Tag: Curhat

Curhat Warga Kosel Alasan Ogah Punya Anak, Bukan Cuma soal Duit

Jakarta

Korea Selatan dilanda penurunan angka kelahiran saking banyaknya warga memilih untuk tidak memiliki anak. Sebenarnya, apa sih alasan di balik keogahan warga di sana untuk membesarkan anak? Ternyata bukan cuma masalah tak punya cukup uang, ada hal-hal lain yang berhasil terungkap oleh pemerintah Korsel.

Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Korea Selatan mengundang enam pasangan muda yang berencana untuk tidak memiliki anak, dalam pertemuan di Seocho-gu, Seoul Selatan. Di sana, para pasangan mengakui bahwa alasan utama mereka untuk tidak memiliki anak adalah persaingan ketat di dunia pendidikan dan masalah keuangan.

“(Orang tua) terus-menerus membandingkan anak-anak dari pesta ulang tahun pertama mereka, bahkan anak mana yang mulai berjalan. Saya rasa saya tidak bisa mengikuti kompetisi yang tiada habisnya ini,” kata salah satu peserta dikutip dari The Straits Instances, Selasa (19/12/2023).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lewat pertemuan tersebut, Kementerian berupaya mencari ide-ide kebijakan dengan harapan, ke depannya bisa mengatasi masalah anjloknya angka kelahiran di Korea Selatan.

Beberapa peserta juga buka-bukaan perihal sulitnya masuk perguruan tinggi yang dimulai sejak usia amat muda. Menurut mereka, di mata para orang tua, segala sesuatu menjadi bahan untuk dibanding-bandingkan dengan keluarga lain.

Salah satu peserta di pertemuan tersebut menyebut, dirinya pernah menemukan pasutri yang secara membeli mobil mahal dengan harga melebihi batas kemampuan finansial mereka. Dengan tujuan, anak-anak mereka tidak ‘kehilangan muka’ di lingkungan pergaulannya.

“Ada sebagian orang yang menyebut siswa dengan kehadiran sempurna sebagai ‘kemiskinan sempurna’, artinya mereka tidak bolos sekolah satu hari pun karena keluarganya tidak punya uang untuk jalan-jalan,” kata peserta lainnya.

“Harus ada sesuatu yang dilakukan mengenai budaya perbandingan di kalangan anak-anak,” tuturnya lebih lanjut.

Simak Video “Singgung soal Penurunan Angka Kelahiran di Korut, Kim Jong Un Nangis
[Gambas:Video 20detik]

Pegiat Kebugaran Curhat Kena Kanker, Gejala Awal Diabaikan karena Merasa Sehat


Jakarta

Seorang pria 31 tahun menceritakan pengalamannya didiagnosis kanker stadium akhir. Kondisi kankernya telanjur mematikan karena gejala awal yang muncul seringkali diabaikan.

Pria bernama Liam Griffiths di Middlesbrough, Inggris, itu mulai mengeluhkan beberapa gejala sejak Maret 2023. Gejala yang dirasakan seperti pembengkakan perut, sembelit kronis, kram, hingga muntah-muntah.

Namun, Griffiths merasa dirinya masih sehat-sehat saja. Ia terus berolahraga dan bekerja, sehingga mengabaikan gejala yang dirasakannya.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Semakin lama gejala yang dikeluhkan Griffiths tidak terkendali dan langsung pergi ke rumah sakit. Setelah menjalani pemeriksaan, ia didiagnosis mengidap penyakit Crohn atau radang usus.

“Tidak memeriksakan diri lebih awal adalah kesalahan terbesar yang pernah saya buat,” kata Griffiths yang dikutip dari Every day Mail, Senin (18/12/2023).

“Saya wiraswasta, dan saya membutuhkan uang, jadi saya terus bekerja. Saya melakukan apa yang saya pikir perlu dilakukan seorang pria. Aku sedang berjaga-jaga,” sambungnya.

