neonatal (NICU) rumah sakit karena mereka lahir prematur. Namun, ia menambahkan bahwa mereka baik-baik saja.

Ketika Namukwaya mendatangi Sali di awal tahun ini untuk melakukan program bayi tabung, Sali tidak ragu-ragu untuk menolongnya.

“Itu adalah hak asasi manusia. Itu adalah tubuhnya. Dia sehat secara fisik,” jelasnya.

Wanita 70 tahun ini sebelumnya telah diejek sebagai “wanita terkutuk” karena tidak memiliki anak sebelum dia melahirkan putrinya pada tahun 2020, menurut laporan kantor berita Agence France-Press (AFP).

Putra Dr Edward Tamale Sali, Arnold Ssali, seorang ahli embriologi klinis yang akrab dengan kasus Namukwaya, berkata bahwa dalam budaya Afrika, “ini semua tentang keluarga – lebih banyak orang, lebih baik.”

Namukwaya juga berkata kepadanya bahwa selalu lebih baik memiliki lebih banyak daripada lebih sedikit.

Namun, pasti ada risiko yang terlibat.

“Menurut saya, apa yang terjadi pada wanita berusia 70 tahun ini sangat tidak bertanggung jawab,” ungkap Dr Brian Levine, seorang direktur praktik di klinik kesuburan di New York.

Menurut Levine, komplikasi kehamilan seperti diabetes gestasional, yang merupakan “gangguan” bagi wanita berusia 40 tahun, dapat menjadi “malapetaka” bagi wanita berusia 70 tahun.

“Information menunjukkan bahwa wanita yang melahirkan di atas usia 50 tahun memiliki tingkat hipertensi, diabetes gestasional, dan persalinan prematur yang lebih tinggi,” kata Levine.

Ia melanjutkan, “Jika serang ibu berusia 70 tahun mengalami pembekuan darah, mengidap stroke, atau serangan jantung, anak-anak akan mengalami keterlambatan perkembangan dan mungkin secara fisik. Dan siapa yang akan merawat anak-anak yang rapuh secara medis ini ketika orang tua mereka meninggal?”

Carmen Bousada tercatat di Guinness World Data sebagai wanita tertua yang melahirkan. Pada tahun 2006, Bousada, yang saat itu berusia 66 tahun, menyambut bayi kembar laki-laki setelah menjalani program bayi tabung. Bousada meninggal pada tahun 2009.

Simak Video “Viral Bayi 5 Bulan Disebut ‘Hamil’, Ini Hasil Diagnosisnya
[Gambas:Video 20detik]
(kna/kna)

Wanita 70 Tahun Jadi Pejuang Garis Dua, Berhasil Melahirkan Anak Kembar Lewat IVF

Jakarta

Seorang wanita berusia 70 tahun di Uganda, Afrika Selatan, melahirkan anak kembar setelah menerima perawatan kesuburan yang menjadikannya salah satu ibu baru tertua di dunia.

Safina Namukwaya melahirkan bayi laki-laki dan perempuan pada hari Rabu melalui operasi caesar di rumah sakit di ibu kota Kampala, tempat dia menerima perawatan fertilisasi in vitro. Rumah sakit mengucapkan selamat kepadanya, dengan mengatakan bahwa ini lebih dari sekedar ‘keberhasilan medis’ namun tentang kekuatan dan ketahanan jiwa manusia.

Dr Edward Tamale Sali, spesialis kesuburan di Girls’s Hospital Worldwide and Fertility Heart (WHI&FC), mengatakan kepada BBC Well being bahwa sang ibu menggunakan sel telur donor dan sperma pasangannya untuk prosedur fertilisasi in-vitro (IVF).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Si kembar lahir prematur pada usia kehamilan 31 minggu dan ditempatkan di inkubator, namun dikatakan dalam keadaan sehat. Namukwaya adalah wanita tertua yang melahirkan bayinya di rumah sakit Kampala, yang khusus membantu pasangan yang berjuang dengan kesuburan.

