Dalam memperingati pekan ASI sedunia (World Breastfeeding Week) yang berlangsung setiap tangal 1-7 Agustus setiap tahunnya yang mengangkat tema “ENABLING BREASTFEEDING : Making a distinction for working mother and father”, yang bertujuan untuk mengkampanyekan kepada masyarakat betapa pentingnya menyusui serta manfaatnya bagi ibu dan bayi.
ASI (Air Susu Ibu) adalah salah satu sumber utama asupan bagi bayi yang sifatnya eksklusif sebab pemberianya berlaku pada bayi usia 0-6 bulan. dalam fase ini sangat diperhatikan dengan benar tentang pemberian serta kualitas ASI yang diberikan, dikarenakan pada usia 0-6 bulan adalah usia emas bagi bayi dalam bertumbuh dan berkembang. Maka dari itu ada beberapa manfaat ASI eksklusif yang perlu diketahui bagi ibu yang sedang menyusui maupun yang akan menyusui.
Dilansir dari ayosehat.kemenkes.go.id ada beberapa manfaat yang bisa didapat oleh bayi usia 0-6 bulan pertama jika mengkonsumsi ASI secara teratur,yakni sebagai berikut :
Mencegah Terserang Penyakit
ASI eksklusif untuk bayi yang diberikan ibu ternyata mempunyai peranan penting,yakni meningkatkan ketahanan tubuh bayi. Karenanya bisa mencegah bayi terserang berbagai penyakit yang bisa mengancam kesehatan bayi.
Membantu Perkembangan Otak dan Fisik Bayi
Manfaat ASI eksklusif paling penting ialah bisa menunjang sekaligus membantu proses perkembangan otak dan fisik bayi. Hal tersebut dikarenakan, di usia 0 sampai 6 bulan seorang baui tentu saja sama sekali belum diizinkan mengonsumsi nutrisi apapun selain ASI. Oleh karenanya, selama enam bulan berturut-turut, ASI yang diberikan pada sang buah hati tentu saja memberikan dampak yang besar pada pertumbuhan otak dan fisik bayi selama ke depannya.
Selain itu ada juga manfaat yang didapatkan oleh ibu menyusui yakni sebagai berikut :
Mengatasi rasa trauma
Dapat menghilangkan trauma saat persalinan sekaligus dengan kehadiran buah hati pertama kalinya bisa menjadi penyemangat hidup seorang ibu. Pasca melahirkan biasanya ibu rentan mengalami child blues syndrome, terlebih lagi hal tersebut biasanya terjadi pada sang ibu yang belum terbiasa bahkan tidak bersedia memberikan ASI eksklusifnya untuk bayi mereka. Namun dengan menyusui, secara perlahan rasa trauma pun akan hilang sendirinya dan ibu pun akan terbiasa menyusui bayinya.
Mencegah kanker payudara
Selain membuat kondisi kesehatan dan psychological ibu menjadi lebih stabil, ASI eksklusif juga bisa meminimalkan timbulnya resiko kanker payudara. Sebab salah satu pemicu penyakit kanker payudara pada ibu menyusui ialah kurangnya pemberian Asi eksklusif untuk bayi mereka sendiri.
Dengan semakin gencarnya informasi pencegahan penularan covid-19, hal ini berakibat semakin meningkatnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan kesehatan dirinya di fasilitas kesehatan setelah merasakan gejala demam atau gangguan di saluran pernafasannya. Apalagi jika gejala ini dirasakan setelah adanya riwayat kontak dengan seseorang yang sakit flu/batuk atau setelah melakukan perjalanan dari tempat yang dicurigai telah berkembang covid-19.
Namun, kesadaran ini kadang-kadang tidak diikuti dengan pemahaman bahwa tidak semua orang yang memeriksakan kesehatannya tersebut langsung di rawat di rumah sakit. Hanya kasus-kasus tertentu yang menurut hasil pemeriksaan dokter perlu dirawat, atau bahkan harus diisolasi penanganannya. Pada beberapa kasus disarankan untuk melakukan isolasi diri di rumah.
Seseorang dengan gejala infeksi saluran nafas terkait dengan covid-19 dengan jenis penyakit tergolong ringan secara sukarela atau rekomendasi petugas kesehatan hendaknya melakukan isolasi diri selama minimal 14 (empat belas) hari atau selama waktu yang ditentukan oleh petugas kesehatan.