Namun, sebulan kemudian Griffiths menerima telepon dari dokter yang memintanya untuk datang ke rumah sakit. Di sana ia diberitahu bahwa dirinya mengidap kanker peritoneum dan memerlukan kemoterapi.

“Mereka menemukan kanker saya pada stadium tiga stadium lanjut, tetapi jika saya pergi ke dokter lebih awal mungkin mereka bisa tertular,” tutur Griffiths.

“Yang saya ingat, saya bertanya berapa lama kesempatan hidup saya dan dokter mengatakan dia tidak ingin memberi saya jangka waktu kapan hidup saya akan berakhir, karena dia tidak ingin saya memfokuskan hidup pada hal itu,” lanjut dia.

Kanker peritoneum adalah jenis kanker langka yang menyerang lapisan tipis jaringan yang melapisi bagian dalam perut. Menurut Most cancers Analysis UK, kondisi ini lebih sering dialami wanita dan orang-orang berusia di atas 60 tahun.

Gejala awalnya berupa perut bengkak, sakit perut, sembelit, diare, mual, kembung, dan kehilangan nafsu makan.

Griffiths merasa itu adalah hal terburuk yang terjadi dalam hidupnya. Saat itu, ia merasa dirinya adalah pria ‘paling sehat di dunia’ karena selalu berolahraga.

Tetapi, kini untuk menaiki tangga saja ia sudah tidak sanggup. Secara psychological, Griffiths merasa kondisinya itu sangat berpengaruh.

“Saya harus memilih hal-hal yang membuat saya bisa duduk, karena secara fisik saya tidak dapat melakukan hal-hal yang awalnya saya inginkan,” pungkasnya.

Simak Video “Stigma Tentang Penyintas Kanker yang Diharapkan Hilang dari Masyarakat
[Gambas:Video 20detik]
(sao/vyp)

Viral Pria Curhat Idap Diabetes di Usia 28 gegara Tiap Hari Minum Manis


Jakarta

Seorang warganet di Tasikmalaya bernama Irfan Ferlanda (29) menceritakan pengalamannya mengidap diabetes di usia muda. Ia menduga bahwa penyakit diabetes yang dialaminya berawal dari kebiasaan mengonsumsi minuman manis kemasan.

Irfan menceritakan semuanya berawal ketika ia menjalani operasi kecil lipoma pada Agustus 2023 ketika usianya saat itu 28 tahun. Dokter yang melakukan pemeriksaan menemukan bahwa ia memiliki kadar gula darah yang tinggi.

Mendengar ucapan sang dokter ia mengaku terkejut karena usianya yang masih relatif muda dan diabetes dikenal memiliki stigma sebagai penyakit orang tua. Keesokan harinya, ia memutuskan untuk melakukan pemeriksaan HbA1c untuk memastikan kondisi kesehatannya.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Pulang dari RS, besoknya langsung cek gula darah puasa. Hasilnya 150, normalnya 70-130. Belum percaya, pergilah tes HbA1c di lab dan hasilnya 8,7 padahal normalnya kurang dari 5,7. Ingat banget waktu itu langsung gemeteran takut mati. Apalagi anak masih kecil,” cerita Irfan dikutip dari akun X-nya dengan izin bersangkutan, Jumat (1/12/2023).

Ia mengakui sebelumnya memiliki gaya hidup yang tidak sehat. Irfan menuturkan bahwa ia jarang berolahraga dan sering sekali mengonsumsi minuman manis.

“Bulan Mei 2023 kemarin berat masih 90 kg dan tinggi 165 cm, nge-vape, kerjaannya cuma duduk, nggak pernah olahraga, dan hampir tiap hari minum manis-manis khususnya teh manis kemasan. Bener-bener hampir setiap hari,” ujarnya pada detikcom.

Semenjak prognosis tersebut, Irfan secara perlahan mengubah seluruh gaya hidupnya 180 derajat. Ia sempat disarankan untuk mengonsumsi obat, namun ia memutuskan untuk mencoba mengubah gaya hidupnya lebih dahulu. Jika caranya tersebut tidak berhasil, baru ia memutuskan akan mengonsumsi obat.

