Tag: Ungkap

Tak Primary-main, IDAI Ungkap Sepenting Ini Asam Folat untuk Cegah Anak Stunting


Jakarta

Belakangan kandungan asam folat untuk mencegah stunting mendadak jadi perbincangan pasca Calon Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka ‘slip tongue’ alias keseleo lidah. Gibran kemudian meminta maaf dan meluruskan maksud ‘asam sulfat’ yang diutarakannya tempo lalu adalah asam folat.

Di luar kasus tersebut, sepenting apa sih sebenarnya asupan asam folat di masa kehamilan demi mencegah stunting?

Dokter spesialis tumbuh kembang anak dr Bernie Endyarni Medise, SpA(Okay), MPH, dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menegaskan pemberian asam folat terbilang krusial di awal kehamilan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Jadi asam folat itu dibutuhkan untuk pembentukan sistem persarafan pada janin, jadi dia dibutuhkan pada ibu hamil, bahkan sebaiknya itu masa kandungan kehamilan yang di awal sekali,” pesan dr Bernie, saat ditemui di sela-sela acara Parenthood Institute Primaku, Minggu (10/11/2023).

Bagi ibu hamil yang mungkin baru mengetahui masa kehamilannya pasca dua hingga empat pekan mengandung, tidak ada salahnya untuk langsung menambah suplementasi kebutuhan asam folat. Asam folat tidak hanya didapat dari suplemen, makanan sehari-hari juga bisa memperkaya kebutuhan kandungan tersebut, termasuk telur.

Kacang kacangan, makanan tinggi protein, hingga sejumlah buah seperti alpukat juga kaya akan asam folat.

“Itu kalau hamil harus sudah tercukupi dulu asam folatnya. Banyak sebenarnya pengganti asam folat, dari makanan sehari-hari, seperti telur, itu juga cukup, intinya kebutuhan asam folat wajib terpenuhi,” sambungnya.

dr Bernie mengingatkan 1.000 hari pertama kehidupan merupakan ‘golden time’ bagi tumbuh kembang anak. Bila anak tidak terpenuhi nutrisinya, risiko terkena stunting relatif tinggi. Bukan hanya perkara gangguan pertumbuhan seperti tinggi badan, tetapi stunting bisa berpengaruh pada perkembangan otak anak, meliputi defisit perilaku dan kognitif.

Anak-anak yang mengalami stunting cenderung mengalami keterlambatan dalam perkembangan bahasa dan motorik halus. Angka stunting di Indonesia per 2022 masih berada di 21,6 persen, pemerintah menargetkan trennya bisa ditekan hingga 14 persen di 2024.

Simak Video “Sempat Disebut Gibran, Ini Beda Asam Sulfat dan Asam Folat
[Gambas:Video 20detik]
(naf/kna)

Kasus COVID-19 Melonjak hingga 57 Persen, Menkes Malaysia Ungkap Biang Keroknya


Jakarta

Menteri Kesehatan (Menkes) Malaysia Dr Zaliha Mustafa melaporkan ada peningkatan kasus COVID-19 yang dilaporkan secara world, termasuk di negaranya. Namun disebutkannya, sebagian besar pasien COVID-19 di negaranya mengalami gejala ringan dan tak memerlukan perawatan di rumah sakit.

“Ada peningkatan jumlah kasus COVID-19 yang dilaporkan secara world. Di Malaysia, peningkatan ini mengikuti tren yang terlihat setiap akhir tahun, yang juga terjadi di negara lain,” ujarnya, dikutip dari The Star.