Hal-hal yang harus dilakukan pada saat isolasi diri adalah :
Tetap di rumah dan dapat dikontak;
Hindari pemakaian barang pribadi bersama (tempat makan, handuk);
Tissue, pakaian atau barang linen yang habis dipakai, dimasukkan di tempat yang terpisah dengan orang lain;
Lakukan etika batuk dan bersin dengan menutup hidung dan mulut pakai tissue dan mencuci tangan pakai sabun setelah batuk/bersin;
Selalu menggunakan masker;
Membatasi pengunjung dan membuat daftar pengunjung;
Ventilasi rumah harus baik, buka jendela;
Jika harus bepergian, pakai masker, hindari transportasi umum, hindari tempat ramai;
Ruang terpisah, jarak minimal 1 (satu) meter dengan orang sehat;
Lakukan pembersihan dan disinfeksi barang-barang di space yang ditempati selama masa isolasi (kursi, meja, dan lain-lain).
Pemantauan mandiri direkomendasikan pada seseorang yang terpapar atau kontak dengan kasus positif covid-19 atau riwayat perjalanan ke negara/daerah /lokasi terjangkit dengan lama waktu pemantauan selama 14 (empat belas) hari dari paparan terakhir. Jika bergejala seperti : demam, batuk/pilek, gangguan pernafasan, sakit tenggorokan, letih/lesu. atau gejala memberat, segera ke rumah sakit rujukan yang ditunjuk pemerintah.
Untuk di Provinsi Sumatera Selatan, rumah sakit rujukan yang ditunjuk adalah : RS Moehammad Hoesin, RS. Siti Fatminah dan RS Rivai Abdullah.
Puskesmas merupakan garda terdepan dalam mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang sehat. Hal tersebut karena Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan yang terdekat ke masyarakat untuk menyelesaikan masalah kesehatannya.
Pembangunan Puskesmas di seluruh kecamatan merupakan upaya pemerintah dalam pemerataan pelayanan kesehatan. Dengan dukungan sumber pendanaan yang memadai, Puskesmas saat ini telah berubah menjadi lebih baik, mempunyai tampilan fisik yang bagus dan nyaman untuk memenuhi kepuasan masyarakat yang ada di wilayah kerjanya. Namun, tampilan fisik gedung saja tentu belum dapat memberikan kepuasan bagi masyarakat secara utuh tanpa adanya penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang terbaik dari petugas Puskesmas.
Dengan tersedianya Puskesmas sebagai pelaksana upaya kesehatan masyarakat dan perseorangan hingga ke pelosok, diharapkan seluruh masyarakat dengan mudah mendapatkan pelayanan yang berkualitas, komprehensif dan berkesinambungan di wilayahnya masing-masing. Tantangan dan hambatan dalam pemberian pelayanan, tentu akan selalu ditemui oleh tenaga kesehatan di Puskesmas.
Namun upaya peningkatan kualitas pelayanan Puskesmas dalam mewujudkan pelayanan prima saat ini menjadi semakin penting mengingat bahwa Puskesmas merupakan penanggungjawab wilayah dan pelaksana utama pencapaian Standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan kabupaten/kota. Selain itu, pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan perkembangan media informasi yang semakin luas di period digitalisasi industri 4.0 juga menuntut Puskesmas untuk memberikan pelayanan yang berkualitas. Sistem kesehatan di period JKN bukan hanya menuntut Puskesmas mampu sebagai gatekeeper yang kuat namun juga memberikan peluang bagi masyarakat untuk memilih fasilitas kesehatan tingkat pertama yang dianggap paling berkualitas dan dipercaya untuk menjadi kontak pertamanya dalam menjaga kesehatan.
Di period keterbukaan dan kemudahan akses informasi melalui web dan media sosial yang semakin luas citra sebuah fasilitas termasuk Puskesmas dengan mudah terbentuk dan tersebar berdasarkan pengalaman yang disampaikan masyarakat melalui media sosial tersebut.
Puskesmas yang memberikan pelayanan prima (service excellence) adalah Puskesmas yang mampu memberikan pelayanan yang secara konsisten memenuhi kebutuhan (wants) pasien atau masyarakat dan bahkan dapat melampaui keinginan dan kebutuhan atau ekspektasi (desires and calls for) masyarakat sebagai pengguna.
Melalui riwayat pengalaman yang diterima, maka akan terbentuk citra Puskesmas yang dapat mempengaruhi persepsi dan ekspektasi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang akan diterimanya dari Puskesmas tersebut.
