Tag: Idap

Viral Pria Curhat Idap Diabetes di Usia 28 gegara Tiap Hari Minum Manis


Jakarta

Seorang warganet di Tasikmalaya bernama Irfan Ferlanda (29) menceritakan pengalamannya mengidap diabetes di usia muda. Ia menduga bahwa penyakit diabetes yang dialaminya berawal dari kebiasaan mengonsumsi minuman manis kemasan.

Irfan menceritakan semuanya berawal ketika ia menjalani operasi kecil lipoma pada Agustus 2023 ketika usianya saat itu 28 tahun. Dokter yang melakukan pemeriksaan menemukan bahwa ia memiliki kadar gula darah yang tinggi.

Mendengar ucapan sang dokter ia mengaku terkejut karena usianya yang masih relatif muda dan diabetes dikenal memiliki stigma sebagai penyakit orang tua. Keesokan harinya, ia memutuskan untuk melakukan pemeriksaan HbA1c untuk memastikan kondisi kesehatannya.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Pulang dari RS, besoknya langsung cek gula darah puasa. Hasilnya 150, normalnya 70-130. Belum percaya, pergilah tes HbA1c di lab dan hasilnya 8,7 padahal normalnya kurang dari 5,7. Ingat banget waktu itu langsung gemeteran takut mati. Apalagi anak masih kecil,” cerita Irfan dikutip dari akun X-nya dengan izin bersangkutan, Jumat (1/12/2023).

Ia mengakui sebelumnya memiliki gaya hidup yang tidak sehat. Irfan menuturkan bahwa ia jarang berolahraga dan sering sekali mengonsumsi minuman manis.

“Bulan Mei 2023 kemarin berat masih 90 kg dan tinggi 165 cm, nge-vape, kerjaannya cuma duduk, nggak pernah olahraga, dan hampir tiap hari minum manis-manis khususnya teh manis kemasan. Bener-bener hampir setiap hari,” ujarnya pada detikcom.

Semenjak prognosis tersebut, Irfan secara perlahan mengubah seluruh gaya hidupnya 180 derajat. Ia sempat disarankan untuk mengonsumsi obat, namun ia memutuskan untuk mencoba mengubah gaya hidupnya lebih dahulu. Jika caranya tersebut tidak berhasil, baru ia memutuskan akan mengonsumsi obat.

Ia mengubah gaya hidupnya dengan membatasi kalori harian, olahraga, tidur cukup, dan menjauhi makanan-makanan seperti gorengan, tepung, minuman manis, serta mengganti nasi putih menjadi nasi merah.

“Jadi selama 3 bulan terakhir ini aku nggak minum obat apa-apa. Bener-benar cuma ngubah gaya hidup 180 derajat. Semuanya ikhtiar demi bisa remisi diabetes,” jelas Irfan.

“Salah satu dokter yang juga teman saya untuk minta metformin ke puskesmas, saya memilih mencoba dulu selama 3 bulan untuk berupaya weight-reduction plan tanpa obat. Kalau nyatanya hasil tes kemarin belum regular, saya baru akan nurut dan minum obat,” sambungnya.

Pada November 2023 ia kembali melakukan tes HbA1c dan hasilnya turun ke angka 5,5 atau masuk dalam kategori regular. Ia masih akan menunggu selama tiga bulan lagi untuk melakukan tes selanjutnya dan berharap bisa segera remisi.

“Ambil hasil tes HbA1c dan alhamdulillah hasilnya regular. Kalau nanti 3 bulan lagi masih regular, insya Allah remisi. Berat badan juga sudah turun 12 kg dari sebelumnya 90 kg ke 78 kg. Terus apakah akan kembali ke gaya hidup lama? Tentu tidak,” pungkasnya.

Simak Video “Peringatan Hari Diabetes Sedunia Besama Tropicana Slim
[Gambas:Video 20detik]
(avk/kna)

RI Darurat Kesehatan Jiwa, 1 dari 10 Orang Idap Gangguan Psychological


Jakarta

Kesehatan jiwa masih menjadi topik yang tak dibicarakan sebagian besar masyarakat Indonesia. Padahal kesehatan jiwa sama pentingnya dengan kesehatan fisik.