Adapun varian yang saat ini mendominasi di negara tetangga RI itu adalah Omicron dengan subvariannya yang diketahui memiliki tingkat penularan tinggi. Meski begitu, Dr Zaliha menekankan, varian tersebut tak menimbulkan kasus yang parah. Menurutnya, tak ada varian baru COVID-19 yang terdeteksi di negaranya.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Meski terjadi peningkatan kasus, situasi saat ini di Malaysia masih terkendali dan tidak membebani fasilitas kesehatan yang ada. Kementerian tetap siap menghadapi segala kemungkinan yang mungkin terjadi, ujarnya.

baca juga

Dr Zaliha juga mengimbau masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan, seperti menjaga kebersihan diri hingga memakai masker bagi mereka yang mengalami gejala.

Jika gejalanya memburuk, ia mengimbau untuk berkonsultasi ke dokter dan mendapatkan pengobatan antivirus di klinik kesehatan terdekat bagi mereka yang positif COVID-19 dan berisiko tinggi.

“Masyarakat juga dapat menerima vaksin COVID-19 dosis utama di klinik kesehatan untuk mengurangi risiko penularan,” tuturnya,

“Kementerian akan terus memantau situasi dan varian Covid-19 dari waktu ke waktu,” katanya seraya menambahkan bahwa masyarakat tidak boleh menyebarkan berita yang tidak terverifikasi untuk menghindari kebingungan dan keresahan masyarakat.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan Malaysia mengatakan, ada 3.626 kasus COVID-19 yang dilaporkan pada 19 hingga 25 November 2023. Angka tersebut meningkat sebanyak 57,3 persen dibandingkan dengan minggu sebelumnya yang tercatat ada 2.305 kasus.

baca juga

Simak Video “Susul Singapura, Kasus Covid-19 Malaysia Naik 57%
[Gambas:Video 20detik]
(suc/suc)

Kemenkes Ungkap Alasan di Balik Penolakan Teknologi Wolbachia di Bali


Jakarta

Rencana penyebaran nyamuk aedes aegypti ber-wolbachia untuk menekan penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Denpasar dan Buleleng, Bali, menuai pro-kontra. Imbasnya, penerapan teknologi wolbachia yang seharusnya dilakukan pada 12-13 November di wilayah tersebut ditunda.

Terkait hal ini, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI dr Maxi Rein Rondonuwu mengungkap alasan di balik penolakan tersebut. Menurutnya, penolakan yang terjadi di masyarakat Bali disebabkan karena kurangnya sosialisasi.

Walhasil, banyak masyarakat yang takut dan khawatir lantaran tak tahu menahu dampak risiko maupun manfaat dari teknologi tersebut.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Sampai ke akar rumput itu memang kurang, sehingga masyarakat di sana belum tahu informasi manfaatnya,” imbuhnya dalam konferensi pers, Jumat (24/11/2023).

“Dan di Bali memang ditangani salah satu donatur yang membiayai, sehingga koordinasi dengan Dinas Kesehatan itu kurang,” imbuhnya.

Menurut dr Maxi, penolakan ini perlu ditangani dengan melakukan sosialisasi secara terus-menerus ke masyarakat.

Sebagaimana diketahui, DBD sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia. Segala upaya telah dilakukan oleh pemerintah sejak 1970, mulai dari fogging hingga penerapan 3M (Menguras, Menutup, Mengubur) Plus. Akan tetapi, upaya yang dilakukan tersebut belum sepenuhnya bisa mengendalikan penyakit DBD di Indonesia.

Kehadiran inovasi teknologi wolbachia ini diharapkan bisa membantu sebagai pelengkap upaya program pemerintah untuk menekan angka penyebaran DBD. Terlebih, riset teknologi wolbachia sendiri juga sudah dilakukan di Indonesia sejak 2011.

Peneliti Bakteri Wolbachia dan Demam Berdarah Dengue dari Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan keperawatan Universitas Gadjah Mada (FKKMK UGM), Prof Dr Adi Utarini, M Sc, MPH, PhD menjelaskan, teknologi ini sudah dibuktikan aman bagi manusia, hewan, dan lingkungan. Sebab, wolbachia yang ada di tubuh nyamuk aedes aegypti tak dapat berpindah ke serangga lain.