Adanya keluhan, terjadi karena pelayanan yang diterima lebih rendah dari persepsi awal atau tidak sesuai dengan harapan. Hal ini akan menjadi pengalaman “Boo” bagi penerima layanan.
Sebaliknya, pengalaman “Wow” akan dirasakan masyarakat jika pelayanan yang mereka terima melebihi persepsi dan ekspektasi awal.
Dengan pemahaman tersebut maka Puskesmas yang memberikan pelayanan prima memiliki ciri kinerja yang baik, ditunjukkan antara lain dengan tercapainya goal indikator program/pelayanan, dan tidak ada keluhan (zero grievance).
Perkembangan teknologi informasi termasuk web dan media sosial selain dapat mendekatkan maupun mempercepat pelayanan kesehatan bagi masyarakat (misalnya mempercepat sampainya informasi edukasi kesehatan, memodifikasi metode pemeriksaan atau mempersingkat birokrasi pendaftaran), juga dapat menjadi kesempatan baik bagi Puskesmas dalam mengatasi keluhan masyarakat, Puskesmas dapat menggali informasi kebutuhan dan harapan masyarakat dengan menyediakan wadah pengaduan atau penyampaian saran dan keluhan baik secara digital maupun scorching line.
Namun, kemudahan teknologi ini pun dapat menjadi sebuah tantangan bagi Puskesmas agar selalu menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan harapan pelanggan untuk menghindari keluhan yang dapat berakibat negatif pada citra Puskesmas. Sebagai contoh, kemudahan dalam menyampaikan pengalaman melalui media sosial saat mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik di salah satu Puskesmas dapat membentuk citra positif Puskesmas tersebut. Demikian sebaliknya, dapat pula membentuk citra negatif jika pelayanan kesehatan yang diterima tidak baik. Walaupun jika dipandang dari sisi positif, hal ini akan memacu Puskesmas untuk melakukan upaya peningkatan kualitas secara terus menerus/high quality enchancment.
Pelayanan prima dalam pelayanan kesehatan merupakan kombinasi dari pemberian pelayanan yang luar biasa dalam segi klinis (layanan profesional) dan pendekatan private. Peningkatan pelayanan klinis dapat dicapai dengan penguatan kompetensi fasilitas kesehatan dari segi fisik fasilitas maupun pengetahuan dan keterampilan teknis tenaga kesehatan. Sedangkan peningkatan pelayanan private tidak hanya membutuhkan pengetahuan tentang komunikasi interpersonal dan intrapersonal namun perlu kesungguhan dalam mengasahnya agar memberikan pengalaman yang baik bagi masyarakat ketika mendapatkan pelayanan kesehatan.
Dalam proses menuju pelayanan prima, Puskesmas perlu memperhatikan prinsip pelayana 4C yaitu Custom-made, Value, Comfort dan Communication. Custom-made Tidak ada dua individu yang sama bahkan ketika mereka kembar sekalipun. Oleh karena itu, walaupun penyakit yang dideritanya sama, namun pelayanan (therapy) yang diberikan kepada individu dapat saja berbeda-beda tergantung kondisi lain yang dimiliki oleh masing-masing. Hal yang sama juga terjadi pada kepuasan dan harapan, perlakuan yang sama pada dua orang berbeda dapat saja memberikan persepsi dan kepuasan yang berbeda. Puskesmas dapat melakukan identifikasi kebutuhan dan harapan masyarakat untuk menjawab keluhan masyarakat. Karena harapan tiap kelompok masyarakat dapat berbeda, maka Puskesmas perlu melakukan pendekatan sesuai dengan kebutuhan setiap individu atau kelompok masyarakat (Costumized). Banyak cara untuk mengetahu kondisi keluhan individu misalnya dengan menggali kondisi kesehatan secara menyeluruh sehingga dapat memberikan gambaran rencana perawatan komprehensif yang dapat diberikan. Begitu pula dengan identifikasi kepuasan pelanggan, dapat dilakukan melalui wawancara, menyediakan kotak saran maupun survei kepuasan. Dengan demikian pelayanan oleh Puskesmas dapat diberikan dengan lebih tepat atau sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat. Perlu juga melibatkan pasien dalam rencana perawatan agar pasien memahami dan mematuhi pengobatan yang mereka terima.