Ia mengubah gaya hidupnya dengan membatasi kalori harian, olahraga, tidur cukup, dan menjauhi makanan-makanan seperti gorengan, tepung, minuman manis, serta mengganti nasi putih menjadi nasi merah.

“Jadi selama 3 bulan terakhir ini aku nggak minum obat apa-apa. Bener-benar cuma ngubah gaya hidup 180 derajat. Semuanya ikhtiar demi bisa remisi diabetes,” jelas Irfan.

“Salah satu dokter yang juga teman saya untuk minta metformin ke puskesmas, saya memilih mencoba dulu selama 3 bulan untuk berupaya weight-reduction plan tanpa obat. Kalau nyatanya hasil tes kemarin belum regular, saya baru akan nurut dan minum obat,” sambungnya.

Pada November 2023 ia kembali melakukan tes HbA1c dan hasilnya turun ke angka 5,5 atau masuk dalam kategori regular. Ia masih akan menunggu selama tiga bulan lagi untuk melakukan tes selanjutnya dan berharap bisa segera remisi.

“Ambil hasil tes HbA1c dan alhamdulillah hasilnya regular. Kalau nanti 3 bulan lagi masih regular, insya Allah remisi. Berat badan juga sudah turun 12 kg dari sebelumnya 90 kg ke 78 kg. Terus apakah akan kembali ke gaya hidup lama? Tentu tidak,” pungkasnya.

Simak Video “Peringatan Hari Diabetes Sedunia Besama Tropicana Slim
[Gambas:Video 20detik]
(avk/kna)

Curhat Warga Korsel ‘Diserang’ Kutu Busuk, Jadi Waswas Duduk di Transportasi Umum


Jakarta

Setelah Prancis, wabah kutu busuk juga membuat panik warga Korea Selatan. Wabah ini kembali ke Korea untuk pertama kalinya sejak tahun 1970-an.

Hal yang sangat mengejutkan banyak orang adalah ketangguhan makhluk ini, yang dapat bertahan hidup bahkan ketika dimasukkan ke dalam botol insektisida. Tak sedikit warga yang akhirnya mengubah keseharian mereka untuk menghindari keberadaan kutu busuk.

“Sejujurnya, saya ragu untuk duduk di bangku sembarangan,” kata salah satu warga pada Korea JoongAng Day by day.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Saat ini, saya mencoba untuk tidak meletakkan pakaian saya langsung di tempat tidur,” kata warga lainnya.

Untuk mengatasi kondisi ini, pemerintah Metropolitan Seoul meluncurkan rencana untuk memerangi kutu busuk di transportasi umum. Salah satunya dengan kursi berbahan kain di kereta bawah tanah ‘dipanasi’ dan didesinfeksi secara teratur.

Meski begitu, banyak penumpang transportasi umum yang memilih untuk berdiri saat banyak orang. Bahkan, mereka cenderung menghindari keramaian dan lebih sering bersih-bersih.

“Saya lebih sering bersih-bersih dan cenderung menghindari keramaian,” kata narasumber lainnya.

Namun, tidak semua orang begitu khawatir. Beberapa orang merasa situasi saat ini masih baik-baik saja.

“Saya mendengar ada masalah di kalangan wisatawan yang berkunjung ke negara lain. Tinggal di Korea, saya rasa saya tidak pernah memikirkannya,” katanya.

Simak Video “Kutu Busuk Serang Paris, Ini Bahayanya Jika Digigit
[Gambas:Video 20detik]
(sao/naf)

Curhat Wanita Kena Stroke di Umur 26, Ketahuan saat Terkapar di Kamar Mandi


Jakarta

Seorang wanita muda terkena stroke di usia 26 tahun, beberapa bulan setelah melahirkan. Ia sempat curiga, kondisinya itu timbul karena ia sempat mengkonsumsi obat kombinasi sebelum melahirkan.

