Tag: Beberkan

Sukses End Marathon di Jakarta, Osha Penyandang Autisme Beberkan Prosesnya


Jakarta

Cerita Osha, penyandang autisme yang berhasil menyelesaikan full marathon 42 km menarik perhatian publik. Dengan kondisinya yang ‘berbeda’ sebagai penyandang autism spectrum dysfunction (ASD), pria dengan nama lengkap Natrio Catra Yososha (34) tersebut tetap bersemangat menjalani program latihan yang lumayan panjang.

Dalam acara BTN Jakarta Run 2023, pada Minggu (12/11/2023), Osha berhasil finis dengan catatan waktu 6 jam 47 menit. Meski ‘mepet COT’ (reduce off time), atau tepatnya 13 menit menuju abtas akhir menyelesaikan lomba, kegigihannya untuk terus berjuang sampai end mengudang decak kagum.

Menurut Osha, mengikuti full marathon bukanlah hal yang mudah. Bukan hanya fisik yang diuji, psychological juga benar-benar harus disiapkan agar tahan banting.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Mentalnya juga benar-benar diuji banget,” beber Osha pada detikcom, Sabtu (25/11/2023).

Lari marathon, khususnya full marathon yang jaraknya 42,195 km, memang bukan nomor atletik yang bisa dianggap remeh. Bagi yang terinspirasi ataupun tertantang untuk mencoba, Osha menyarankan untuk benar-benar mempersiapkan diri dengan berlatih secara konsisten.

“Ukurlah kemampuan. Jadi ya jangan karena ikut-ikutan. Karena yang tahu kondisi tubuh itu diri sendiri. Jadi, walaupun orang bisa kasih saran, tapi yang paling tahu itu diri sendiri. Ukurlah dari situ,” ungkap Osha.

“Kalau bisa jangan sekali dua kali. Jadi kalau sudah semua pengalaman dari 5 km, 10 km, half marathon itu semuanya dicoba,” pesan Osha, menyiratkan bahwa cuma tahu bulat yang bisa dadakan. Marathon, tentu harus berproses.

Simak Video “MJM 2023, Perpaduan Lengkap Sport Tourism & Zero Waste
[Gambas:Video 20detik]
(sao/up)

Vidi Aldiano Idap Kanker Ginjal, Dokter Beberkan Gejala yang Kerap Dialami


Jakarta

Vidi Aldiano baru-baru ini membagikan kabar terbarunya yang saat ini tengah menjalani pengobatan kanker. Ia mengatakan, kanker ginjal yang diidapnya sudah menyebar organ lain di tubuhnya.

“Mungkin banyak yang belum tahu bahwa tahun lalu, titipan Tuhan berupa kanker ini sudah menyebar ke beberapa titik, sehingga mengharuskan gue akhirnya punya appointment spa day ini tiap 3 minggu,” tulis Vidi Aldiano di akun Instagram pribadinya dilihat Selasa (19/9/2023)

Penyanyi Kondang ini sebelumnya sempat menjalani perawatan dan operasi pengangkatan ginjal di Singapura pada Desember 2019. Setelah operasi, ia juga masih rutin menjalani kemoterapi. Akan tetapi, kanker yang diidapnya itu justru bermetastasis atau menyebar ke beberapa titik di tubuhnya.

Koordinator Bidang Ilmiah Ikatan Ahli Urologi Indonesia & Kepala Staf Medik Urologi RS Unair Surabaya, dr Lukman Hakim, SpU(Okay), MARS, PhD, menjelaskan kanker ginjal adalah benjolan yang tidak regular dan ganas yang tumbuh di organ ginjal.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara umum, kanker ginjal memiliki stadium 1, 2, 3, dan 4. Semakin tinggi stadiumnya, semakin cepat penyebaran sel kankernya. Biasanya pengobatannya pun juga lebih agresif.

“Kanker itu bisa terletak di ginjalnya sendiri, tetapi juga bisa di pembuluh darahnya. Ini adalah arteri dan vena, yang memberikan oksigen pada ginjal. Bisa jumlahnya 1, kecil atau besar, bisa terletak di atas, tengah, bawah,” ucapnya dalam konferensi pers, Rabu (20/9/2023).

Adapun gejalanya tergantung pada stadium kanker yang diidapnya. Menurut dr Lukman, hampir semua kanker stadium awal jarang memberikan keluhan dan baru kelihatan setelah sudah memasuki stadium 2,3 maupun 4.