“Misalnya, serangga yang sangat hidup berdampingan aedes aegypti itu adalah nyamuk culex, itu kita sudah menunjukkan wolbachia ini tidak bisa berpindah ke serangga lain. Begitu pula tidak bisa berpindah ke manusia. Jadi dia tetap berada pada sel di nyamuk aedes aegypti,” ucap Prof Utarini atau akrab disapa Uut.

Simak Video “Peneliti Tegaskan Bakteri Wolbachia Tak Bisa Berpindah ke Manusia
[Gambas:Video 20detik]
(suc/kna)

Dokter Natural Ungkap Cara Alami Tangkal Mpox yang Kasusnya Naik di RI


Jakarta

Complete ada 38 kasus Mpox yang teridentifikasi di Indonesia. Kasus meningkat signifikan sejak 13 Oktober. Peningkatan kasus terbanyak dilaporkan berdomisili DKI Jakarta.

Namun, belakangan infeksi Mpox juga mulai menyebar di Provinsi Banten hingga Jawa Barat. Beberapa kota yang melaporkan sedikitnya satu kasus Mpox meliputi Depok, Cirebon, Bekasi, Bandung, Kota Tangerang, hingga Tangerang Selatan.

Selain dengan vaksinasi, ada sejumlah cara alami yang bisa dilakukan untuk menangkal infeksi Mpox. Salah satunya memastikan imunitas tubuh tetap terjaga, bisa dengan bantuan vitamin natural.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Ada banyak cara bagaimana kita dapat menjaga imun tubuh, mulai dari mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang, istirahat yang cukup, menjaga hidrasi, sampai olahraga,” beber Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional Jamu Indonesia (PDPOTJI) dr Inggrid Tania, Rabu (8/11/2023).

Meski sejauh ini nihil laporan kasus Mpox pada usia anak, bukan berarti mereka bebas dari risiko. Jika virus menyebar di kelompok remaja hingga usia di bawah delapan tahun, kemungkinan gejala berat bahkan deadly relatif tinggi.

“Pada kondisi demikian, diperlukan asupan dari luar enviornment belum tercukupinya kebutuhan vitamin dan mineral yang berasal dari makanan sehari-hari, karenanya kita membutuhkan tambahan asupan vitamin atau nutrisi berbahan natural. Tapi ingat, harus yang aman,” saran dia.

Dr Inggrid meminta masyarakat memastikan produk yang dipilih sudah mengantongi izin edar Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM).

“Jika memiliki sertifikat fitofarmaka, itu lebih baik, karena telah teruji klinis,” pungkasnya.

Simak Video “Catat! Ini yang Perlu Dilakukan untuk Tekan Kasus Mpox karena LSL
[Gambas:Video 20detik]
(naf/kna)

Bos BPJS Kesehatan Ungkap Tantangan Penerapan KRIS, Pengganti Kelas 1-3


Jakarta

Direktur Utama BPJS Kesehatan Prof Ali Ghufron Mukti berbicara soal tantangan penerapan sistem kelas rawat inap standar (KRIS) yang kini sedang disiapkan oleh pemerintah. Penerapan uji coba KRIS saat ini tengah dilakukan secara bertahap sampai nantinya direncanakan mulai berlaku pada 1 Januari 2025.

Menurut Prof Ghufron, perlu dilakukan sosialisasi yang tepat dan masif berkaitan dengan penerapan KRIS di masyarakat. Hal ini perlu dilakukan agar masyarakat, khususnya peserta program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) tidak kebingungan dalam menghadapi perubahan kebijakan yang ada.

“Intinya jangan sampai masyarakat itu nantinya bingung kalau sebelumnya ada kelas 1, kelas 2, kelas 3, sekarang jadi kelas standar. Itu harus jelas,” ujar Prof Ghufron ketika ditemui detikcom di Jakarta Pusat, Rabu (8/11/2023).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat ini penerapan KRIS masih dalam tahapan uji coba. Prof Ghufron menuturkan kini pihaknya masih menunggu keputusan Kementerian Kesehatan mengenai tata laksana penerapan KRIS nantinya.