Wanita tersebut adalah Donna King di County Durham, Inggris. Serangan stroke tersebut Donna alami sekitar 11 tahun lalu, ketika Donna sedang berada di rumah bersama bayinya yang Masih berusia empat setengah bulan.

Kini dalam kondisi usia Donna sudah 37 tahun, hanya satu lengan Donna yang bisa berfungsi dengan regular. Menurutnya, kondisinya itu dipicu oleh efek samping penggunaan pil kontrasepsi kombinasi.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Donna mengaku, dirinya tak pernah mengalami gejala ‘khas’ stroke seperti vertigo atau masalah pendengaran. Ketika serangan stroke itu terjadi, semua terjadi begitu saja tanpa gejala apa pun. Suami Donna, Nicky, menemukan Donna sudah terkapar di kamar mandi dan langsung memanggil ambulans.

“Saya bisa memastikan bahwa Millie (anak Donna) ada di tempat tidur dan untungnya saya tidak berguling. Tapi saya tidak bisa melihat dengan jelas. Ketika paramedis tiba, mereka mengira saya terkena infeksi telinga yang parah. Mereka sempat menyuruh saya beristirahat, tapi saya memohon minta dibawa ke rumah sakit,” ungkap Donna dikutip dari Mirror Information UK, Kamis (2/11/2023).

Seiring waktu, kondisi Donna terus memburuk. Ia kehilangan kemampuan berbicara dengan regular, begitu juga kemampuan berjalannya menurun. Ia sempat berada dalam kondisi kritis dan menjalani perawatan di RS selama tiga bulan.

“Saya kritis selama beberapa minggu pertama. Saya bahkan risak bisa melihat Millie sampai setelah beberapa minggu di rumah sakit kerika saya sudah harus lebih stabil. Saya harus menggunakan tabel ejaan untuk berkomunikasi dan dibawa berkeliling menggunakan kursi roda,” tutur Donna.

Meski kini sudah bisa berbicara dan berjalan dengan regular, Donna mengaku hanya satu lengannya yanf bisa bekerja dengan regular. Donna merasa, dirinya telah melewatkan berbagai peran yang harusnya ia jalani sebagai seorang ibu.

“Saya melewatkan begitu banyak pencapaian sebagai ibu. Tapi Nicky luar biasa dan Millie belajar melakukan banyak hal sendiri. Seperti menata rambut dan mengikat tali sepatu. Saya sangat bangga padanya. Kami belajar untuk melakukan banyak hal. Segalanya bersama-sama ketika saya dalam pemulihan,” pungkasnya.

Kini, Donna bekerja untuk mendukung Nationwide Well being Service (NHS) dan Asosiasi Stroke. Ia berharap dengan pekerjaannya sekarang, ia bisa ikut serta membantu orang-orang yang mengalami penyakit serupa dengan dirinya.

Simak Video “Penyakit Jantung Penyakit Orang Tua?
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/kna)

Curhat Wanita Bandung Idap Skoliosis, Punggung Bengkok Hingga 70 Derajat

Jakarta

Seorang netizen TikTok di Bandung bernama Gitarani (25) menceritakan pengalamannya menjalani operasi skoliosis. Ia mengatakan kondisinya sudah termasuk parah karena punggungnya mengalami bengkok hingga 70 derajat.

Jika tidak segera dilakukan penanganan, kondisi tersebut dapat mengganggu organ dalam seperti menekan paru-paru, jantung, dan organ pencernaan. Gitarani menceritakan bahwa ia pertama kali didiagnosa mengidap skoliosis ketika masih berusia 15 tahun.

Saat itu punggungnya mengalami bengkok hingga 40 derajat. Awalnya dokter menyarankannya untuk langsung melakukan operasi atau menggunakan brace baju penyangga. Namun, ia memutuskan untuk tidak melakukan kedua saran tersebut.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengatakan saat itu ia takut menjalani operasi lantaran menilai alat penanganan pasien tidak secanggih sekarang dan risikonya terlalu tinggi. Ia juga tidak menggunakan brace saat itu karena takut dan merasa tidak nyaman karena insecure.