“Pada usia 70 tahun ketika saya dianggap lemah, tidak bisa hamil dan melahirkan, atau merawat bayi, dan inilah keajaiban lahirnya anak kembar,” kata ibu baru tersebut kepada AFP.

Sebelum menyambut anak pertamanya tiga tahun lalu, Namukwaya mengatakan di komunitas pedesaannya dia dicap sebagai “wanita terkutuk” karena gagal hamil.

Tumor Ovarium Langka Bergigi Ditemukan pada Mumi Wanita Mesir Usia 3.000 Tahun


Jakarta

Arkeolog menemukan tumor ovarium langka yang bergigi di pemakaman Mesir Kuno berusia 3 ribu tahun. Tumor tersebut ditemukan di antara sisa-sisa jasad seorang wanita yang meninggal lebih dari 3.000 tahun yang lalu.

Dikutip dari Reside Science, tumor ovarium yang terletak di panggul tersebut, berupa massa tulang dengan dua gigi. Ini adalah contoh teratoma tertua yang diketahui, yaitu jenis tumor langka yang biasanya terjadi di ovarium atau testis.

Hanya empat contoh teratoma arkeologis yang pernah ditemukan sebelumnya , tiga di Eropa dan satu di Peru. Penemuan teratoma baru-baru ini di pemakaman periode Kerajaan Baru di Amarna, Mesir, keduanya didirikan sekitar tahun 1345 SM, merupakan kasus arkeologi kelima yang dipublikasikan, menjadikannya contoh teratoma tertua yang diketahui dan kasus kuno pertama yang ditemukan di Afrika.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di salah satu makam di Pemakaman Gurun Utara yang terdiri dari sebuah lubang dan ruang pemakaman, para peneliti menemukan kerangka seorang wanita berusia 18 hingga 21 tahun yang dibungkus dengan tikar serat tumbuhan. Ia dimakamkan dengan sejumlah barang, termasuk cincin berhiaskan sosok Bes, dewa yang sering dikaitkan dengan persalinan, kesuburan, dan perlindungan.

Selama penggalian, para arkeolog melihat sesuatu yang tidak biasa di panggul wanita itu: sebuah massa tulang, seukuran buah anggur besar, dengan dua cekungan berisi gigi yang cacat.

Gretchen Dabbs, ahli bioarkeologi di Southern Illinois College Carbondale, dan rekannya mempublikasikan penemuan tumor ini secara on-line pada 30 Oktober di Worldwide Journal of Paleopathology. Mengesampingkan prognosis lain, mereka berpendapat bahwa keberadaan gigi dan lokasi di daerah panggul wanita tersebut mengindikasikan bahwa itu adalah teratoma ovarium.

“Pada usia 18-21 tahun, orang ini mungkin sudah menjadi istri seseorang,” kata Dabbs.

Teratoma dapat bermanifestasi sebagai kanker jinak atau ganas, biasanya terdiri dari berbagai jaringan, termasuk otot, rambut, gigi, atau tulang. Tumor ini dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan bengkak, dan jika pecah, dapat menyebabkan infeksi.

Simak Video “Epidermolisis Bullosa, Kelainan Kulit Langka Pada Manusia
[Gambas:Video 20detik]
(kna/naf)

Picu Pemuda 20 Tahun Tewas, Kenapa ‘Sindrom Nasi Goreng’ Bisa Mematikan?


Jakarta

Kasus pemuda berusia 20 tahun yang meninggal setelah terkena ‘sindrom nași goreng’ kembali viral di media sosial. Kok bisa sindrom nași goreng mematikan?

Dalam sebuah laporan di jurnal Scientific Microbiology di tahun 2008, seorang mahasiswa berusia 20 tahun meninggal setelah memakan spageti yang dia masak, ditinggalkan di lemari es, lalu dipanaskan kembali dan dimakan lima hari kemudian. Pemicunya adalah Bacillus cereus, bakteri yang bisa menyebabkan keracunan makanan.

