Tag: KORBAN

Faskes Kolaps, Banyak Korban Tergeletak di Jalanan


Jakarta

Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan sistem kesehatan di Gaza masih terus dikepung dan nyaris tidak berfungsi. Israel masih terus gencar meningkatkan serangan di wilayah Gaza utara dan selatan.

“WHO dan mitra tetap berkomitmen kuat untuk tetap berada di Gaza dan membantu masyarakat,” ujar perwakilan WHO di wilayah Palestina Richard Peeperkorn, dikutip dari VOA Information, Rabu (13/12/2023).

Richard selama dua minggu telah menjalankan misi medis di Gaza. Ia mengatakan setelah 60 hari lebih pertempuran terjadi, sistem kesehatan di Gaza telah menurun secara signifikan. 36 rumah sakit yang ada di Gaza kini tinggal sisa 11 yang masih berfungsi sebagian. Satu rumah sakit di wilayah utara dan 10 lainnya di wilayah selatan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Gaza utara nampak seperti tempat yang tandus tanpa bisa dihidupi. Kehancurannya sangat besar. Kami masih terkejut melihat begitu banyak orang berada di jalan, tergeletak di jalanan,” jelasnya.

Salah satu misi yang dijalani Richard adalah mendatangi RS Al-Ahli yang menjadi satu-satunya rumah sakit yang berfungsi di wilayah utara. Halaman dan setiap ruangan penuh dengan pasien dan pengungsi inner.

Richard menuturkan bahwa ia tidak pernah melihat kondisi yang separah ini. Ia menyaksikan banyak pasien trauma dibawa dengan kereta keledai, hingga orang dengan luka parah yang berjalan kaki ke rumah sakit.

“Saya bekerja di Afghanistan selama 7,5 tahun dan telah melihat beberapa pemandangan yang cukup suram, namun saya belum pernah melihat pemandangan seperti ini di hidup saya,” kata Richard.

“RS Al-Ahli dapat digambarkan berada di dalam keadaan kacau balau dan merupakan zona bencana kemanusiaan,” tambahnya.

Richard mengatakan segala upaya dilakukan untuk memastikan fasilitas medis dapat tetap bekerja. Sistem kesehatan memerlukan perlindungan dan pemulihan sesegera mungkin.

Laporan Kementerian Kesehatan Gaza terakhir mengungkapkan jumlah korban jiwa sudah mencapai 18.205 orang dan 49.645 mengalami luka-luka. Lebih dari 60 persen korban merupakan perempuan dan anak-anak.

WHO melaporkan semenjak dimulainya perang, 165 ribu orang mengalami infeksi pernapasan dan lebih dari 50 ribu anak-anak mengalami diare. Permasalahan kesehatan lainnya antara lain adanya kutu, puluhan ribu ruam kulit, cacar air, meningitis, penyakit kuning, serta penyakit menular, tidak menular, dan penyakit kronis lainnya.

Simak Video “Peringatan WHO soal Bencana Kesehatan Masyarakat di Gaza
[Gambas:Video 20detik]
(avk/naf)

Psikolog Sebut Istri Bergaji Besar Rentan Jadi Korban KDRT, Ini Alasannya


Jakarta

Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Indonesia masih cukup tinggi. Menurut catatan KemenPPPA di tahun 2022, sekitar 18 ribu perempuan menjadi korban KDRT.

Psikolog klinis A Kasandra Putranto mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan perempuan lebih rentan menjadi korban kekerasan, termasuk finansial.

“Ketika perempuan mungkin punya penghasilan yang lebih tinggi, lalu suaminya punya penghasilan yang lebih rendah, yang paling umum terjadi biasanya suami ini mungkin merasa insecure,” kata Kasandra dikutip dari Antara, Sabtu (25/11/2023).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sifat insecure inilah yang membuat para suami biasanya menampilkan reaksi yang sifatnya ingin menunjukkan kekuasaan. Terlebih ketika toleransi dan tidak adanya komunikasi yang baik, maka KDRT rentan terjadi.

Konflik akibat kesenjangan finansial ini akan semakin berkembang utamanya jika hanya bergantung kepada pendapatan istri. Apalagi jika terjebak sebagai ‘sandwich technology’ yang harus menanggung kebutuhan orang tua dan anak.

Meski demikian, Kasandra menekankan bahwa kasus KDRT bisa dipicu berbagai faktor, bukan hanya finansial. Kekerasan bisa terjadi karena faktor psikologis, sosial, bahkan tekanan dari masyarakat.

“Ketika konflik berkelanjutan, akhirnya bisa menjadi sebuah kekerasan,” tandasnya.

Simak Video “Saran Psikolog Jika Kamu Melihat Tanda-tanda Seseorang Ingin Bunuh Diri
[Gambas:Video 20detik]
(kna/kna)

Korban Jiwa di Gaza Tembus 10 Ribu, WHO Frustasi Mohon Genjatan Senjata Segera


Jakarta

Krisis yang kini terjadi di Jalur Gaza tengah menjadi sorotan banyak pihak. Aksi serangan yang dilakukan oleh Israel ke wilayah Gaza telah menewaskan lebih dari 10 ribu orang.