Beberapa tahun berselang, kondisi punggung Gitarani semakin parah. Pada tahun 2023 punggungnya bengkok hingga 70 derajat dan segera memerlukan penanganan.

Setelah menemukan dokter yang cocok, ia menimbang-nimbang untuk melakukan operasi dan akhirnya memutuskan untuk memberanikan diri melakukan operasi pada tahun April 2023. Gitarani mengaku usai operasi tubuhnya sempat mengalami sakit luar biasa selama tiga hari hingga ia tidak bisa tidur.

Namun, ia menuturkan bahwa rasa sakit tersebut sangat sepadan lantaran kini kondisinya jauh lebih baik. Ia bahkan menyesal tidak melakukan prosedur sesegera mungkin untuk menangani skoliosisnya.

“Aku selalu bilang kalau sakitnya itu sepadan. Sebelumnya sudah hampir 10-11 tahun selalu battle dengan kesakitan, pegelnya, nyerinya, terus aku jadi ngerasa nggak masalah lah ditebus dengan tiga hari itu. Setelah operasi rasa pegal dan nyeri itu bener-bener hampir hilang,” ujar Gitarani ketika dihubungi detikcom.

NEXT: Apa Itu Skoliosis?

Curhat Wanita Umur 26 Kapok Nge-vape, Masuk RS gegara Paru-parunya Kolaps


Jakarta

Sudah banyak yang mengetahui, efek vape dan rokok elektrik sebenarnya tak lebih ‘enteng’ dibandingkan rokok konvensional. Sudah banyak juga kasus paru-paru kolaps akibat penggunaan vape dan rokok elektrik.

Salah satunya dialami oleh Jodie Hudson (26) pada 24 September lalu. Ia yang sudah menggunakan vape selama dua tahun terakhir tiba-tiba kesulitan mengatur napas saat sedang berada di rumah. Ia kemudian dilarikan ke rumah sakit Bassetlaw dan diketahui mengidap pneumonia gegara keseringan nge-vape. Padahal selama ini ia berpikir, vape tak akan memberikan dampak bahaya separah rokok konvensional.

Jodie sempat takut, nyawanya tidak akan tertolong dan ia tidak bisa melihat putranya lagi. Sejak itu, ia bersumpah untuk tidak lagi menggunakan vape karena ia paham, benda tersebut memicu ketagihan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Saya mulai merokok ketika saya berusia sekitar 18 tahun dan ketika saya hamil anak saya, saya berhenti. Setelah itu, ketika dia lahir, pasangan saya menggunakan vaping dan saya hanya berpikir saya akan mencobanya karena sepertinya lebih sehat karena tidak mengandung semua tembakau dan saya sangat menyukainya,” ungkapnya dikutip dari Mirror Information, Minggu (8/11/2023).

“Saya ketagihan. Ketika saya menggunakan yang sekali pakai, saya pergi dari membelinya dua hingga tiga kali seminggu hingga setiap hari. Saya menggunakan vape di mana saja dan di mana saja,” imbuh Jodie.

Saat awal mula terkena penyakit, Jodie tiba-tiba merasa tidak enak badan dan sulit bernapas. Karena sudah kesulitan berjalan, ia pun dilarikan ke rumah sakit. Saking sulitnya bernapas, ia sampai tidak bisa bergerak banyak dan berbicara.

“Saya kesulitan untuk berjalan, saya tidak bisa bernapas. Baru saja berjalan dari mobil ke rumah sakit, saya gemetar, berkeringat, saya harus langsung duduk, saya merasa sangat pusing. Saya hampir tidak bisa mengeluarkan kata-kata saya,” ungkapnya.

“Saya tiba di RS dan langsung dimasukkan ke dalam sebuah ruangan karena rendahnya oksigen yang saya miliki. Tekanan darah saya rendah dan detak jantung saya sangat tinggi,” ujar Jodie lebih lanjut.