Di samping itu, dalam kasus lain yang diterbitkan dalam jurnal Frontier, seorang gadis berusia 11 tahun mengalami kegagalan organ setelah mengonsumsi pasta yang dimasak 3 hari sebelumnya. Dia akhirnya harus menerima perawatan suportif di intensif pediatrik.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Laporan tersebut menyoroti potensi parah dari keracunan makanan akibet kontaminasi B cereus. Bakteri ini dapat memicu masalah kesehatan yang serius dan komplikasi terlebih jika memiliki sistem kekebalan yang lemah.

Sindrom nași goreng atau fried rice syndrome disebabkan oleh B cereus. Starchy meals like rice and pasta are sometimes the culprits. However it may additionally have an effect on different meals, like cooked greens and meat dishes.

Bakteri ini berbahaya karena menghasilkan sejenis sel yang disebut spora, yang sangat tahan terhadap pemanasan. Jadi, meskipun memanaskan sisa makanan dengan suhu tinggi dapat membunuh jenis bakteri lain, efek yang sama mungkin tidak akan terjadi jika makanan terkontaminasi B cereus.

Selain itu B cereus memiliki kebiasaan buruk dalam mengeluarkan racun berbahaya dalam makanan. Beberapa racun ini sangat sulit dibunuh dengan panas yang dihasilkan microwave biasa.

Bakteri B celeus melepaskan dua jenis racun yang masing-masing menyebabkan penyakit berbeda. Satu menyebabkan diare sementara racun lainnya menyebabkan muntah.

Jenis toksin pertama dilepaskan di usus kecil setelah bakteri tertelan, dan menyebabkan diare, kram, dan kadang-kadang mual namun jarang muntah. Gejala biasanya dimulai 6 hingga 15 jam setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi, yang dapat mencakup berbagai daging, susu, sayuran, atau ikan. Gejalanya biasanya mereda setelah sekitar satu hari.

Jenis racun kedua dilepaskan oleh bakteri dalam makanan sebelum dikonsumsi. Makanan bertepung, seperti nasi, adalah sumber makanan yang paling umum terkena dampaknya. Racun tersebut menyebabkan muntah dan mual dalam waktu 30 menit hingga 6 jam setelah makan makanan yang terkontaminasi.

Gejala mereda setelah sekitar 24 jam. Namun pada kondisi deadly, kasusnya bisa berujung kematian jika tidak ditangani dengan tepat.

Simak Video “Madonna Sempat Berpikir Tak Akan Selamat dari Penyakit Infeksi Bakteri
[Gambas:Video 20detik]
(kna/kna)

Pria 27 Tahun Idap Varikokel Grade 3, Awalnya Ngeluh Gejala Ini


Jakarta

Viral seorang pria di Bali bernama Arya (27) menceritakan pengalamannya mengidap varikokel atau varises di testis. Melalui akun TikTok-nya, ia menceritakan bahwa ia kerap merasakan rasa nyeri yang hilang timbul pada bagian testis. Tidak hanya itu, Arya juga merasa terjadi perubahan fisik berupa penurunan pada salah satu testisnya.

“Rasa sakitnya itu nyeri di bagian sebelah kiri, kayak satu detik dua detik terus hilang. Kalau gejalanya yang timbul itu sebenarnya kayak nggak ngerasain banget gitu lho gejalanya, kadang-kadang kita nggak sadar kalau kita itu sakit varikokel,” ucap Arya ketika dihubungi detikcom, Sabtu (4/11/2023).

Arya menceritakan bahwa salah satu testisnya mengalami penurunan dengan signifikan dan tidak terlihat regular. Selain itu, ia juga melihat ada munculnya semacam pembuluh darah yang begitu nampak pada buah zakarnya.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menuturkan rasa nyeri tersebut kerap muncul ketika dirinya merasa terlalu lelah. Arya mengaku bahwa sebenarnya ia sudah merasakan gejala tersebut pada 2014 ketika masih kuliah. Namun karena merasa takut, ia tidak berani memeriksakan diri.