Value Bayangkan jika anda tinggal jauh dari fasilitas kesehatan dan pada saat anda datang dalam kondisi sakit, ternyata pelayanan saat itu tidak tersedia karena jadwal tidak jelas, atau petugas tidak hadir, atau obat tidak tersedia dan lain sebagainya. Atau ternyata anda menghadapi lamanya antrian untuk mendapatkan pelayanan atau pelayanan yang diterima tidak sesuai dengan apa yag dijanjikan oleh penyedia layanan. Tentu anda akan kecewa mengingat pengorbanan yang sudah anda berikan, tidak hanya biaya yang dikeluarkan namun pengorbanan lain seperti tenaga, perasaan maupun hilangnya kesempatan/waktu yang seharusnya dapat dimanfaatkan lebih baik daripada itu. Puskesmas dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat agar pengorbanan (value) tersebut sebanding atau malah lebih kecil daripada pelayanan yang diperoleh masyarakat. Puskesmas dapat menjalankan Puskesmas keliling dengan penjadwalan yang tetap, atau dengan dilakukannya kunjungan keluarga (house visite) seperti pada PIS-PK maupun Perkesmas atau dengan mengaktifkan kerjasama jejaring dan jaringan seperti Posyandu, posbindu, poskesdes, dan sebaginya, untuk memudahkan akses masyarakat dalam mendapatkan pelayanan. Kemudahan akses pelayanan ini juga dapat dilakukan di dalam fasilitas pelayanan kesehatan diantaranya dengan menjalankan prosedur (SOP) yang mudah melalui alur dan tahapan yang jelas. Kejelasan terhadap prosedur administrasi serta rencana perawatan yang komprehensif termasuk promotif dan preventif juga perlu diberikan agar pengorbanan masyarakat tidak sia-sia. Puskesmas dapat memanfaatkan teknologi informasi untuk mempermudah proses tersebut. Sebagai contoh, Puskesmas dapat menyediakan pendaftaran on-line atau sistem antrian elektronik, rekam medis on-line dan sebagainya.
Convinience Kenyamanan merupakan hal yang penting bagi masyarakat sebagai pengguna layanan, juga penting bagi tenaga kesehatan sebagai petugas yang bekerja setiap hari di lingkungan fasilitas tersebut. Bayangkan jika kita bekerja di lingkungan yang kotor, peralatan yang tidak lengkap dan tidak terawat, mendapatkan banyak kesulitan mencari berkas, dll. Tentu kita tidak akan merasa betah setiap hari bekerja dilingkungan tersebut. Begitu pula bagi pasien atau masyarakat, jika tidak disediakan ruang tunggu yang cukup, tempat duduk yang cukup, sulit mencapai ruangan yang dituju, dsb. Tentu hal ini akan menimbulkan ketidaknyamanan yang pada akhirnya akan menimbulkan keluhan . Kenyamanan merupakan dampak dari sistem manajemen pelayanan bermutu baik; merupakan produk pelayanan prima. Tercermin ciri keseluruhan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin): Ringkas : Manajemen stok barang, Sistem informasi kesehatan, tahapan layanan secara sistem tertata baik, dsb. Rapi : Kategorisasi/Labelling layanan maupun barang, structure ruangan, konektivitas ruangan tertata dalam sistem dengan baik. Resik : SOP sistem kebersihan, jadwal dan tanggungjawab petugas kebersihan , peralatan kebersihan yang baik, dsb. Rawat : Perawatan alat, perawatan fasilitas, perawatan sistem, mempertahankan pencapaian, dll. Rajin Disiplin, datang tepat waktu, dll.
Communication Puskesmas dengan prinsip kemandirian masyarakat bertanggungjawab mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Perubahan kemandirian dan kesehatan masyarakat tersebut dapat terjadi jika masyarakat sudah percaya dan loyal terhadap saran kesehatan petugas Puskesmas. Dan hal ini hanya dapat terjadi jika komunikasi sudah terjalin dengan baik. Komunikasi tidak hanya proses penyampaian informasi namun juga proses pembentukan pendapat (public opinion) dan sikap publik (public perspective). Sikap inilah yang menimbulkan loyalitas dan perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.
Sumber : Buku Puskesmas Melayani Sepenuh Hati, Direktorat Yankes Primer Kemenkes RI, tahun 2019.
Hindarkan Penularan Covid-19 Bagi Nakes di Tempat Pelayanan Kesehatan
Rusmini WiyatiJul 10, 2020
Gambar oleh pixabay
Berbagai upaya telah dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien agar tidak tertular virus covid-19 dari pasien yang dirawatnya, antara lain penggunaan APD sesuai standar, baik jenis APD yang digunakan, cara memakai maupun cara melepasnya.