Mengacu pada John Hopkins Medication di Maryland, AS, pneumonia lipoid bisa terjadi ketika zat berminyak yang ditemukan dalam e-liquid terhirup, kemudian memicu respons peradangan di paru-paru. Gejalanya meliputi batuk kronis, sesak napas, dan batuk darah atau lendir darah.

“Saya sekarang menderita asma karena semua ini. Saya mungkin akan menggunakan inhaler selama sisa hidup saya. Saya memiliki banyak penyesalan, vape hanya membuang-buang uang dan membunuh saya,” pungkas Jodie, sembari mengingatkan orang-orang untuk tidak menggunakan vape sebagai solusi berhenti merokok konvensional.

Simak Video “WHO Minta Semua Negara Setop Rokok dan Vape di Sekolah!
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/vyp)

Curhat RS Tangani Pasien Mati Batang Otak, Terkendala Alat hingga Rujukan Ditolak

Jakarta

Netizen belakangan dibuat heboh oleh kasus bocah di Bekasi yang meninggal pasca menjalani operasi amandel. Pasalnya, bocah berinisial BA yang masih berusia 7 tahun itu meninggal gegara mati batang otak, yang sangat jarang terdengar terjadi akibat menjalani operasi amandel.

Pihak Rumah Sakit Kartika Husada Jatiasih, Bekasi, pun buka suara soal kondisi pasien. Komisaris RS Kartika Husada Jatiasih dr Nidya Kartika Yolanda menjelaskan mati batang otak secara regular memang bukan risiko operasi amandel, tetapi tetap mungkin terjadi tergantung kondisi medis pasien.

“Tidak, bukan secara regular. Tapi bisa jadi bukan dari operasi amandelnya sendiri. Kalau dari operasi amandelnya sendiri itu kan, mungkin ada dari yang lain-lainnya,” ujarnya dalam konferensi pers, Selasa (3/10/2023).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Badan masing-masing orang itu kan berbeda. Kita nggak tahu kondisi medis sebelumnya, reaksi si anak ini, itu kan bisa berbeda setiap orang,” sambungnya.

dr Nidya juga menceritakan kendala yang dialami saat menangani pasien BA. Ia mengungkapkan BA mengalami kejang-kejang tak lama setelah menjalani operasi amandel. Tim dokter yang menangani akhirnya menyimpulkan BA mengalami mati batang otak. Namun, mereka tidak bisa menentukan penyebab secara pasti lantaran tidak memiliki sarana dan prasarana yang memadai.

“Kita terkendala di alat-alat penunjang pemeriksaan, seperti MRI, CT Scan, itu tidak ada,” ucapnya.

Untuk itu, pihak rumah sakit berupaya merujuk BA ke rumah sakit dengan fasilitas yang lebih memadai. Mereka juga berupaya mendatangkan dokter-dokter dari kolegium masing-masing untuk melakukan pemeriksaan secara langsung kepada pasien BA. Namun sayangnya, dari lebih dari 80 rumah sakit yang dihubungi tidak ada satupun yang mau menerima BA.

“Alasannya tidak bisa membantu. Mungkin karena kondisi anak yang memang non-transferable, berisiko sekali kalau sampai di sana. Ini kan ada kasus hukum, di mana-mana rumah sakit tidak mau menerima karena takut terbawa-bawa. Di sana kesulitan kami sebenarnya,” tutur dr Nidya.

NEXT: Respons Terhadap Somasi Keluarga Pasien

Vidi Aldiano Curhat Jadi ‘Most cancers-Warrior’, 3 Tahun Jalani Pengobatan Kanker


Jakarta

Penyanyi Vidi Aldiano membagikan perjalanannya menjadi ‘cancer-warrior’. Baru-baru ini dia mengunggah fotonya menjalani terapi ditemani sang bunda untuk memulihkan kondisinya.