Indonesia saat ini mengalami darurat kesehatan jiwa. Mengacu pada information dari Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes), sekitar 1 dari 10 orang di Indonesia mengidap gangguan psychological. Dalam information yang sama, Riskesdas 2018 mengungkapkan bahwa lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun di Indonesia mengalami gangguan psychological emosional. Selain itu, lebih dari 12 juta orang dalam kelompok usia yang sama mengalami depresi.

“Gangguan kesehatan jiwa tidak hanya berdampak pada penderitanya, tetapi juga pada perekonomian negara,” kata Kepala Deputi III Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Kependudukan Kemenko PMK YB Satya Sananugraha dalam Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa diinisiasi sejumlah pakar dari berbagai latar belakang, di antaranya, Nila Moeloek, Mudji Sutrisno, Semiarto Aji Purwanto, Adriana Elizabeth, Ray W. Basrowi, Maria Ekowati, dan Kristin Samah. Menurut para inisiatornya, Indonesia mengalami darurat kesehatan jiwa.

Hal tersebut terlihat dari riset eksploratif yang dilakukan Kaukus pada Oktober 2023. Hasilnya menunjukkan bahwa ada tiga masalah yang menjadi dasar tingginya gangguan psychological. Yakni stigma, lingkungan yang tidak ramah kesehatan jiwa sampai fenomena self-diagnosis.

Kristin Samah, salah satu inisiator Kaukus, mengajak para pemangku kepentingan untuk melakukan studi kesehatan jiwa terutama untuk menyikapi fenomena self-diagnosis yang banyak dilakukan kelompok remaja.

“Bagaimana kita bisa buat instruments untuk mengukur happiness atau tingkat kesehatan jiwa dengan cara yang lebih sederhana tetapi bisa dipertanggungjawabkan,” kata Kristin.

Dalam kesempatan berbeda, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menuturkan bahwa ada 1 dari 10 orang di Indonesia mengalami gangguan jiwa. Ia mengatakan bahwa salah satu kesulitan yang ditemukan dalam penanganannya adalah deteksi dini yang lemah.

“Di Indonesia, 1 dari 10 yang terdeteksi (gangguan jiwa). Deteksi dini kita itu lemah sekali. Kalau gangguan jiwa ini masih sangat handbook, jadi pakai kuisioner. Apakah dia punya anxiousness sama depresi,” sebut Menkes dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI, Selasa (7/11).

Simak Video “Dampak Positif Merawat Kebersihan Diri pada Kesehatan Psychological Anak
[Gambas:Video 20detik]
(kna/kna)

Berawal dari Keluhan Gatal Biasa, Nenek Ini Ternyata Idap Kanker Pankreas


Jakarta

Barbara Inexperienced (79) di Virginia, Amerika Serikat menceritakan pengalamannya berjuang melawan kanker. Kejadiannya bermula pada Juli 2022 ketika ia merasakan gatal di seluruh tubuhnya.

“Rasanya seperti gigitan serangga yang menyebar ke seluruh tubuh. Itu membuatku gila,” ujar Barbara dikutip dari NY Publish, Kamis (9/11/2023).

Melihat kondisinya itu, Barbara lantas membuat janji dengan seorang dokter. Tidak hanya gatal-gatal, ia menuturkan juga memiliki gejala lain seperti warna tinja terang dan urine berwarna gelap.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hasil pemeriksaan darah menunjukkan tingkat enzim hati yang sangat tinggi. Selain itu CT scan juga menunjukkan adanya pertumbuhan pada pankreas. Setelahnya, ia didiagnosis mengidap kanker pankreas stadium 4 yang sudah menyebar ke organ lain di perutnya. Saat itu, ia diberitahu bahwa harapan hidupnya tinggal 8-11 bulan.

Awalnya Barbara merasa kebingungan dengan prognosis tersebut. Terlebih, ia merasa selama ini menjalani pola hidup yang sehat.

“Saya tidak tahu ada yang salah dengan diri saya. Saya pikir saya baik-baik saja. Semua orang sepertinya menyadari bahwa kanker pankreas itu mematikan. Saya bahkan tidak mengetahuinya,” ceritanya.

Rasa gatal bukanlah sebuah gejala umum dari kanker pankreas. Gejala lain dari kanker pankreas termasuk sakit perut atau punggung, gangguan pencernaan, kehilangan nafsu makan, mual atau muntah, kelelahan, dan penurunan berat badan. Barbara mengaku bersyukur, bahwa dokter yang menangani tidak mengabaikan gejala yang dialaminya.

