Jakarta

Oklin Fia, selebgram asal Medan kelahiran 2002 memiliki ratusan ribu followers. Dalam akun media sosialnya, Oklin kerap membagikan konten dirinya sedang berolahraga dengan berpakaian seksi. Dari awal, Oklin telah mendapat hujatan lantaran gayanya tidak mencerminkan perilaku perempuan berhijab pada umumnya.

Beberapa hari lalu, Oklin membuat konten re-create yang menunjukkan dirinya menunduk, menjilat es krim di depan pria dengan gaya sensual. Oklin dibanjiri komentar negatif karena dinilai melakukan aksi tidak senonoh dan melecehkan agama. Konten tersebut viral hingga dilaporkan oleh Pengurus Besar Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (PB SEMMI) atas dasar melanggar kesusilaan.

Setelah viral kemudian dilaporkan ke pihak kepolisian, Oklin baru membeberkan alasan di balik aksi tersebut dan meminta maaf kepada publik. Oklin tidak sekali ini saja membuat konten berbau mesum di akun media sosialnya.

Dia pernah memamerkan dirinya memakan pisang dengan gaya sensual, yaitu mengulum dulu dengan memasukkan perlahan ke dalam mulut hingga sebagian lalu mengeluarkan lagi dan baru menggigit pisangnya.

Masih banyak sensasi lain yang dibuatnya demi sebuah konten. Mengapa seseorang suka mencari sensasi? Psikolog klinis Veronica Adesla M Psi menjelaskan kemungkinan di balik fenomena tersebut.

“Media sosial itu kan semakin banyak yang nge-like, semakin banyak yang comply with itu kan seakan-akan diasosiasikan dengan keberhargaan diri atau Self Price. Dia jadi merasa semakin percaya diri, nilainya semakin tinggi. Semakin dia populer semakin dia merasa positif tentang dirinya,” jelas Veronica saat diwawancarai detikcom, Minggu (27/8/2023).

Terkait hal itu, Veronica menambahkan bahwa perasaan tersebut sebenarnya belum tentu sehat karena kemungkinan menandakan addict atau kecanduan untuk terus mendapatkan followers dan likes yang tinggi, dengan membuat berbagai macam konten tanpa memikirkan dampaknya.

“Nah, perasaan ini sebenarnya apakah memang sehat gitu ya ketika keberhargaan diri atau kepercayaan diri ataupun nilai diri dikaitkan dengan hal demikian. Belum tentu sehat karena kemungkinan menjadi addict untuk terus mendapatkan followers maupun likes yang tinggi dengan membuat berbagai macam konten yang bisa membuat reaksi demikian. Misalnya, likes kurang atau followers nya pada pergi atau engga ada yang liat, dia kan akan merasa kecil, sedih, merasa seperti tidak berharga,” tambah Veronica.

“Padahal penempatan harga diri, kepercayaan diri, nilai diri itu bukan pada hal-hal yang sifatnya semu. Sebenarnya penilaian terhadap diri kita, keberhargaan diri kita lebih kepada yang bersifat permanen, yaitu penilaian diri dari diri kita sendiri. Bagaimana kita menilai diri kita. Apakah kita bangga dengan diri kita. Apakah kita merasa bahwa kita sayang dengan diri kita dan apakah kita juga merasa diri kita ini bernilai dan berharga apa adanya,” pungkasnya.

Simak Video “Psikolog Beri Ideas Mengubah Pribadi Buruk Anak
[Gambas:Video 20detik]
(naf/naf)