“Kanker ginjal pada stadium 1, seringkali tidak memberikan keluhan apa-apa. baru pada stadium 3 atau 4, pasien baru datang dengan keluhan nyeri pada pinggang,” ucapnya.

Umumnya, pasien kanker ginjal akan mengeluhkan gejala nyeri pinggang dan kencing darah. Kondisi tersebut pun kerap terjadi ketika kanker ginjal yang dialami sudah memasuki stadium 3 atau 4.

Apabila kanker ginjal yang dialami sudah memasuki stadium 4 atau metastasis, sudah menyebar ke organ lain, biasanya ada gejala tambahan tergantung kanker tersebut menyebar ke bagian tubuh yang mana.

“Misal ke paru-paru, maka keluhan pasien adalah batuk-batuk darah. ketika dicek paru-paru ada benjolan dan ditemukan ada tumor ganas di ginjal namun sudah menyebar ke paru-paru,” imbuhnya lagi.

Simak Video “Curhat Vidi Aldiano soal Kankernya yang Menyebar
[Gambas:Video 20detik]
(suc/kna)

Mayat Alien di Meksiko Banjir Kritikan, Pakar Beberkan Bukti Anatomis

Jakarta

Dua artefak yang diklaim sebagai jasad ‘alien’ dipamerkan dalam sebuah acara resmi di Kongres Meksiko pada Selasa (12/9). Klaim tersebut menggemparkan dunia.

Kongres Meksiko mengadakan sidang tentang fenomena udara tak dikenal (UAP), sebuah istilah yang sekarang digunakan untuk menggambarkan UFO. UAP juga telah menjadi subyek dengar pendapat kongres di Amerika Serikat selama dua tahun terakhir

Selama presentasi acara tersebut, tim yang terdiri dari jurnalis Meksiko Jaime Maussan dan dokter medis militer José de Jesús Zalce Benítez menampilkan dua jenazah yang tingginya tidak lebih dari 3,3 kaki (1 meter), tampak kurus dengan kulit keabu-abuan, serta kepala besar. Dua jenazah itu diletakan di kotak seperti peti mati.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tim tersebut menyatakan, tes DNA mengungkap sisa-sisa makhluk berjari tiga ini bukanlah manusia dan perutnya menyimpan telur yang dapat digunakan untuk reproduksi. Mereka juga menyebut jenazah ‘alien’ ini berasal dari Peru. Menurut penanggalan radiokarbon, kedua jenazah tersebut setidaknya berusia 1.000 tahun lalu.

Bentuk yang mirip dengan perawakan persis seperti penggambaran alien tersebut sebenarnya sempat menjadi berita utama pada tahun 2017 dan 2018. Pada saat itu, para ulama mengecam tubuh-tubuh tersebut karena merupakan bagian tubuh manusia yang dimanipulasi.

Maussan mengatakan, sejak saat itu, lebih banyak tes menunjukkan mayat tersebut bukan manusia. Maussan juga menekankan dirinya tidak mengatakan bahwa benda-benda tersebut adalah benda asing, hanya saja mereka bukan manusia.

“Kami tidak pernah mengatakan bahwa mereka adalah makhluk luar angkasa,” kata Maussan, seraya menambahkan mereka telah menemukan bukti adanya implan yang terbuat dari unsur osmium dan kadmium di dalam tubuh.

Kontroversi Carbon Relationship yang Tak Masuk Akal

Direktur penguatan penelitian di Metropolitan Autonomous College (UAD) di Mexico Metropolis, menyebut kongres yang dilakukan di Meksiko adalah omong kosong.

“Bahwa Kongres kita memberikan sebuah discussion board kepada orang yang memproklamirkan diri sebagai ahli UFO adalah cerminan dari suasana anti-ilmiah yang ada di negara kita saat ini,” ucapnya.

Ia mengatakan, ada pemberitaan di beberapa media yang menyebut tes terhadap jenazah dilakukan di UAD. Padahal faktanya, tidak ada tes DNA yang dilakukan di universitas tersebut, dan meskipun tes karbon-14 dilakukan pada tahun 2017, sebuah perjanjian komersial mencegah universitas tersebut untuk mengungkapkan hasilnya.

Menariknya, jika jenazah tersebut adalah alien, maka penanggalan karbon-14 tidak akan ada gunanya.

“Penanggalan radiokarbon didasarkan pada atom Karbon 14 yang tercipta ketika radiasi matahari menghantam atmosfer bagian atas bumi,” kata David Anderson, asisten profesor antropologi yang telah banyak menulis tentang pseudoarkeologi di Radford College di Virginia.