“Saya tidak yakin semua dokter akan memahami hal ini. Saya pikir beberapa dari mereka mungkin menganggap saya orang gila,” ujarnya.

Kanker yang menyebar membuat Barbara tidak dapat melakukan operasi. Untuk perawatan ia menjalani kemoterapi. Pada bulan lalu, tumornya sudah sangat kecil hingga nyaris tidak terlihat. Barbara juga mendapat obat-obatan oral dari dokter.

Meskipun Barbara dan dokternya tidak mengetahui persis sampai kapan ia bisa hidup, ia kini berhasil ‘hidup lebih panjang’ dari prediksi dokter sebelumnya.

“Ini situasi yang aneh ketika Anda siap untuk mati, tapi suatu hari Anda bangun dan berpikir, saya belum mati,” pungkasnya.

Simak Video “Tanda Benjolan Kanker Payudara yang Perlu Kamu Tahu
[Gambas:Video 20detik]
(avk/avk)

Pria 27 Tahun Idap Varikokel Grade 3, Awalnya Ngeluh Gejala Ini


Jakarta

Viral seorang pria di Bali bernama Arya (27) menceritakan pengalamannya mengidap varikokel atau varises di testis. Melalui akun TikTok-nya, ia menceritakan bahwa ia kerap merasakan rasa nyeri yang hilang timbul pada bagian testis. Tidak hanya itu, Arya juga merasa terjadi perubahan fisik berupa penurunan pada salah satu testisnya.

“Rasa sakitnya itu nyeri di bagian sebelah kiri, kayak satu detik dua detik terus hilang. Kalau gejalanya yang timbul itu sebenarnya kayak nggak ngerasain banget gitu lho gejalanya, kadang-kadang kita nggak sadar kalau kita itu sakit varikokel,” ucap Arya ketika dihubungi detikcom, Sabtu (4/11/2023).

Arya menceritakan bahwa salah satu testisnya mengalami penurunan dengan signifikan dan tidak terlihat regular. Selain itu, ia juga melihat ada munculnya semacam pembuluh darah yang begitu nampak pada buah zakarnya.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menuturkan rasa nyeri tersebut kerap muncul ketika dirinya merasa terlalu lelah. Arya mengaku bahwa sebenarnya ia sudah merasakan gejala tersebut pada 2014 ketika masih kuliah. Namun karena merasa takut, ia tidak berani memeriksakan diri.

Arya akhirnya berani memeriksakan diri pada Agustus 2023 ke dokter. Setelah pemeriksaan melalui USG, dokter mendiagnosisnya mengidap varikokel dan Arya menjalani operasi pada 1 September 2023.

“Akhirnya saya memutuskan untuk periksa. Yang sebelah kiri grade 3 dan yang sebelah kanan itu grade 2. Diputuskan akhirnya dioperasi sama dokternya yang bagian kiri saja karena kalau grade 3 hanya bisa sembuh dengan operasi,” cerita Arya.

“Penanganannya operasi saja sama dapat obat setelah itu. Obatnya nggak jangka panjang dan sekarang sudah nggak minum obat lagi,” sambungnya

Arya menuturkan bahwa saat ini kondisinya sudah jauh lebih baik. Ia bahkan sudah bisa beraktivitas dengan regular seperti biasa.

“Pokoknya jangan takut ke dokter dan jangan takut buat diperiksa. Sedini mungkin langsung diperiksa karena semakin cepat semakin mudah ditemukan pemecahan solusinya,” katanya.

“Sekarang sudah sehat, sudah bisa beraktivitas regular, udah nggak overthinking lagi,” pungkasnya.

Simak Video “Sebastien Haller Idap Tumor Testis, Kenali Gejala-Faktor Risikonya
[Gambas:Video 20detik]
(avk/kna)

Ada 27 Pasien Cacar Monyet ‘Mpox’ di RI, 18 di Antaranya Idap HIV


Jakarta

Kementerian Kesehatan RI melaporkan penambahan tiga kasus cacar monyet atau Mpox di DKI pada Senin (30/10/2023). Kini complete keseluruhan kasus cacar monyet di Indonesia ada 27 kasus.