Beberapa rumah sakit telah “kecolongan” karena pasien/keluarga tidak jujur mengatakan riwayat penyakit pasien sebelum dirawat sehingga akhirnya petugas kesehatan yang ada di rumah sakit tersebut harus dikarantina, bahkan ada yang tertular hingga jatuh sakit dan meninggal.
Tidak selamanya sumber penularan covid-19 berasal dari pasien, bisa juga penularan berasal dari sesama nakes yang tanpa disadari telah terpapar penyakit ini. Oleh karena itu ada hal-hal yang tidak kalah penting untuk dihindari oleh petugas kesehatan agar tidak tertular penyakit, antara lain :
Merasa sesama nakes aman dari penularan padahal bisa saja teman nakes tersebut adalah OTG (Orang Tanpa Gejala yang telah kontak dengan penderita covid-19).
Bergerombol saling berdekatan mengabaikan jarak aman ketika tidak melayani pasien.
Makan bersama sambil mengobrol tanpa menyadari bahwa mereka dalam kondisi tidak menggunakan masker sehingga bisa terjadi penularan virus secara droplet maupun airborne.
Menggunakan alat makan/minum secara bersamaan.
Tidak menggunakan masker dan menjaga jarak aman ketika bersama-sama di dalam kendaraan.
Membuang bekas alat medis tidak sesuai dengan standar.
Infeksi virus covid-19 bisa mengenai siapa saja, karena itu harus tetap waspada terhadap orang-orang yang ada di sekitar kita. Dengan semakin meningkatnya jumlah Orang Tanpa Gejala berarti semakin banyak juga sumber penularan yang berada di sekitar kita.
Alat Pelindung Diri atau bisa disebut APD merupakan kebutuhan utama bagi tenaga kesehatan di Puskesmas saat menangani pasien yang terduga terinfeksi virus corona. Penggunaan APD sangat penting demi mencegah dari terpapar covid-19 karena virus corona bisa menular melalui percikan atau droplet pasien saat batuk atau bersin. Memakai alat pendung diri (APD) saat bekerja bisa mengurangi risiko apabila terjadi kecelakaan kerja, sedangkan jenis APD yang digunakan juga berbeda-beda, tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakukan.
Dalam masa pandemi viruscorona seperti sekarang ini, APD pada tenaga medis biasanya terdiri dari kacamata, masker, topi bedah, sarung tangan, dan jubah berbahan khusus yang dikenal dengan nama hazmat swimsuit. Dalam memakai atau melepas alat pendung diri pun tidak bisa sembarangan. Harus benar-benar sesuai dengan panduan agar tidak terjadi kecelakaan saat bekerja.
Penggunaan APD dalam pelayanan posyandu UPTD Puskesmas Sekar Jaya di masa pandemi
Tak hanya itu, perlengkapan APD juga tidak bisa digunakan berkali-kali, kecuali sepatu dan kacamata. Namun, dua alat tersebut harus dibersihkan sesuai prosedur setelah pemakaian.
Sementara untuk jubah/baju hazmat, sarung tangan, masker dan penutup kepala harus dibuang dan diganti yang baru setelah menangani pasien. Sedangkan untuk masker misalnya dianjurkan untuk segera mengganti masker jika sudah basah atau setelah dipakai selama 3-6 jam.
Langkah-langkah memakai Alat Pelindung Diri yang benar
Pakai terlebih dahulu baju dan sepatu kerja khusus
Cuci tangan menggunakan sabun atau hand sanitizer
Pakai topi bedah sekali pakai
Pakai masker pelindung medis (N95)
Pakai sarung tangan dalam
Pakai kacamata pelindung
Pakai sarung tangan karet sekali pakai
Pemakaian selesai
Langkah- langkah melepas Alat Pelindung Diri yang benar
Ganti sarung tangan
Lepaskan pakaian pelindung
Lepaskan kacamara pelindung
Lepaskan masker
Lepaskan topi
Lepaskan sarung tangan
Pelepasan selesai
Catatan: cuci tangan setiap melepas perlengkapan demi perlengkapan
Editor: Rusmini Wiyati / Kontributor : Ansori, SKM, MM (Ka TU UPTD Puskesmas Sekar jaya)
Kiat UPTD Puskesmas Sekarjaya Untuk Menyukseskan Adaptasi Kebiasaan Baru Memakai Masker
Ansori AndikaNov 17, 2020
Melibatkan kepolisian untuk kampanye adaptasi kebiasaan baru
Puskesmas merupakan suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu yang berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalarn suatu wilayah tertentu
Sebagai pusat pembinaan peran serta masyarakat terutama dalam upaya pencegahan penularan covid-19 salah satu kegiatan yang sudah dilakukan UPTD Puskesmas Sekarjaya adalah melakukan kampanye penggunaan masker di masyarakat. Dalam menerapkan kampanye menggunakan masker di masyarakat, unsur pentahelix atau lima unsur yakni pemerintah, dunia usaha, akademisi, masyarakat dan media massa menjadi sangat penting dalam menjaga dan mencegah penularan Covid -19. Oleh karena itu kegiatan kampanye ini tidak dapat dilakukan sendiri oleh puskesmas akan tetapi harus dilakukan melalui kolaborasi dengan tokoh masyarakat, ulama, dan relawan untuk menyukseskan gerakan menggunakan masker agar tercipta suatu kebiasaan dan perilaku baru di masyarakat.
