Tag: Badan

Ray Sahetapy Sakit, Badan Kurus gegara Riwayat Diabetes-Asam Urat?


Jakarta

Aktor Ray Sahetapy dikabarkan tengah sakit, terlihat dari tubuhnya semakin kurus. Penurunan berat badan ini membuat wajahnya hampir tidak bisa dikenali oleh warganet.

Kondisi Ray Sahetapy saat ini dibagikan menantunya, Merdianti Octavia, melalui postingan di Instagram. Terlihat Ray sedang berbaring bersama putranya, Ray Sahetapy, dan Medianti.

“Halo semuanya! Mohon doa untuk Ayah kami @raysahetapy yang lagi sakit, semoga bisa sehat seperti sedia kala, semangat ya Ayah ❤️,” tulis Medianti dalam postingan satu hari yang lalu.

Sebelumnya, Ray sempat mengungkapkan tubuhnya semakin kurus akibat diabetes yang diidapnya. Kondisi itu dialaminya sejak 2018 lalu, saat kakinya luka dan tidak kunjung sembuh.

“Tahun 2018 saya kena. Kaki saya itu ada berdarah, terus diobati di depan tempat saya tinggal, nggak sembuh. Masih ketutup gitu, saya pikir biasa kan,” kata Ray yang dikutip dari Insert Dwell.

“Terus saya pergi ke Yogyakarta, saya lagi wawancara sama mahasiswa di sana. Tahu-tahu dialog gitu, ada dosen bilang ada darah di kaki saya. Pertama saya nggak terlalu perhatikan, begitu saya lihat, wah lantainya berceceran darah saya rupanya. Di situ saya mulai sakit,” jelasnya.

Ray mengungkapkan kondisinya ini adalah penyakit turunan dari sang ayah. Sebab, semua saudaranya tidak ada yang terkena diabetes.

“Saya turunan dari bapak saya, dia diabet, saya yang kena. Keluarga saya semua nggak ada yang kena diabet, cuma saya yang diabet. Mungkin anak kesayangan kali,” ungkap dia.

Pada tahun 2021, Ray juga sempat mengatakan dirinya mengalami asam urat. Kondisi itu membuat kedua kakinya sulit untuk berjalan seperti biasa.

Ray mengaku sudah menjalani pengobatan untuk mengobati kondisi yang sudah dialaminya selama bertahun-tahun. Tapi, ia merasa penyakit itu bisa sembuh dengan sendirinya jika dirinya terus berpikir positif.

“Udah tahunan, tapi dia lambat-lambat menggigit terus,” ujar Ray.

“Memang udah umur juga sih, ya, kalau kerjaan terlalu berat. Jadi, agak membantu lebih tenang, kalau nggak kan kerja terus,” pungkasnya.

Simak Video “Waspada Diabetes pada Anak
[Gambas:Video 20detik]
(sao/naf)

Ramai Fenomena Obesitas Ekstrem, Kok Berat Berat Badan Bisa Sampai Ratusan Kilo?


Jakarta

Belakangan fenomena kasus obesitas dengan bobot sampai ratusan kilogram mulai muncul ke permukaan. Setelah kasus mendiang M Fajri, kini muncul dua kasus obesitas ekstrem dengan berat badan 200 kg di Tangerang hingga Jakarta Timur.

Kenapa berat badan seseorang bisa mencapai ratusan kilogram seperti itu?

Dokter spesialis gizi klinik dr Christopher Andrian, MGizi, SpGK, mengungkapkan fenomena kasus obesitas dengan bobot yang ekstrem itu sangat berpengaruh dari gaya hidup yang buruk. Kebiasaan itu terus dilakukan dalam jangka waktu yang lama.

“Mungkin nggak hanya jangka pendek, tapi dalam kasus ini biasanya dalam jangka panjang. Kalau sampai ratusan kilo itu, berarti menumpuk terus menerus kan dari kebiasaan dia kecil,” kata dr Christopher saat ditemui di Jakarta Pusat, Jumat (7/7/2023).

Jika dilihat dari kasus obesitas yang belakangan dialami anak-anak, bisa jadi itu adalah dampak dari kesalahan pola asuh dan kurangnya edukasi orang tua. Mereka mungkin membebaskan anak-anaknya untuk mengkonsumsi asupan manis dan berkalori tinggi, bisa jadi dalam jumlah yang besar.

dr Christopher mengatakan nantinya kebiasaan itu akan terus berlanjut hingga dewasa. Ketika dewasa, kebiasaan itu akan sulit untuk diubah.