“Sudah memasuki tahun ketiga dimana gue menjadi ‘Most cancers-warrior’. Jarang sebenernya mau replace hal-hal seperti ini, tapi hari ini I simply really feel like sharing. Mungkin banyak yang belum tahu bahwa tahun lalu, titipan Tuhan berupa kanker ini sudah menyebar ke beberapa titik,” tulis Vidi di akun Instagram pribadinya dilihat detikcom, Senin (18/9/2023).

Penyanyi berusia 33 tahun itu masih menjalani serangkaian perawatan usai mengetahui kanker yang sempat diidapnya telah menyebar ke beberapa titik. Meski demikian, dia tak gentar dan tetap menjalani hidupnya dengan ikhlas.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Selama gue masih diberikan kekuatan melawan penyakit ini, gue ga boleh cupu. Gue harus bisa residing my life,” tambah Vidi.

Sebagai informasi, suami Sheila Dara ini telah menjalani operasi pengangkatan satu ginjalnya usai terkena kanker pada Desember 2019 lalu. Dia menjalani operasi kanker ginjal di Singapura.

Pelantun Standing Palsu itu juga masih menjalani perawatan rutin setiap bulannya karena masih suka merasakan sakit. Ada kalanya sakit pada ginjalnya kambuh.

Simak Video “Inggris Luncurkan Obat Suntik untuk Kanker Pertama di Dunia
[Gambas:Video 20detik]
(kna/kna)

Curhat Pria Cease Merokok usai 17 Tahun Kecanduan, Alami Perubahan Ini di Tubuhnya


Jakarta

Seorang warganet Mikael Dewabrata (42) membagikan kisahnya berhasil berhenti merokok whole usai 17 tahun menjadi seorang perokok. Melalui unggahannya di media sosial X yang viral, Mikael mengaku sudah mulai merokok semenjak remaja.

Ketika dihubungi detikcom, Mikael mengaku kebiasaan merokoknya semakin parah ketika ia sudah mulai bekerja dan mengaku dirinya kecanduan merokok.

“Gue mulai merokok SMP itu kira-kira tahun 1993. Mulai adiktifnya SMA berarti 1996 sampai 2010,” kata Mikael.

“Pas tahun-tahun pertama bekerja, kebiasaan merokok gue makin rutin. Bisa beberapa bungkus seminggu. Waktu itu gue mengelak dibilang kecanduan, tapi setelah cease gue akhirnya tau kalau dengan intensitas gue waktu itu, sudah masuk kecanduan,” sambungnya.

Ia menceritakan, ketika masih menjadi perokok berat, masalah kesehatannya cukup terganggu. Ia mengaku tubuhnya akan sulit sembuh apabila sedang sakit.

“Dulu saya flu paling awal ketika musim hujan dan sembuh paling lama. Lari juga nggak kuat. Sekarang nyaris nggak pernah (flu), dan baru saja belakangan kena itu pun cuma 2 hari sembuh,” ceritanya.

Setelah belasan tahun jadi perokok, Mikael akhirnya bisa berhenti merokok pada tahun 2010 dan sudah berjalan 13 tahun hingga saat ini. Setelah berhenti, ia mengaku merasakan manfaat yang begitu besar, terutama pada kesehatannya.

“Bertahun-tahun kemudian gue merasakan banyak hal. Gue udah nggak secepat itu sakit. Flu aja jarang. Padahal dulu pas masih doyan rokok, paling cepat kena flu,” ceritanya.

“Gue juga lebih kuat olahraga, paling rajin olahraga di 2013-2019 kemarin. Selain itu gue lebih sensitif sama asap, padahal dulu paling males sama orang yang menjauhi perokok. Kini setelah nggak ngerokok jadi paham,” pungkasnya.

Mikael mengatakan apa yang ia lakukan adalah keputusan yang tepat. Ia juga mengapresiasi pilihan tersebut untuk berhenti merokok.

Simak Video “Marlboro Akan Buat Rokok Authorized untuk Anak-anak
[Gambas:Video 20detik]
(avk/kna)