Melibatkan sektor pendidikan untuk adaptasi kebiasaan baru
Selama masa pandemi Covid-19, masker wajib dikenakan jika berada di luar rumah, ketika berbicara dengan orang lain, dan ketika sedang sakit agar tidak menularkan dan tertular penyakit. Penggunaan masker bisa menghindarkan kita dari terkena cipratan droplet sebagai sarana penularan virus. Hal tersebut yang menyebabkan masker menjadi alat penting untuk melindungi diri serta orang lain dalam mencegah penularan Covid-19.
Selalu mengkampanyekan adaptasi baru di tempat-tempat umum
UPTD Puskesmas Sekarjaya mengajak agar seluruh pihak mau menggunakan masker, perlu adanya kampanye besar dengan bantuan tokoh masyarakat sebagai panutan dan menjadi agen perubahan. Mereka bertugas mengajak masyarakat untuk menggunakan masker agar lebih didengar dan diikuti oleh masyarakat. (Editor : RW)
Pemeriksaan Tekanan Darah di Dinas Perhubungan Kab. OKU
Tekanan
Darah adalah tekanan yang terdapat dalam pembuluh darah yang mengalir sampai
diseluruh tubuh dalam jumlah yang cukup dan waktu yang tepat.
Tekanan darah seseorang
ditandai dengan dua ukuran, yaitu tekanan darah sistolik dan tekanan darah
diastolik
Tekanan darah disebut
regular apabila tekanan darah tekanan darah sistolik kurang dari 120 mmhg dan
tekanan darah diastolik kurang dari 80mmhg
Skrining Kesehatan pada Usia Produktif
Dikatakan mulai terkena
penyakit darah tinggi jika tekanan darah sistolik berada pada kisaran 120-139
mmHg atau tekanan darah sistolik pada kisaran 80-99 mmHg.
Faktor-faktor resiko penyakit jantung koroner sebagai akibat dari penyakit hipertensi yang tidak ditangani secara baik dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu :
Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Diubah
Umur
Jenis Kelamin
Keturan (Genetik)
Faktor Resiko Yang Dapat Diubah
Kegemukan (Obesitas)
Psikososial dan Stress
Merokok
Olalraga
Konsumsi Alkohol
Konsumsi Garam Berlebihan
Tanda dan Gejala Hipertensi
Sakit kepala dan pusing
Rasa berat ditengkuk
Mudah marah dan wajah kemerahan
Telinga berdenging
Kelelahan
Makanan
Yang Diperbolehkan Untuk Hipertensi
Sumber protein hewani, meliputi daging
ayam, kecuali jerohan, ikan laut tidak asin, putih telur
Sumber protien nabati, meliputi semua
kacang-kacangan yang diolah tanpa garam
Sayuran, meliputi semua sayuran yang
hijau dan segar tanpa diawetkan kecuali daun singkong, daun melinjo
Buah-buahan, meliputi semua buah segar
tanpa diawetkan kecuali buah durian
Minuman, meliputi air mineral, teh, susu
rendah lemak
Tatalaksana
Pengendalian Penyakit Hipertensi dilakukan dengan pendekatan :
Promosi kesehatan diharapkan dapat
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan diri serta kondisi lingkungan
sosial, diintervensi dengan kebijakan publik, serta dengan meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarkat mengenai perilaku hidup sehat dalam
pengendalian hipertensi
Preventif dengan cara larangan merokok,
peningkatan gizi seimbang dan aktifitas fisik untuk mencegah timbulnya faktor
resiko menjadi lebih buruk dan menghindari terjadi rekurensi (kambuh) faktor
resiko
Kuratif dilakukan melalui pengobatan farmokologis
dan tindakan yang diperlukan. Kematian mendadak yang menjadi kasus utama
diharapkan berkurang dengan dilakukanya pengembangan manajemen kasus dan
penanganan kegawatdaruratan disemua tingkat pelayanan dengan melibatkan
organisasi profesi, pengelola program dan pelaksana pelayanan yang dibutuhkan
dalam pengendalian hipertensi.