“Kalau sudah dewasa, edukasi pengetahuan orang tersebut karena asupannya ngaco, lifestyle-nya dan aktivitasnya nggak ada,” tutur dia.

“Kita juga sudah melakukan aktivitas serba on-line, itu bisa mempengaruhi. Dan akses untuk mendapatkan makanan-makanan yang excessive calorie dan excessive sugar lebih gampang,” sambungnya.

Jika terus menerus dilakukan, itu akan memicu kenaikan berat badan yang signifikan. Meski berat badannya sudah mencapai lebih dari 100 kg, mungkin masih diabaikan dan tidak segera mencari bantuan ahli untuk mengatasinya, dan pada akhirnya kondisinya semakin parah.

“Pada saat dia 100 kg, 125 kg itu belum mencari bantuan, padahal itu sudah parah. Jika sudah mencapai 200 kg, itu sudah dianggap lebih susah,” pungkasnya.

Simak Video “Lebih dari Separuh Populasi Dunia Diprediksi Alami Obesitas pada 2035
[Gambas:Video 20detik]
(sao/kna)

Badan Intelijen AS Ungkap Fakta Baru soal Biang Kerok COVID-19


Jakarta

Badan Intelijen Amerika Serikat mengumumkan fakta baru terkait asal-usul pandemi COVID-19. Berdasarkan laporan pada Jumat (23/6/2023), pihaknya tidak menemukan bukti langsung yang menunjukkan bahwa pandemi COVID-19 berasal dari insiden di Institut Virologi Wuhan, China.

Laporan sebanyak empat halaman yang dipublikasikan oleh Kantor Direktur Intelijen Nasional (ODNI) mengatakan komunitas intelijen AS masih tidak dapat mengesampingkan kemungkinan, bahwa virus itu berasal dari laboratorium, dan belum dapat menemukan asal-usul virus tersebut.

“CIA dan badan lain tetap tidak dapat menentukan asal muasal pandemi COVID-19 secara tepat, karena hipotesis (alami dan laboratorium) bergantung pada asumsi yang signifikan atau menghadapi tantangan dengan pelaporan yang bertentangan,” catat laporan ODNI yang dikutip dari The Straits Instances, Sabtu (24/6/2023).

Sementara, ‘pekerjaan ekstensif’ telah dilakukan pada virus Corona di Institut Wuhan (WIV), lembaga tersebut belum menemukan bukti insiden spesifik yang dapat menyebabkan wabah tersebut.

“Kami terus tidak memiliki indikasi bahwa kepemilikan penelitian pra-pandemi WIV termasuk SARS-CoV-2 atau nenek moyang dekat, atau bukti langsung bahwa insiden terkait penelitian tertentu terjadi yang melibatkan personel WIV sebelum pandemi yang dapat menyebabkan pandemi COVID-19,” kata laporan itu.

Asal-usul pandemi telah menjadi bahan perdebatan sengit di Amerika Serikat hampir sejak kasus manusia pertama dilaporkan di Wuhan pada akhir 2019. Presiden Joe Biden pada bulan Maret lalu menandatangani RUU yang mendeklasifikasi informasi terkait asal-usul pandemi.

Dia kemudian mengatakan bahwa akan berbagi tujuan Kongres, untuk merilis informasi sebanyak mungkin tentang asal mula COVID-19.

Perdebatan dimulai yang dipicu oleh laporan Wall Avenue Journal pada bulan Februari, bahwa Departemen Energi AS telah menilai dengan ‘kepercayaan rendah’ dalam laporan intelijen rahasia bahwa pandemi kemungkinan besar muncul dari kebocoran laboratorium China. Namun, penilaian itu dibantah oleh Beijing.

Direktur FBI Christopher Wray mengatakan pada 28 Februari, agensinya telah menilai selama beberapa waktu bahwa asal mula pandemi.

“Kemungkinan besar, potensi insiden laboratorium di Wuhan. Namun, China mengatakan ini (klaim) tidak memiliki kredibilitas apapun,” sambungnya.

Hingga 20 Maret, empat lembaga AS lainnya masih menilai bahwa COVID-19 kemungkinan besar merupakan hasil dari penularan alami, sementara dua lainnya belum diputuskan.