Tercatat hingga saat ini menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 6.368 korban yang tewas adalah perempuan dan anak-anak. Kondisi ini membuat WHO mengecam aksi kekerasan yang terjadi selama satu bulan terakhir dan meminta aksi serangan untuk segera dihentikan.

“Sudah sebulan pengeboman hebat terjadi di Jalur Gaza. 10 ribu orang telah meninggal dan lebih dari 4 ribu di antaranya adalah anak-anak. Berapa lama bencana kemanusiaan ini akan berlangsung,” ucap Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus melalui akun X-nya, Selasa (8/11/2023).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tedros mendesak agar gencatan senjata untuk segera dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mencegah bertambahnya jumlah korban tewas di Gaza.

“Kami mendesak semua pihak untuk menyetujui gencatan senjata kemanusiaan dan berupaya menuju perdamaian abadi. Kami sekali lagi menyerukan pembebasan segera para sandera,” kata Tedros.

“Sejarah akan menilai kita berdasarkan apa yang kita lakukan untuk mengakhiri tragedi,” pungkasnya.

Krisis kesehatan yang tengah terjadi di Gaza membuat banyak tenaga kesehatan kewalahan dalam menangani banyaknya korban. Para dokter menuturkan mereka melakukan operasi tanpa anestesi selama berminggu-minggu.

Kondisi tersebut membuat mereka kekurangan obat-obatan, air, makanan, dan bahan bakar. Banyak rumah sakit yang akhirnya kolaps tidak dapat berfungsi akibat kekurangan listrik dan kekurangan pasokan medis.

“Tim kami kelelahan secara fisik dan psikologis,” ujar Wakil Kepala RS Al Aqsa di Gaza, Basem al Najjar dikutip dari NY Instances, Rabu (8/11/2023).

Basem menceritakan bahwa banyak tenaga medis harus bekerja selama 24 jam. Bahkan banyak dari tenaga kesehatan tersebut harus bekerja di rumah sakit selama seminggu penuh.

“Beberapa keluarga mereka dibawa ke rumah sakit dalam keadaan tewas atau terluka. Beberapa dokter pulang ke rumah dan terbunuh di sana dan kemudian jenazah dibawa kembali ke RS. Sudah ada tiga staf di RS ini yang tewas akibat pengeboman Israel,” pungkasnya.

Simak Video “Peringatan WHO soal Bencana Kesehatan Masyarakat di Gaza
[Gambas:Video 20detik]
(avk/kna)

Gempa Maroko Tewaskan 1.000 Orang, RS Ketar-ketir Cari Stok Darah untuk Korban Luka


Jakarta

Gempa dahsyat berkekuatan 6,8 M terjadi di Maroko, Jumat malam (8/9/2023). Whole korban tewas menurut Sky Information hingga Minggu (9/9) sudah mencapai 1.037 jiwa, dari semula 800 orang.

Pihak berwenang menyebut banyak korban jiwa berada di daerah yang sulit dijangkau, yani Marrakesh bagian selatan. Kala gempa terjadi, seluruh warga terbangun dan berlari ke jalan di tengah kekhawatiran gempa susulan.

Dikutip dari CNN, seorang pria menjadi saksi banyak orang terjatuh tertimpa bebangunan runtuh. Saksi lain, sosok wanita bercerita dirinya sempat panik melarikan diri, keluar dari rumah.

Bahkan, ada ayah yang menggendong anaknya, berusaha sekuat tenaga menghindari kemungkinan terkena bangunan saat sebelumnya ia dan si anak tengah tertidur pulas. Sebagian besar warga saat ini memilih tidak kembali ke rumah, kebanyakan dari mereka tidur di luar, beralaskan selimut.

Banyak ambulans bolak-balik membawa korban luka ke RS Internasional Mohammed VI di Marrakesh sepanjang Jumat malam dan Sabtu pagi. Pusat Transfusi Darah Regional Marrakesh baru-baru ini bahkan mendesak warga yang selamat untuk ikut donor darah, membantu korban cedera.

“Kami mengimbau kepada seluruh warga, terutama yang berada di kota Marrakesh, untuk donor darah guna membantu korban luka,” beber Samira Fezzani, Direktur Pusat Transfusi Darah Regional Marrakesh, mengatakan kepada stasiun radio Maroko Medi1.

Semua fasilitas kesehatan di kota Marrakesh serta Rumah Sakit Mohammed VI telah dikerahkan untuk memberikan perawatan medis yang diperlukan bagi para korban luka.

Simak Video “Laporan Perwakilan WHO di Suriah-Turki: Kondisi Sangat Buruk
[Gambas:Video 20detik]
(naf/naf)

Jadi Korban Love Scamming Berkedok VCS, Harus Lapor ke Mana?


Jakarta

Asisten Deputi Perlindungan Hak Perempuan dalam Rumah Tangga dan Rentan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) Eni Widiyanti menyebut dalam survei pengalaman hidup perempuan, terungkap satu dari empat wanita mengalami kekerasan berbasis gender on-line (KBGO).