Rehabilitatif dilakukan agar penderita tidak
jatuh pada keadaan yang lebih buruk dengan melakukan kontrol teratur dan
fisiotrafi komplikasi serangan hipertensi yang deadly dapat diturunkan dengan
mengembangkan manajemen rehabilitasi kasus dengan melibatkan unsur organisasi
profesi, pengelola program dan pelaksana pelayanan di berbagai tingkatan.
Tujuan
dari promosi adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
pencegahan dan penanggulangan PTM agar tidak menderita penyakit hipertensi,
pencegahan dimaksud dengan menjalankan pola hidup sehat, berupa food plan seimbang
dengan mengurangi konsumsi lemak jenuh, garam, dan memperbanyak makan sayur dan
buah-buahan, tidak merokok, perbanyak aktivitas.
Promosi
pencegahan dan penanggulangan hipertensi dilakukan dengan menjadi jejaring
kerja, sebagai visi untuk membentuk discussion board komunikasi prima, dalam melakukan
promosi dapat dibentuk kelompok-kelompok dalam pembelajaran, memotivasi dan
melakukan perubahan pola hidup.
Promosi
bagi pencegahan dan penanggulangan hipertensi yang efektif bila dilakukan dalam
intensitas yang memadai serta berkesinambungan dan dalam waktu yang cukup lama,
promosi dapat dilakukan dengan menggunakan media cetak dan elektronik.
Kesimpulan
:
Penyakit Hipertensi masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hal ini disebabkan makin
meningkatnya usia harapan hidup masyarakat Indonesia dan makin tingginya
pajanan faktor resiko, yaitu hal-hal yang mempengaruhi atau menyebabkan
terjadinya penyakit tidak menular pada seseorang atau kelompok tertentu.
Program pengendalian hipertensi di
Indonesia, meliputi : penyuluhan (KIE), Kemitraan, Penemuan dan Tatalaksana
Kasus, Survailans Epedemiologi (Kasus dan Faktor Resiko), Upaya Peningkatan
Peran Serta Masyarakat dalm Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak
Menular Melalui Kajian Aspek Sosial Budaya dan Perilaku Masyarakat, serta
Pemantauan dan Penilaian.
Cegah hipertensi dengan Gaya Hidup, CERDIK
C
= Cek kesehatan secara rutin
E
= enyahkan asap rokok
R
= rajin aktivitas fisik
D
= Food regimen seimbang
I
= Istirahat cukup
Okay
= Kelola stres
Kendalikan hipertensi dengan PATUH
P = periksa kesehatan secara rutin dan ikuti aturan dokter
A
= atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur
T
= tetap food plan dengan gizi seimbang
U
= upayakan aktivitas fisik dengan aman
H = hindari asap rokok, alkohol dan zat karsinogenik lainnya
Hepatitis merupakan kondisi peradangan hati. Beberapa jenis hepatitis dapat tergolong ringan, tapi jenis lainnya dapat membuat kondisi hati kronis dan berakibat deadly. Dalam kasus terbaru, hepatitis akut misterius menyerang bayi, anak-anak dengan rentang usia 1 hingga 16 tahun ini belum diketahui penyebabnya. Oleh karena itu, disebut dengan hepatitis akut “misterius”. (WHO) mencatat ada 228 kasus hepatitis pada anak di 20 negara. Di Indonesia, terkonfirmasi ada sejumlah anak yg meninggal karena penyakit hepatitis ini. Sejak diberitakan kasus tersebut WHO menyatakan kasus hepatitis pada anak ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) pada 15 April 2022.