“Makanya sekarang itu masih dalam suatu proses kebijakan dan masih uji coba. Maka kita tunggu hasil uji cobanya ya,” sambung Prof Ghufron.

Menurut Keputusan Direktur jenderal Pelayanan Kesehatan Nomor Hk.02.02/I/2995/2022 tentang Rumah Sakit Penyelenggara Uji Coba Penerapan KRIS-JKN, rumah sakit harus memenuhi 12 kriteria sarana dan prasarana KRIS. Penerapan standar tersebut dilakukan untuk meningkatkan kenyamanan pasien yang menjalani perawatan di ruang inap.

Adapun 12 kriteria fasilitas rawat inap dengan sistem KRIS meliputi standar komponen bangunan, ventilasi udara, pencahayaan ruangan, kelengkapan tempat tidur berupa kontak dan nurse name, nakas per tempat tidur, suhu ruangan, pembagian ruangan, kepadatan ruangan, tirai, kamar mandi dalam ruangan yang sesuai standar aksesibilitas, dan outlet oksigen.

Simak Video “BPJS Kesehatan Launching Transformasi Mutu Layanan JKN Tahun 2023
[Gambas:Video 20detik]
(avk/naf)

Tantangan ‘No Nut November’ Viral di Medsos, Dokter Urologi Ungkap Tak Ada Manfaatnya


Jakarta

‘No Nut November’ merupakan tren yang muncul di media sosial setiap bulan November. Tren ini merupakan tantangan (problem) bagi pria untuk tidak melakukan masturbasi selama satu bulan penuh.

Spesialis urologi Prof Dr dr Nur Rasyid SpU(Okay) menjelaskan tidak ada konsekuensi fisik atau kesehatan yang merugikan jika seseorang tidak melakukan masturbasi.

Hal ini karena tubuh manusia memiliki mekanisme alami jika ejakulasi dibutuhkan. Pasalnya, tubuh akan mengeluarkan sperma secara alami, yakni melalui mimpi basah yang bisa terjadi pada pria, tanpa harus masturbasi atau berhubungan intim.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Tubuh kita itu mempunyai sistem. Jadi seorang laki-laki yang sudah dewasa yang tidak berhubungan suami istri, baik belum punya istri atau lain sebagainya, kalau memang sudah perlu dikeluarkan dia akan bermimpi. Jadi nggak ada bahayanya nggak dikeluari,” jelas dr Nur Rasyid kepada detikcom, Minggu (5/11/2023).

Dalam dunia kesehatan, tidak ada anjuran khusus atau manfaat yang signifikan terkait dengan praktik masturbasi. Namun, masturbasi sendiri tidak berdampak buruk pada kesehatan fisik dan kualitas sperma seseorang.

“Secara medis, tidak ada anjuran, tidak ada manfaat. Prinsipnya gini, kalau kita bicara masturbasi, itu kan tinggal dilihat dari sudut mana. Kalau dari sudut kesehatan, secara kesehatan, secara fisik, itu tidak masalah. Apakah nanti orang yang onani kualitas spermanya setelah sekian tahun akan mejadi jelek, nggak,” jelasnya.

Meski begitu, Prof Rasyid menjelaskan bahwa masturbasi dapat mengganggu psikologis seseorang, terlebih jika menjadi kebiasaan yang dilakukan secara berlebihan. Hal ini dapat berdampak pada hubungan intim dengan pasangan.

“Tetapi secara psikologis bisa mengganggu. Apa maksudnya? Misalnya gini, orang kesenengan onani, lama-lama lebih menikmati onani dibandingkan berhubungan dengan istrinya,” terangnya.

Dampak psikologis dari aktivitas seksual ini juga dapat berujung pada disfungsi ereksi. Biasanya, masturbasi yang berlebihan akan menimbulkan kecemasan akan performa pada pria ketika akan melakukan hubungan intim dengan pasangannya.