“Tiga kasus baru, tiga-tiganya dari DKI Jakarta,” beber Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) dr Maxi Rein Rondonuwu, Kemenkes RI saat dihubungi Selasa (31/10).

Dari complete tersebut, 18 pasien di antaranya diketahui mengidap Human Immunodeficiency Virus (HIV). Selain HIV, ada lima pasien lainnya mengidap sifilis, dan dua orang mengidap hipertensi atau darah tinggi.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebanyak 42 persen dari complete seluruh kasus didominasi usia 25 hingga 39 tahun. Sementara yang berusia 18 hingga 24 tahun tercatat lebih rendah, yakni sebanyak 12 persen.

“Seluruhnya menular melalui kontak seksual,” beber Maxi.

Sebelumnya, dr Maxi menyebut mengacu pada perhitungan ahli epidemiolog, kasus cacar monyet atau Mpox sebenarnya di lapangan lebih tinggi dibandingkan jumlah yang ditemukan dari hasil tracing dan kontak erat. Hal ini berkaitan dengan keterbukaan populasi kelompok berisiko.

Perhitungan ini menggunakan metode yang didasarkan dengan tren kasus Mpox sebelumnya di Inggris. Estimasi mereka dalam setahun kasus Mpox di Indonesia bisa melampaui 3 ribu kasus.

“Kami kemarin mengundang para epidemiolog, mereka mencoba menggunakan price yang terjadi di Inggris itu, mereka memperkirakan kasus kita itu, dengan jumlah populasi kunci itu bisa sampai 3.600 orang,” beber dr Maxi dalam konferensi pers Kamis (26/10).

Simak Video “17 Kasus Mpox di DKI, Tertular Lewat Kontak Seksual
[Gambas:Video 20detik]
(suc/vyp)

Idap Stiff Particular person Syndrome, Celine Dion Dirumorkan Depresi-Pakai Kursi Roda


Jakarta

Celine Dion masih berjuang melawan peyakit langka Stiff Particular person Syndrome (SPS). Kondisi itu harus membuatnya istirahat dan membatalkan konsernya beberapa waktu lalu.

Belum lama, penyanyi berusia 55 tahun itu dirumorkan mengalami depresi dan harus menggunakan kursi roda. Beredar kabar, kondisi psychological tersebut terjadi akibat penyakit langka yang diderita Dion.

Namun, kabar tersebut ditepis adik Celine, Claudette Dion. Menurutnya, Celine adalah orang yang kuat dan mampu melewati penyakitnya itu.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Saya tahu bahwa secara ethical, psychological, dia kuat. Dia tidak depresi sama sekali… dia benar-benar menikmati hidup. Kami akan melewati ini,” ungkap Claudette yang dikutip dari Toronto Solar, Jumat (27/10/2023).

“Mengapa mereka mengatakan dia menggunakan kursi roda dan menderita kanker?,” sambungnya.

Claudette mengatakan saat ini Celine sedang dalam masa pemulihan di Denver. Menurutnya, kakaknya itu mengikuti rangkaian perawatan dari dokter dengan baik.

Menurutnya, Celine bisa segera kembali dan bernyanyi seperti sebelumnya. Ia yakin itu bisa terjadi.

Sebelumnya, Celine sempat mengalami kejang yang tidak bisa dikendalikan. Namun, Claudette mengatakan keluarganya hanya bisa menemani dan menyemangati dia dengan harapan bisa meringankan rasa sakitnya.

“Ada kejang, yang tidak mungkin dikendalikan,” kata Claudette pada Hey! bulan lalu.

“Tahukah Anda orang yang sering terbangun di malam hari karena kram kaki atau betis? Agak seperti itu, tapi di semua otot. Tidak banyak yang bisa kami lakukan untuk mendukungnya, untuk meringankan rasa sakitnya,” jelasnya.

Dikutip dari Cleveland Clinic, stiff particular person syndrome (SPS) atau sindrom orang kaku adalah kelainan neurologis autoimun yang langka. Hanya satu dari satu orang yang mengalami kondisi ini.

Orang dengan kondisi ini biasanya mengalami kekakuan otot di badan dan perut. Seiring waktu, mereka juga akan mengalami kekakuan dan kejang pada kaki dan otot lainnya. Berjalan mungkin menjadi sulit dan mereka menjadi lebih rentan jatuh dan cedera.