Secara umum, hepatitis disebabkan virus yg terbagi menjadi lima, yakni virus hepatitis A, B, C, D, dan E. Hepatitis A dan E ditularkan melalui makanan yang terkontaminasi virus hepatitis, sehingga mudah menular di lingkungan dengan sanitasi yang buruk. Hepatitis B, C dan D ditularkan melalui hubungan seksual tanpa kondom /penggunaan jarum suntik yg tidak steril dan dari ibu hamil yg terinfeksi virus hepatitis kepada janinnya.
Penyebab lain hepatitis adalah adanya auto imun karena efek samping obat, racun, alkohol dan infeksi cacing hati. Auto imun terjadi karena tubuh memproduksi antibodi berlebihan sehingga berbalik menyerang organ tubuh sendiri, dalam hal ini adalah liver. Dalam beberapa kasus, liver sebenarnya mampu melawan infeksi hepatitis dengan caranya sendiri, tapi banyak yg menjadi infeksi kronis hingga berdampak buruk pada kesehatan untuk jangka panjang.
Penderita hepatitis biasanya tidak merasakan gejala sampai beberapa minggu atau sampai setelah terjadi gangguan fungsi hati. Pada penderita hepatitis akibat infeksi virus, gejala akan muncul setelah masa inkubasi, yakni sekitar 2 minggu sampai 6 bulan. Gejala umum yg muncul pada penderita hepatitis adalah : mual dan muntah, demam, mudah lelah, feses berwarna pucat, urine berwarna gelap, nyeri perut, nyeri sendi, kehilangan nafsu makan, penyakit kuning dan penurunan berat badan. Kondisi ini bisa berlangsung selama 6 bulan (akut) atau lebih dari 6 bulan (kronis). Jika tidak ditangani dg baik, hepatitis dapat menimbulkan komplikasi seperti gagal hati, sirosis, kanker hati (hepatocellular carcinoma). Segera lakukan pemeriksaan ke dokter jika mengalami keluhan-keluhan tersebut di atas. Pemeriksaan juga perlu dilakukan bila Anda menderita kondisi yang dapat meningkatkan risiko terkena hepatitis, seperti penyakit autoimun, kecanduan alkohol atau sering mengonsumsi obat-obatan.
Agar hepatitis akut pada anak dapat segera terdeteksi dan ditangani, segera bawa anak ke dokter bila mengalami gejala awal berupa mual, muntah, sakit perut, diare, urine berwarna seperti teh, demam ringan. Jangan menunggu hingga muncul gejala lanjutan berupa kuning, tinja berwarna pucat, hingga penurunan kesadaran.
Faktor risiko hepatitis :
Tidak mencuci tangan setelah menggunakan bathroom, sebelum mengolah makanan atau sebelum makan
Mengonsumsi makanan yg terkontaminasi virus hepatitis atau makanan yang tidak diolah hingga matang
Berbagi barang pribadi, seperti pisau cukur, gunting kuku
Berhubungan seksual dengan penderita hepatitis, memiliki lebih dari satu pasangan seksual, lelaki seks lelaki (LSL)
Menderita penyakit HIV
Bekerja sebagai Tenaga Kesehatan /di pusat pengolahan air dan limbah
Sering menerima transfusi darah, terutama bila darah pendonor tidak melalui pemeriksaan ketat /alat yg digunakan tidak higienis
Mengonsumsi beberapa jenis obat tertentu, minum obat natural tanpa terlebih dahulu berkonsultasi dg dokter
Risiko terjadinya hepatitis dapat diturunkan dengan melakukan beberapa upaya berikut:
Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun secara rutin terutama setelah beraktivitas di luar ruangan, sebelum menyentuh makanan
Melakukan hubungan seksual yang aman, seperti dengan satu pasangan, menggunakan kondom
Tidak berbagi penggunaan barang-barang pribadi, seperti alat cukur , sikat gigi
Mengonsumsi makanan bergizi seimbang, berolahraga, beristirahat yang cukup
Tidak mengonsumsi minuman beralkohol, tidak menggunakan NAPZA
Tidak mengonsumsi makanan mentah, air minum yang tidak terjamin kebersihannya
Melakukan vaksinasi hepatitis sesuai jadwal yang diberikan oleh dokter
Mencegah hepatitis akut misterius pada anak dengan memastikan anak rutin mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun, mengonsumsi makanan yang dimasak hingga matang, tidak berbagi alat makan bersama dengan orang lain serta menghindari kontak dengan orang sakit.
Sumber : disarikan dari Materi Webiner Peran Promotor Kesehatan Dalam Percepatan Pengendalian Penyakit Menular Hepatitis Akut oleh DR. Ahsan, S. KP, M. Kes