Simak Video “Jepang Turunkan Klasifikasi Covid-19 Jadi Setara Flu Biasa
[Gambas:Video 20detik]
(sao/vyp)

5 Kebiasaan yang Tak Disadari Bikin Badan ‘Jompo’ di Usia 30-an

Jakarta

Seiring pertambahan usia, manusia perlu mengatur pola makan menjadi lebih sehat. Penelitian menemukan manusia yang mulai memasuki dekade usia 30-an harus mengatur kebiasaan sehat dan menjaga diri, termasuk makan dengan baik, eating regimen seimbang, dan sehat. Hal ini karena kebiasaan makan tertentu mungkin dapat menyebabkan kerusakan tubuh.

Pasalnya, tubuh manusia di usia 30-an mengalami banyak perubahan. Dikutip dari Eat This, Not That! perubahan tersebut termasuk meningkatnya lemak tubuh, menurunnya kesehatan tulang, dan jantung karena hipertensi.

Selain itu, wanita mulai memasuki masa perimenopause dan menopause di usia 30-an. Kondisi ini menyebabkan perubahan tubuh dan penurunan kadar hormon estrogen.

Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui kebiasaan yang dapat merusak tubuh di usia 30-an. Berikut daftarnya.

1. Kekurangan kalsium atau vitamin D

Tulang mulai kehilangan kepadatan di usia 30-an. Salah satu cara untuk membantu memperlambat proses ini dan mempertahankan kekuatan tulang adalah mendapatkan nutrisi pendukung tulang dalam makanan, seperti kalsium dan vitamin D.

Tubuh membutuhkan kalsium untuk kekuatan dan perkembangan tulang. Sementara itu, vitamin D memberikan fungsi serupa sekaligus memiliki efek perlindungan pada patah tulang dan peradangan.

“Konsumsi kalsium dan vitamin D yang tidak memadai dapat mengurangi kepadatan tulang, meningkatkan risiko osteoporosis dan patah tulang,” kata ahli eating regimen Katherine Gomez, RD

“Karena itu, sangat penting untuk mengonsumsi makanan kaya kalsium seperti produk susu, sayuran hijau, dan makanan yang diperkaya, serta mendapatkan sinar matahari yang cukup atau mengonsumsi suplemen vitamin D,” sambungnya.

Kemudian, sebuah penelitian dalam American Journal of Scientific Vitamin mencatat bahwa makan buah plum setiap hari membantu wanita pascamenopause.

2. Tidak mengonsumsi makanan yang menyehatkan jantung dan usus

Para ahli mengatakan seseorang sebaiknya mengonsumsi makanan bernutrisi yang menyehatkan jantung. Hal ini dilakukan untuk menjaga kesehatan jantung, terutama di usia 30-an.

“Berfokus pada biji-bijian utuh, lemak ‘baik’, buah-buahan, sayuran, ikan air dingin yang berminyak dapat membantu mendukung kesehatan jantung, dan mengambil pendekatan proaktif untuk mendukung jantung Anda sebelum mencapai usia menopause adalah ide yang bijak,” kata Lauren Manaker, MS, RDN.

Serat adalah nutrisi utama untuk menyehatkan jantung. Serat dapat mengurangi kolesterol, menurunkan tekanan darah, dan membantu mengelola peradangan dalam tubuh. Selain itu, serat merupakan nutrisi penting untuk kesehatan usus.

3. Mengonsumsi terlalu banyak gula

Penting untuk memantau jumlah gula yang dikonsumsi secara teratur setiap hari untuk membantu mengatur berat badan dan gula darah di usia 30-an.

“Mengkonsumsi karbohidrat indeks glikemik tinggi di usia 30-an menyebabkan kadar gula darah terus melonjak, mengakibatkan kelebihan insulin yang dibutuhkan untuk membantu memindahkan glukosa dari darah, dan akibatnya dapat dikaitkan dengan penyimpanan lemak berlebih,” ungkap pakar nutrisi Kara Landau, RD.

Ia menyarankan agar masyarakat beralih ke karbohidrat indeks glikemik rendah dan memilih karbohidrat yang mengandung jenis probiotik tertentu (pati resisten). Karbohidrat tersebut membantu mendukung pengaturan kadar gula darah dan sel menjadi lebih responsif terhadap insulin.

NEXT: Kekurangan protein

Simak Video “Food plan dengan Obat Pelangsing, Yakin Aman?
[Gambas:Video 20detik]