Gejala SPS ini bisa menyebar ke space lain di tubuh atau memburuk seiring dengan berjalannya waktu. Ini bisa bertahan selama beberapa bulan hingga beberapa tahun.

Umumnya, gejalanya muncul secara perlahan, termasuk kekejangan atau kekakuan yang lebih parah. Hal itu bisa membatasi kemampuan mereka untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Gejalanya meliputi kejang otot dan kekakuan otot.

Simak Video “Mengenal Stiff Particular person Syndrom yang Dialami Celine Dion
[Gambas:Video 20detik]
(sao/vyp)

Curhat Wanita Bandung Idap Skoliosis, Punggung Bengkok Hingga 70 Derajat

Jakarta

Seorang netizen TikTok di Bandung bernama Gitarani (25) menceritakan pengalamannya menjalani operasi skoliosis. Ia mengatakan kondisinya sudah termasuk parah karena punggungnya mengalami bengkok hingga 70 derajat.

Jika tidak segera dilakukan penanganan, kondisi tersebut dapat mengganggu organ dalam seperti menekan paru-paru, jantung, dan organ pencernaan. Gitarani menceritakan bahwa ia pertama kali didiagnosa mengidap skoliosis ketika masih berusia 15 tahun.

Saat itu punggungnya mengalami bengkok hingga 40 derajat. Awalnya dokter menyarankannya untuk langsung melakukan operasi atau menggunakan brace baju penyangga. Namun, ia memutuskan untuk tidak melakukan kedua saran tersebut.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengatakan saat itu ia takut menjalani operasi lantaran menilai alat penanganan pasien tidak secanggih sekarang dan risikonya terlalu tinggi. Ia juga tidak menggunakan brace saat itu karena takut dan merasa tidak nyaman karena insecure.

Beberapa tahun berselang, kondisi punggung Gitarani semakin parah. Pada tahun 2023 punggungnya bengkok hingga 70 derajat dan segera memerlukan penanganan.

Setelah menemukan dokter yang cocok, ia menimbang-nimbang untuk melakukan operasi dan akhirnya memutuskan untuk memberanikan diri melakukan operasi pada tahun April 2023. Gitarani mengaku usai operasi tubuhnya sempat mengalami sakit luar biasa selama tiga hari hingga ia tidak bisa tidur.

Namun, ia menuturkan bahwa rasa sakit tersebut sangat sepadan lantaran kini kondisinya jauh lebih baik. Ia bahkan menyesal tidak melakukan prosedur sesegera mungkin untuk menangani skoliosisnya.

“Aku selalu bilang kalau sakitnya itu sepadan. Sebelumnya sudah hampir 10-11 tahun selalu battle dengan kesakitan, pegelnya, nyerinya, terus aku jadi ngerasa nggak masalah lah ditebus dengan tiga hari itu. Setelah operasi rasa pegal dan nyeri itu bener-bener hampir hilang,” ujar Gitarani ketika dihubungi detikcom.

NEXT: Apa Itu Skoliosis?

Idap Demensia, Kondisi Bruce Willis Memburuk dan Tak Bisa Komunikasi


Jakarta

Sahabat Bruce Willis, Glenn Caron menceritakan keadaan aktor 68 tahun setelah didiagnosis demensia frontotemporal (FTD). Kreator serial Moonlighting yang juga dibintangi Willis pada dekade ’80-an itu menyebut kondisi aktor itu sudah jauh berbeda dari dulu, meski ia yakin Willis masih mengenalinya.

Keduanya sampai saat ini masih berteman sangat baik, bahkan Caron sendiri menemui Willis setidaknya sebulan sekali.

“Menurut saya di menit pertama hingga ketiga, dia tahu saya,” kata Caron.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Dia tidak sepenuhnya bisa verbal, dia dulunya adalah seorang yang rakus membaca dia tidak ingin siapa pun mengetahuinya dan dia tidak membaca sekarang. Semua keterampilan bahasa itu tidak lagi tersedia baginya, namun dia tetaplah Bruce,” imbuhnya lagi.

Dalam perbincangan tersebut, Caron mengatakan Willis ikut berbahagia karena serial televisi rilisan 1985 itu kini dapat disaksikan melalui layanan streaming Hulu sejak pekan lalu.