“Untuk mengetahui tanggal radiokarbon makhluk luar angkasa, kita harus mengetahui berapa tingkat produksi 14-C di planet asal mereka, bukan di planet kita,” sambung David.

NEXT: Kemungkinan Mayat Manusia Dimodifikasi

Simak Video “Dokter Ahli Pencernaan Bicara Efek ke Perut saat ‘Yoga Alien’ Nauli Kriya
[Gambas:Video 20detik]

Dialami Panji Petualang, Ahli Jiwa Beberkan Gejala Nervousness yang Perlu Diwaspadai


Jakarta

Panji Petualang belum lama ini buka-bukaan terkait masalah kesehatan psychological nervousness atau kecemasan berlebih yang dialaminya. Panji mengatakan bahwa kondisi tersebut ia dapatkan usai diagnosa diabetes yang diidapnya

Panji bahkan mengaku bahwa kecemasan berlebihan tersebut membuatnya takut mati. Untuk mengatasi masalah kesehatan psychological yang ia alami, Panji tengah menjalani pengobatan dengan psikiater.

“Misalkan kalau makan nasi diabet gue naik nih, wah mati gue cepat. Jadi mikirnya makan nasi mati, nggak makan nasi mati, sudah ah sama aja. Kayak ngerokok mati nggak ngerokok mati,” ucap Panji kepada wartawan.

Berkaitan dengan masalah yang dialami oleh Panji, psikiater dr Lahargo Kembaren SpKJ mengatakan bahwa nervousness atau ansietas merupakan gangguan jiwa yang ditandai dengan munculnya kegelisahan, kekhawatiran, dan ketidaktenangan.

Selain tanda-tanda perasaan, dr Lahargo menjelaskan nervousness juga dapat ditunjukkan dengan tanda kondisi fisik dan perilaku tertentu.

“Gejala fisik ansietas itu bisa berupa asam lambung naik sehingga mual, muntah, perutnya terasa kembung, diare, atau jantung berdebar lebih kencang, napas terasa pendek, kepala terasa tidak nyaman, kulit gatal kemerahan,” ucap dr Lahargo pada detikcom.

“Selain itu gejala perilaku bisa ditunjukkan dengan pola makan dan tidur yang terganggu, gelisah, tidak tenang, ada perilaku yang berulang-ulang,” sambungnya.

dr Lahargo mengatakan bahwa ada beberapa hal atau pertolongan pertama yang dapat dilakukan seseorang ketika memiliki gejala nervousness. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan ‘validasi’.

“Langkah pertama yang kita lakukan adalah melakukan self-care terlebih dahulu. Pertama, coba validasi perasaan kita, ‘Oke, saya lagi cemas, lagi khawatir, saya lagi merasa tidak nyaman saat ini’,” ucapnya.

Selanjutnya, coba lakukan ‘ventilasi’ dengan mencoba bercerita dengan orang terpercaya untuk bisa mengurangi beban. Bisa pada teman, sahabat, keluarga, atau pasangan.

“Atau kalau kita tipe orang yang introvert, nggak gampang untuk bercerita, kita bisa melakukan journaling dengan menulis di buku harian. Itu pun membantu mengekspresikan apa yang sedang kita rasakan,” jelasnya.

Cara ketiga yang dapat dilakukan apabila mengalami masalah nervousness adalah dengan ‘regulasi’. Langkah ini dilakukan dengan berbagai teknik manajemen stres.

“Diregulasi itu kita lakukan berbagai teknik manajemen stres, seperti teknik pernapasan dalam, teknik grounding, mindfulness, teknik relaksasi otot progresif, atau berbagai mekanisme coping lain yang bisa meringankan atau meregulasi masalah pikiran atau emosional yang kita rasakan,” ujarnya.

dr Lahargo mengatakan bahwa teknik regulasi ini juga dapat merubah sudut pandang atau mindset menjadi lebih positif dan rasional.

“Kalau kita sudah mencoba validasi, ventilasi, dan regulasi belum juga membaik, apalagi membuat menderita, dan menghambat aktivitas, itu waktunya untuk datang ke profesional kesehatan jiwa. Mereka punya kompetensi dan kapabilitas untuk memberikan pertolongan,” pungkasnya.

Simak Video “Teknik Baru Atasi Gangguan Kesehatan Psychological dengan VR
[Gambas:Video 20detik]
(avk/kna)

Expensive Ortu! IDAI Beberkan Suggestions Anak Tak Mudah Ngedrop di Tengah Polusi Ugal-ugalan


Jakarta

Polusi udara terbukti berdampak buruk bagi kesehatan, khususnya bagi kelompok rentan seperti anak-anak. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Bernie Endyarni Medise, SpA(Okay), MPH, kasus infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada anak melonjak imbas kualitas udara yang buruk.