Rasa cemas dan depresi dapat menghasilkan zat adrenalin yang mempengaruhi pembuluh darah. Alhasil, proses ereksi akan terganggu.

“Yang membuat disfungsi ereksi itu faktor psikologis, organnya sendiri nggak papa, tapi secara psikologis dia akan terbebani,” jelasnya.

“Padahal kalau orang itu dalam keadaan khawatir, depressed, akan dikeluarkan zat namanya adrenalin. Jadi kalau proses ereksi itu pembuluh darah dilebarkan, kalau stres dan keluar adrenalin, itu pembuluh darah menyempit. Nah gimana mau ereksi kalau pembuluh darah harusnya melebar ini malah menyempit,” tandasnya.

Simak Video “Dokter Bicara Kesehatan Mata untuk Pekerja: Terapkan Sistem 20-20
[Gambas:Video 20detik]
(suc/suc)

Matthew Perry Meninggal, Sempat Ungkap Perjuangannya Lepas dari Kecanduan Narkoba

Jakarta

Bintang ‘Associates’ Matthew Perry meninggal pada usia 54 tahun. Perry ditemukan meninggal setelah diduga tenggelam di sebuah rumah di Los Angeles, California, pada Sabtu (28/10/2023).

Pemeran Chandler Bing ini mengungkapkan kisah hidupnya di dalam memoarnya yang rilis tahun 2022 lalu. Ia buka-bukaan tentang kehidupan, karier, dan perjuangannya melawan kecanduan narkoba dalam memoar yang berjudul ‘Associates, Lovers, and the Massive Horrible Factor’ tersebut.

Di dalam memoarnya, Perry merinci kehidupan keluarganya yang penuh gejolak, perjuangannya dalam melawan kecanduan narkoba dan alkohol, serta hubungan romansanya dengan bintang-bintang seperti Julia Roberts dan Valerie Bertinelli.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, pesan utama memoar tersebut adalah seorang pria yang bersyukur karena bertahan hidup dan untuk mengungkap kehidupan nyata di balik salah satu karakter sitkom yang paling dicintai di dunia.

Faktanya, kepada The New York Occasions menjelang perilisan buku ini, Perry sempat mengungkap bahwa beberapa momen terindahnya di serial Associates ternyata diiringi oleh masa-masa paling kelam dalam kehidupannya, dikutip dari Leisure Tonight.

Sempat Kecanduan Alkohol dan Narkoba

“(Saya) berada di puncak tertinggi saya di Associates, titik tertinggi dalam karier saya, momen ikonik di acara ikonik,” katanya.

“Ketika Anda seorang pecandu narkoba, itu semua adalah matematika. Saya tidak melakukannya untuk merasa senang atau merasa baik. Saya tentu saja bukan seorang yang suka berpesta; saya hanya ingin duduk di couch saya, meminum lima butir Vicodin dan menonton movie. Itu adalah surga bagi saya. Sekarang tidak lagi,” sambungnya.

Perry tidak segan-segan menggambarkan besarnya masalah narkoba dan alkohol yang dialaminya. Selain kebiasaan Vicodin-nya, yang mencapai 55 pil sehari selama musim ketiga Associates, ia menyebutkan bahwa dirinya pun menggunakan dan menyalahgunakan Xanax, OxyContin, Dilaudid, metadon, buprenorfin/subokson, kokain, dan banyak vodka.

Dirinya mengaku bahwa ia tidak pernah mabuk saat syuting Associates, tetapi mengakui bahwa kecanduannya mengganggu performa aktingnya. Bahkan, Perry mengatakan bahwa ia tidak merasakan apa-apa ketika Associates berakhir.

Perry ingat menyaksikan rekan-rekan pemerannya terisak di sekelilingnya saat Associates merekam episode terakhir mereka pada tahun 2004, tetapi mengatakan bahwa obat detoksifikasi yang ia konsumsi pada saat itu membuatnya mati rasa.

