Jakarta –
Dalam waktu 10 tahun terakhir, prevalensi diabetes melitus tipe 1 di Indonesia melonjak tujuh kali lipat, dari semula 3,88 per 100 juta penduduk di 2000, menjadi 28,19 per 100 juta penduduk di 2013. Prof Dr dr Aman Bhakti Pulungan SpA memperkirakan jumlahnya jauh lebih tinggi, terlebih selama ini banyak pasien anak tidak terdiagnosis diabetes.
“Hidup dengan DMT1 tidaklah mudah dan memerlukan lebih dari sekadar dukungan medis. Pengelolaan DMT1 yang tepat memerlukan pemantauan kadar gula darah secara mandiri dan pemahaman yang komprehensif tentang kondisi tersebut,” terang Altering Diabetes in Youngsters (CDiC) Lead untuk Indonesia tersebut, melalui keterangan tertulis yang diterima detikcom Sabtu (22/7/2023).
Angka tersebut menurutnya dilaporkan di tengah keterbatasan pengelolaan kasus diabetes melitus tipe 1 di Indonesia. Karenanya, Prof Aman menyoroti perlunya pendampingan yang baik pada pasien, utamanya mereka yang sudah berada di fase kronis.
“Masih ada keterbatasan dalam pengelolaan DMT1 di Indonesia, tetapi tidak boleh ada seorang anak pun meninggal akibat diabetes (no baby ought to die from diabetes). Oleh karena itu, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pasien maupun caregiver adalah cara terbaik untuk mencegah komplikasi akut dan kronis,” pesan dia.
Terpisah, Wakil Menteri Kesehatan dr Dante Saksono Harbuwono sebelumnya sempat mengungkap ‘biang kerok’ di balik angka diabetes terus meningkat. Bahkan, perkiraan prevalensinya secara umum menyentuh 12 persen di 2023.
Ada dua faktor yakni genetik dan non genetik atau lingkungan. Faktor genetik menurutnya tidak bisa dihindari lantaran beriringan dengan peningkatan pertumbuhan penduduk.
“Sehingga kemungkinan diabetes karena mannequin perkawinan yang membawa gen diabetes itu muncul,” ucap Dante.
Sementara faktor non-genetik penyebab diabetes, seperti kebiasaan, way of life yang buruk, maupun pola hidup menurut Dante, juga berkontribusi dengan angka tren peningkatan diabetes di Indonesia.
“Kita sudah melakukan intervensi terhadap beberapa hal yang meningkat seperti diabetes tersebut, mungkin angkanya akan jauh lebih tinggi lagi kalau kita tidak melakukan intervensi. Tetapi yang kita tidak bisa hindari adalah faktor genetik. Nah ini penting, untuk kanker juga begitu,” pungkasnya.
Simak Video “Waspada Diabetes pada Anak“
[Gambas:Video 20detik]
(naf/suc)