“ISPA yang polusi ini cukup tinggi ya karena banyak yang batuk pilek, nggak sembuh-sembuh, itu lebih banyak, tapi nggak demam ya. Lebih ke alergi polutan. Cukup banyak,” ucapnya saat ditemui di Jakarta Selatan, Selasa (15/8/2023).

Bagaimana ideas agar anak tetap sehat dan tak mudah sakit?

Menurut dr Bernie, salah satu ideas agar anak tetap sehat dan tak mudah sakit di tengah polusi adalah mendapat nutrisi yang cukup, mulai dari karbohidrat, protein, hingga mineral. Adapun kelengkapan nutrisi akan memperkuat imun anak sehingga tak gampang sakit.

Selain nutrisi, kebutuhan tidur yang cukup juga menjadi sangat penting untuk menjaga kesehatan anak.

“Anak cukup makan, harus dapat imunisasi, harus cukup tidur istirahat, stimulasinya harus dilakukan supaya dia berkembang juga,” tuturnya.

Begitu juga dengan pemakaian masker. dr Bernie mengingatkan orang tua untuk memastikan anak mengenakan masker apabila melakukan aktivitas di luar ruangan atau out of doors.

“Untuk jangka pendek mungkin penggunaan masker, kalau bisa tidak terlalu banyak ke daerah2 yang polusinya tinggi. Tapi anak lebih memang butuh out of doors sih, jadi penggunaan masker menjadi salah satunya,” katanya.

“Sebenarnya masker-masker biasa nggak apa-apa. Kalau masker untuk partikel besar seperti polusi, gunanya yang penting kan tidak masuk ke dalam,” sambungnya lagi.

Simak Video “Polusi Jakarta Memprihatinkan, Paparannya Bikin Iritasi Saluran Napas
[Gambas:Video 20detik]
(suc/naf)

Sulut Juara 1 Kasus Obesitas di RI, Kemenkes Beberkan Kemungkinan Pemicunya


Jakarta

Berdasarkan knowledge Riskesda tahun 2018, Indonesia menjadi salah satu negara dengan angka kasus obesitas tertinggi di dunia. Tercatat, 1 dari 3 orang dewasa di Indonesia mengalami obesitas.

Dari knowledge tersebut, Sulawesi Utara menjadi daerah dengan kasus obesitas tertinggi di Indonesia. Information ini didapat berdasarkan indeks massa tubuh.

“Indeks massa tubuh ini didapatkan dari berat badan dalam kilogram, dibandingkan dengan tinggi badan dalam meter dikuadratkan,” ungkap Kepala Seksi Penyakit Diabetes Melitus Kemenkes RI dr Esti Widiastuti dalam konferensi pers, Selasa (11/7/2023).

“Jadi, kalau ini yang kita ambil dari knowledge Riskesda ini lower off dari indikator obesitas dewasa dengan indeks massa tubuh lebih dari 27. Kita sudah melihat hampir seperlima penduduk usia 18 tahun ke atas di Indonesia dengan obesitas,” jelasnya.

Kenapa Lebih besar di Sulawesi Utara dibandingkan DKI Jakarta?

Dari knowledge Riskesdas, posisi DKI Jakarta berada di posisi kedua. Sementara di posisi tertinggi adalah Sulawesi Utara.

“Sulawesi Utara dibandingkan Jakarta dan Papua, dibandingkan jumlah penduduk ini juga bisa dikaitkan adat dan kebiasaan,” kata dr Esti.

Kebiasaan ini bisa berupa setiap berpesta, di beberapa daerah mungkin menyediakan makanan tradisional lebih banyak dan melimpah. Makanan ini mungkin lebih banyak mengandung karbohidrat dan gula.

Ini juga yang kemungkinan membuat angka obesitas di satu daerah, seperti Papua dan Sulawesi Utara lebih menonjol.

Berikut 10 wilayah yang memiliki kasus obesitas terjadi di Indonesia:

  • Sulawesi Utara
  • DKI Jakarta
  • Papua Barat
  • Kepulauan Riau
  • Kalimantan Utara
  • Sumatera Utara
  • Maluku Utara
  • Gorontalo
  • Aceh
  • Riau

Simak Video “Simak Cara Pencegahan Obesitas pada Bayi, Balita dan Anak!
[Gambas:Video 20detik]
(sao/kna)