“Saya tidak merasakan apa-apa; saya tidak tahu apakah itu karena buprenorfin opioid yang saya konsumsi, atau apakah saya hanya mati rasa di dalam,” katanya.

Sempat Idap Perforasi Gastrointestinal

Sang aktor sempat beberapa kali dirawat inap akibat penyalahgunaan narkoba dan alkohol. Namun, buku ini dimulai dengan keadaan darurat medisnya yang paling mengerikan, yakni ketika dia menderita perforasi gastrointestinal pada usia 49 tahun setelah usus besarnya pecah akibat penggunaan opioid yang berlebihan.

Perry menghabiskan dua minggu dalam keadaan koma dan lima bulan di rumah sakit. Ia pun harus menggunakan kantong kolostomi untuk menampung feses selama sembilan bulan.

“Para dokter mengatakan kepada keluarga saya bahwa saya hanya memiliki peluang dua persen untuk hidup,” katanya kepada Individuals pada saat itu.

“Saya dipasangkan sebuah alat yang disebut mesin ECMO, yang melakukan semua pernapasan untuk jantung dan paru-paru. Dan itu disebut Salam Maria. Tidak ada seorang pun yang bisa selamat dari itu,” sambungnya.

Perry mengungkapkan dalam buku tersebut bahwa ia menjalani 14 kali operasi pada perutnya, dan bekas luka tersebut menjadi ‘pengingat untuk tetap sadar’.

Namun faktor pendorong terbesar untuk menjauhi narkoba datang dari terapisnya, yang mengatakan kepadanya, “Lain kali jika Anda berpikir untuk menggunakan Oxycontin, pikirkan saja tentang memiliki kantong kolostomi seumur hidup Anda.”

Memiliki Keinginan untuk Berkeluarga

Salah satu hal yang sangat diharapkan Perry di sisa hidupnya adalah jatuh cinta dan membangun sebuah keluarga.

Dia sempat melamar mantan pacarnya, Molly Hurwitz, ketika sedang menjalani rehabilitasi di Swiss pada tahun 2019. Namun pada akhirnya, Perry memutuskan hubungan dengan Hurwitz, dan mengatakan bahwa dia mengakhiri hampir semua hubungan yang pernah dijalaninya.

“Itulah yang saya takutkan. Itulah yang saya wujudkan, sesuatu yang salah dengan mereka. Dan kemudian saya putus dengan mereka. Tetapi tidak mungkin ada sesuatu yang salah dengan semua orang. Saya adalah orang yang paling sering salah. Saya pergi lebih dulu karena saya pikir mereka akan menghancurkan saya,” katanya kepada Individuals.

Meskipun Perry mengakui bahwa ia memiliki ketakutan yang luar biasa tentang cinta, ia mengatakan bahwa, melalui banyak usaha, dirinya telah berhasil mengatasi rasa takut itu. Mengenai siapa orang tersebut, Perry mengatakan bahwa dia mencari seseorang yang mandiri dan benar-benar peduli kepadanya.

“Orang berikutnya yang benar-benar saya anggap serius adalah seseorang yang akan membuat saya jatuh cinta dan tidak takut dengan hal-hal yang dulu membuat saya takut,” ungkapnya.

“Dalam segala hal, terutama secara finansial karena saya beberapa kali ditipu oleh wanita yang menginginkan uang saya, tanpa benar-benar peduli dengan saya,” tambahnya.

Perry juga ingin memiliki anak, dan mengatakan bahwa dia ingin menjadi seorang ayah. Kesehatan, pasangan, dan anak-anak adalah hal-hal yang Perry yakin akan bisa dia dapatkan dalam ketenangan.

“Saya pikir saya akan menjadi ayah yang hebat. Sungguh. Saya tumbuh dengan banyak anak kecil di sekitar saya, dan mungkin itulah alasannya, tapi saya tidak sabar menunggu,” imbuh sang aktor.