Caron bercerita, proses kesepakatan untuk penayangan serial tersebut cukup memakan waktu lama, di saat kondisi penyakit Willis yang kini semakin parah.

Namun, saat Willis masih mampu berkomunikasi dua arah, Caron mengungkap bahwa aktor itu kerap membahas harapannya agar Moonlighting bisa kembali dihadirkan di hadapan penonton.

“Ketika saya berkesempatan berbicara dengannya, kami berdiskusi tentang hal ini, dan saya tahu ia merasa gembira,” cerita Caron. “Saya tahu ini amat berarti bagi Bruce,”

“Saya berusaha keras untuk tetap ada dalam hidupnya. Ia adalah sosok yang luar biasa. Hal yang membuat penyakitnya sangat terlihat menghancurkan adalah jika Anda pernah berada bersamanya,” sambungnya lagi.

Sebelumnya, pihak keluarga Willis melalui pernyataan resmi mengabarkan Bruce Willis didiagnosis mengidap demensia frontotemporal.

“Sejak kami mengumumkan analysis afasia Bruce pada musim semi 2022, kondisi Bruce berkembang dan kami sekarang memiliki analysis lebih spesifik: demensia frontotemporal (FTD),” tulis pihak keluarga,dikutip Selection, Jumat (17/2).

Kabar itu juga disampaikan oleh Rumer Willis, putri pertama Bruce Willis, di media sosial sambil mengunggah foto sang ayah. Dalam unggahan itu, ia juga menyampaikan terima kasih pada semua orang yang terus mendukung ayahnya.

demensiafrontotemporal (FTD) mengacu pada sekelompok gangguan yang disebabkan oleh hilangnya sel saraf secara progresif dilobus frontal otak (space di belakang dahi) ataulobus temporal (space di belakang telinga). Dikutip dari Alzheimer’s Affiliation, kondisi ini merupakan jenis demensia yang tak umum, menyebabkan masalah dengan perilaku dan bahasa.

Simak Video “Kondisi Kesehatan Bruce Willis Usai Didiagnosis Demensia Frontotemporal
[Gambas:Video 20detik]
(suc/suc)

Kisah Haru Perjuangan Satu Keluarga di Cianjur yang Idap Parkinson


Jakarta

Enam kakak beradik di Cianjur, Jawa Barat, mengidap parkinson. Kondisi ini merupakan penyakit neurodegeneratif yang memicu penurunan fungsi otak pengidapnya.

Satu keluarga ini terdiri dari enam orang kakak beradik, yang mengidap Parkinson sejak mereka masih kecil. Enam orang kakak beradik pengidap Parkinson itu yakni Yayah (63), Patimah (61), Rupiah (58), Salamah (53), Saepudin (50), dan Omo (48), yang merupakan warga kampung Sumedang, Desa Bojongkasih.

Empat orang di antaranya masih bisa bekerja dan beraktivitas meski sering mengalami tremor hebat. Sementara Yayah dan Patimah hanya bisa berbaring di atas kasur akibat penyakit tersebut.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Kambuhnya saat dewasa. Semula badan berat, kaku kemudian seluruh anggota tubuh bergetar seperti tremor. Sekarang kakak saya, Yayah, paling parah. Sudah tidak bisa bangun hanya tiduran saja, tidak bisa digerakkan juga badannya,” ujar Omo kepada Tim Berbuatbaik detikcom, ditulis Minggu (1/10/2023).

Oma menceritakan dia tak mengerti mengapa hanya mereka bersaudara yang mengidap penyakit tersebut. Sebab orang tua dan keluarga lainnya tak mengalami kondisi yang sama.

Dalam memenuhi kebutuhan, mereka hanya menggantungkan sepenuh hidupnya pada bantuan warga setempat yang tak menentu datangnya dan hanya sesekali saja. Bantuan yang tak mencukupi itu harus bisa dicukupkan untuk hidup enam orang agar tetap dapat bertahan.

“Kalau untuk ke rest room, wudu, dan aktivitas lainnya dibantu anaknya dari Ma Rupiah. Terutama untuk mengurus Ma Yayah yang kondisinya paling parah. Kalau untuk makan dan kebutuhan lain ada bantuan Meskipun tidak banyak tetapi dicukupkan untuk kebutuhan kami berenam dan anggota keluarga lainnya,” kata Omo.