Arya akhirnya berani memeriksakan diri pada Agustus 2023 ke dokter. Setelah pemeriksaan melalui USG, dokter mendiagnosisnya mengidap varikokel dan Arya menjalani operasi pada 1 September 2023.

“Akhirnya saya memutuskan untuk periksa. Yang sebelah kiri grade 3 dan yang sebelah kanan itu grade 2. Diputuskan akhirnya dioperasi sama dokternya yang bagian kiri saja karena kalau grade 3 hanya bisa sembuh dengan operasi,” cerita Arya.

“Penanganannya operasi saja sama dapat obat setelah itu. Obatnya nggak jangka panjang dan sekarang sudah nggak minum obat lagi,” sambungnya

Arya menuturkan bahwa saat ini kondisinya sudah jauh lebih baik. Ia bahkan sudah bisa beraktivitas dengan regular seperti biasa.

“Pokoknya jangan takut ke dokter dan jangan takut buat diperiksa. Sedini mungkin langsung diperiksa karena semakin cepat semakin mudah ditemukan pemecahan solusinya,” katanya.

“Sekarang sudah sehat, sudah bisa beraktivitas regular, udah nggak overthinking lagi,” pungkasnya.

Simak Video “Sebastien Haller Idap Tumor Testis, Kenali Gejala-Faktor Risikonya
[Gambas:Video 20detik]
(avk/kna)

Riset Sebut Kasus Stroke Bakal Naik Drastis Beberapa Tahun ke Depan, Ini Gegaranya

Jakarta

Serangan stroke tak hanya menghantui orang-orang berusia lanjut, melainkan juga orang-orang muda dengan kisaran usia 20 hingga 30 tahun. Lebih lagi baru-baru ini, Organisasi Stroke Dunia-Komisi Neurologi Lancet melaporkan bahwa dalam beberapa tahun mendatang, jumlah pasien stroke akan meningkat pesat di seluruh dunia. Mengapa demikian?

Tak hanya gegara kedatangannya yang seringkali mendadak tanpa ‘aba-aba’ beruba gejala tertentu lebih dulu, penyakit stroke juga ditakutkan lantaran berisiko menimbulkan kecacatan permanen.

Kemudian laporan dari Lancet baru-baru ini menyebut, jumlah orang yang meninggal dunia akibat stroke di seluruh dunia kemungkinan akan meningkat sebanyak 50 persen pada 2050, dengan 10 juta orang meninggal karena stroke setiap tahunnya.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari Medical Information At present, saat ini, tercatat ada 15 juta orang di seluruh dunia menderita stroke setiap tahunnya. 5 juta dari orang-orang ini meninggal, sementara 5 juta lainnya masih hidup dengan kecacatan. Diketahui, stroke adalah penyebab kematian kedua terbesar dunia, setelah penyakit jantung iskemik.

Selain itu, laporan tersebut juga mencatat bahwa kasus stroke meningkat pesat di kalangan orang dewasa berusia kurang dari 55 tahun. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), pada kebanyakan kasus, stroke dapat dicegah dengan perubahan gaya hidup berupa:

  • Makan Sehat
  • Aktif secara fisik
  • Tidak merokok
  • Membatasi asupan alkohol

Apa Penyebabnya?

Ahli saraf dari Universitas Columbia, dr Joshua Z. Willey, menyebut salah satu penyebab stroke paling signifikan adalah kondisi hipertensi, yang seringkali tidak diobati dengan baik dan tidak terdeteksi.

Kemudian kepala penelitian dan pengembangan di VA St. Louis Well being Care System, Ziyad Al-Aly, menyebut epidemi obesitas world adalah penyebab utama kasus stroke. Ditambah, kasus diabetes sebagai faktor stroke lainnya juga meningkat di dunia.

Sedangkan Profesor Madya Monash College, Monique Kilkenny, mencatat bahwa masalah lingkungan dan kualitas udara, termasuk masalah polusi, berkontribusi terhadap peningkatan prevalensi stroke saat ini.

Simak Video “Seberapa Penting Menyederhanakan Istilah Medis ke Masyarakat Awam?
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/vyp)