Simak Video “Respons Mikha Tambayong soal Banyak yang Olahraga karena Tren
[Gambas:Video 20detik]
(kna/kna)

Pakar Seks Ungkap 4 Trik Bikin Wanita Capai Puncak Kenikmatan saat Bercinta


Jakarta

Hubungan intim yang berkualitas merupakan aspek penting dalam untuk kesejahteraan pasutri. Tidak hanya tentang reproduksi, seks juga merupakan hal yang sehat untuk menunjang kedekatan, komunikasi, dan kenikmatan antara kedua pasangan. Meskipun demikian, mencapai kenikmatan dalam hubungan seksual dapat menjadi tantangan tersendiri bagi wanita.

Namun, sebenarnya ada trik tertentu yang bisa dicoba untuk meningkatkan kenikmatan saat berhubungan intim. Dikutip dari Males’s Well being, urolog dan terapis seks Dr Rena Malik membeberkan temuan dari penelitian terbaru yang melibatkan lebih dari 4.000 wanita di Amerika Serikat tentang teknik seksual yang paling memuaskan. Berikut adalah teknik-tekniknya:

1. Angling


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Teknik angling dapat dilakukan dengan memutar atau menggoyangkan pinggul selama penetrasi sehingga memberikan variasi pada bagian Miss V yang tersentuh Mr P. Menurut penelitian tersebut, 88 persen wanita mengalami peningkatan kenikmatan seksual dengan melakukan cara ini.

2. Rocking

Dalam teknik ini, Mr P tetap berada di Miss V selama berhubungan seks, tidak seperti gerakan berirama yang biasa dilakukan dengan cara keluar-masuk, sehingga pangkal penis dapat menstimulasi klitoris selama penetrasi. Sebanyak 6 persen responden menikmati teknik ini.

3. Shallowing

Shallowing atau mendangkalkan ialah melakukan sentuhan penetrasi tepat di dalam Miss V. Teknik ini dianggap sebagai cara yang paling efektif untuk meningkatkan kenikmatan saat berhubungan seks, dengan 84 persen partisipan menikmati pengalaman tersebut. 25 persen dari para wanita tersebut juga percaya bahwa melakukan shallowing membuat orgasme mereka lebih intens.

Dr Malik menjelaskan bahwa hal ini terjadi akibat bagian terluar dari Miss V adalah bagian yang paling sensitif terhadap rangsangan seksual.

4. Pairing

Dalam teknik pairing atau berpasangan, baik wanita atau pasangannya menjangkau ke bawah untuk merangsang klitoris saat penetrasi terjadi.

Simak Video “Kenali Manfaat Seks Rutin Bagi Kesehatan untuk Pasutri
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/vyp)

Psychological Gen Z Lebih Lemah dari Milenial Cuma Mitos, Hasil Riset Ungkap Faktanya


Jakarta

Kerap muncul persepsi generasi Z atau mereka yang lahir di tahun 1997 sampai dengan 2012 mentalnya lebih lemah dibandingkan generasi sebelumnya yakni milenial dan X. Hasil survey di 2022 dari Jakpat, yakni aplikasi on-line yang terbiasa melakukan riset dengan para responden di Indonesia, menunjukkan persentase perbedaan masalah psychological di antara generasi cukup signifikan.

Ada 59,1 persen generasi Z yang mengalami gangguan kesehatan psychological, sementara angka lebih kecil berada di generasi milenial yakni 39,8 persen, hanya 24,1 persen generasi X yang dilaporkan mengalami gangguan psychological berdasarkan 1.870 responden.

dr Khamelia Malik dari Persatuan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI) menyebut kebanyakan generasi Z dibayangi masalah psychological merupakan hal kompleks. Banyak faktor yang bisa melatarbelakangi laporan tersebut, termasuk isolasi sosial saat pandemi.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal senada yang juga diutarakan Nimaz Dewantary, psikolog klinis. Dirinya melihat laporan generasi Z yang dianggap mentalnya lebih lemah ketimbang milenial dan X perlu dianalisis lebih lanjut.