Dikutip dari laman Nationwide Institute on Growing older, parkinson adalah kelainan otak yang menyebabkan gerakan yang tidak disengaja atau tidak terkendali, seperti gemetar, kaku, dan kesulitan keseimbangan dan koordinasi.

Gejala biasanya dimulai secara bertahap dan memburuk seiring berjalannya waktu. Ketika penyakit ini memburuk, pasien mungkin mengalami kesulitan berjalan dan berbicara. Mereka mungkin juga mengalami perubahan psychological dan perilaku, masalah tidur, depresi, kesulitan mengingat, dan kelelahan.

LANJUTKAN MEMBACA, KLIK DI SINI

Simak Video “Melihat Satu Keluarga Pengidap Parkinson di Cianjur
[Gambas:Video 20detik]
(kna/kna)

Vidi Aldiano Idap Kanker Ginjal, Dokter Beberkan Gejala yang Kerap Dialami


Jakarta

Vidi Aldiano baru-baru ini membagikan kabar terbarunya yang saat ini tengah menjalani pengobatan kanker. Ia mengatakan, kanker ginjal yang diidapnya sudah menyebar organ lain di tubuhnya.

“Mungkin banyak yang belum tahu bahwa tahun lalu, titipan Tuhan berupa kanker ini sudah menyebar ke beberapa titik, sehingga mengharuskan gue akhirnya punya appointment spa day ini tiap 3 minggu,” tulis Vidi Aldiano di akun Instagram pribadinya dilihat Selasa (19/9/2023)

Penyanyi Kondang ini sebelumnya sempat menjalani perawatan dan operasi pengangkatan ginjal di Singapura pada Desember 2019. Setelah operasi, ia juga masih rutin menjalani kemoterapi. Akan tetapi, kanker yang diidapnya itu justru bermetastasis atau menyebar ke beberapa titik di tubuhnya.

Koordinator Bidang Ilmiah Ikatan Ahli Urologi Indonesia & Kepala Staf Medik Urologi RS Unair Surabaya, dr Lukman Hakim, SpU(Okay), MARS, PhD, menjelaskan kanker ginjal adalah benjolan yang tidak regular dan ganas yang tumbuh di organ ginjal.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Secara umum, kanker ginjal memiliki stadium 1, 2, 3, dan 4. Semakin tinggi stadiumnya, semakin cepat penyebaran sel kankernya. Biasanya pengobatannya pun juga lebih agresif.

“Kanker itu bisa terletak di ginjalnya sendiri, tetapi juga bisa di pembuluh darahnya. Ini adalah arteri dan vena, yang memberikan oksigen pada ginjal. Bisa jumlahnya 1, kecil atau besar, bisa terletak di atas, tengah, bawah,” ucapnya dalam konferensi pers, Rabu (20/9/2023).

Adapun gejalanya tergantung pada stadium kanker yang diidapnya. Menurut dr Lukman, hampir semua kanker stadium awal jarang memberikan keluhan dan baru kelihatan setelah sudah memasuki stadium 2,3 maupun 4.

“Kanker ginjal pada stadium 1, seringkali tidak memberikan keluhan apa-apa. baru pada stadium 3 atau 4, pasien baru datang dengan keluhan nyeri pada pinggang,” ucapnya.

Umumnya, pasien kanker ginjal akan mengeluhkan gejala nyeri pinggang dan kencing darah. Kondisi tersebut pun kerap terjadi ketika kanker ginjal yang dialami sudah memasuki stadium 3 atau 4.

Apabila kanker ginjal yang dialami sudah memasuki stadium 4 atau metastasis, sudah menyebar ke organ lain, biasanya ada gejala tambahan tergantung kanker tersebut menyebar ke bagian tubuh yang mana.

“Misal ke paru-paru, maka keluhan pasien adalah batuk-batuk darah. ketika dicek paru-paru ada benjolan dan ditemukan ada tumor ganas di ginjal namun sudah menyebar ke paru-paru,” imbuhnya lagi.

Simak Video “Curhat Vidi Aldiano soal Kankernya yang Menyebar
[Gambas:Video 20detik]
(suc/kna)