Pasalnya, semua generasi berisiko mengalami gangguan kesehatan psychological. Bahkan, kasus gangguan psychological misalnya OCD disebut Nimaz sejak tahun 1700 sudah dilaporkan.

“Saat ini memang yang diketahui generasi Z lebih tinggi dalam mereport keluhannya,” beber Nimaz dalam konferensi pers Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 10 Oktober.

Namun, tidak menutup kemungkinan faktor lain yang terlihat menunjukkan generasi Z lebih banyak mengalami masalah psychological adalah tekanan dari media sosial.

“Sebenarnya mungkin bukan lebih banyak, dari dulu memang sudah ada. Tapi ya itu lagi-lagi generasi Z lebih banyak melaporkan keluhan, kaitannya memang tekanannya juga bertambah di media sosial, apa-apa dilihat, kemudian akses untuk tahu tentang kondisi psychological juga lebih banyak,” pungkasnya.

Simak Video “Ini yang Dilakukan Jika Temui Penderita Hoarding Dysfunction
[Gambas:Video 20detik]
(naf/kna)

Dokter Lintas Batas Ungkap Ngerinya Kondisi RS di Gaza Imbas Serangan Israel


Jakarta

Médecins Sans Frontières (MSF) atau Dokter Lintas Batas sedang memberikan perawatan bedah dan rawat inap, sekaligus menyiapkan sumbangan obat-obatan serta perlengkapan medis ke rumah sakit dan fasilitas kesehatan, di Gaza.

“Situasi di Gaza sangat buruk; rumah sakit kewalahan. Jumlah korban luka sangat tinggi, jumlah pasien yang terluka terus-menerus masuk ke semua rumah sakit di Jalur Gaza. Tim medis kelelahan dan bekerja sepanjang waktu untuk merawat korban luka,” kata Léo Cans, kepala misi MSF untuk Palestina, yang berbasis di Yerusalem dalam keterangan resminya, Rabu (11/10/2023).

Dia menambahkan pengeboman sangat intens. Seluruh bangunan hancur, termasuk bangunan tepat di sebelah kantor MSF. Perkiraan terbaru menyebutkan jumlah pengungsi sekitar 200 ribu, sebagian besar adalah mereka yang menerima pesan SMS dan rumahnya hancur.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kini pemerintah Israel memutuskan untuk memutus complete pasokan air dan listrik, dan jaringan telepon pun rusak parah. Pagi ini, pihak MSF tidak dapat menghubungi tim di Gaza melalui telepon. Hal ini membuat sangat sulit untuk mengkoordinasikan operasi penyelamatan dan memberikan akses kepada korban cedera.

“Di Gaza saat ini, orang-orang ketakutan. Saya sering berbicara dengan rekan-rekan kami di sana. Mereka adalah orang-orang yang sangat tangguh karena, sayangnya, mereka telah melalui banyak peperangan, namun situasi saat ini menyebabkan mereka sangat cemas,” tambahnya.

MSF juga sangat prihatin melihat fasilitas medis tidak luput dari serangan. Salah satu rumah sakit juga menjadi sasaran serangan udara dan rusak.

Serangan udara lainnya menghancurkan sebuah ambulans yang membawa korban luka, tepat di depan rumah sakit tempat mereka bekerja.

“Tim MSF yang sedang mengoperasi seorang pasien harus segera meninggalkan rumah sakit. Kami ulangi: fasilitas medis harus dihormati. Ini bukanlah sesuatu yang harus dinegosiasikan,” tandasnya.

Simak Video “IDI Beberkan Kronologi Penemuan Kasus Dokter Gadungan Susanto
[Gambas:Video 20detik]
(kna/naf)