Jika dirinci, paling banyak dialami usia remaja yakni 15 hingga 19 tahun, sebesar 19,8 persen. Sementara di usia 20-24 tahun, jauh lebih rendah yakni 18 persen, semakin tinggi usianya, pelaporan kasus dilaporkan semakin rendah,” bebernya dalam diskusi Jumat (8/9/2023).

“Usia 25-29 tahun menurun lagi jadi 11 persen, 31 tahun menurun jauh 6 persen untuk knowledge ya,” sambung dia.

Eni menyebut knowledge tersebut tidak menggambarkan fenomena kasus sebenarnya di Tanah Air. Dalam kasus KBGO, banyak korban memilih tidak ‘speak-up’ dengan berbagai alasan termasuk merasa malu dan nihil kepercayaan kasusnya akan berhasil diusut.

Harus Lapor ke Mana Jika Menjadi Korban Love Scamming?

Berkaca dari laporan kasus love scamming di Batam, yang melibatkan 88 WNA China, harus bagaimana jika menjadi korban serupa?

Selain melapor ke pihak berwajib seeperti kepolisian, KemenPPPA membuka sejumlah opsi pengaduan kekerasan termasuk yang terjadi secara on-line melalui:

  • Name Middle SAPA 129
  • Layanan pesan WhatsApp di 08111-129-129.

Pelapor diminta untuk mengamankan sederet bukti, dalam kasus love scamming sebisa mungkin riwayat obrolan tidak pernah dihapus untuk merunut kronologi awal kejadian hingga pemerasan terjadi.

Simak Video “Kemenkes soal Viral Kecanduan Tramadol di Karawang: Sangat Dilarang!
[Gambas:Video 20detik]
(naf/kna)

Cerita Tasya Kamila Berobat ke Dokter THT, Ternyata Antre Pasien ‘Korban’ Polusi


Jakarta

Kondisi udara di Jakarta yang tak baik-baik saja membuat banyak orang mengalami gangguan kesehatan. Aktris Tasya Kamila mengaku putri keduanya, Shannin, menjadi korban polusi udara yang masih ‘ugal-ugalan’ di Jakarta.

“Shannin itu sebulan sakit, sembuhnya cuman seminggu. Sekarang dua minggu ini baru sembuh lagi. Jadi kemarin batuknya itu kalau ditotal bisa 1,5 bulan,” ujarnya saat ditemui di Jakarta Barat, Jumat (25/8/2023).

Tak hanya Shannin, Tasya mengungkapkan dirinya juga mengalami tenggorokan serak gegara dampak polusi udara Jakarta. Pelantun lagu ‘Aku Anak Gembala’ itu pun akhirnya memutuskan memeriksakan diri ke dokter THT.

Tapi tak disangka, dokter THT yang ia kunjungi kebanjiran pasien. Mereka datang berobat gegara terkena dampak polusi udara yang mengotori Ibu Kota.

“Sampai lah emaknya juga nih suaranya serak, dan kemarin aku ke dokter THT ngantri banget. Itu karena memang sebegitu berdampaknya polusi dan udara kotor di Jakarta tempat aku tinggal terhadap kesehatan, terutama anak-anak,” tuturnya.

Karena kualitas udara yang sangat jelek itu, dokter bahkan menyarankan Tasya dan keluarga untuk ‘therapeutic’ dengan bepergian ke tempat yang kualitas udaranya lebih baik.

“Kalau saran dokter sih disuruh therapeutic, disuruh ke luar kota kek, ke luar negeri kek, yang kualitas udaranya memang lebih baik,” ucapnya.

Selain itu, Tasya juga menjaga kedua buah hatinya dari dampak polusi dengan memasang air air purifier, mengurangi aktivitas luar ruangan, dan memastikan asupan makanan yang bergizi untuk putra-putrinya.

Simak Video “Suggestions Kurangi Potensi Gangguan Kulit Akibat Polusi Udara Ekstrem
[Gambas:Video 20detik]
(ath/naf)

Heboh Wanita Jadi Korban Pria Fetish ASI, Begini Modus Pelaku

Jakarta

Seorang pengguna TikTok Rantika Anggraini membagikan kisah viral berkaitan dengan pelecehan seksual berkedok donor ASI di media sosial. Kejadian itu mengejutkannya dan ia berharap tidak ada perempuan lain yang menjadi korban.

“Takut banget ada orang kayak gini salah mengartikan konten-konten pumping mother,” tulisnya di salah satu video TikTok, Sabtu (12/8/2023).

Semua berawal dari sebuah pesan masuk dari seorang pria di akun TikTok-nya yang menanyakan soal pompa ASI.

Rantika mengatakan bahwa awalnya ia tidak curiga pada orang tersebut dan menyarankannya untuk membeli pompa ASI di salah satu toko on-line. Bahkan ia merasa iba saat mendengar pengakuan pria tersebut bahwa ia tidak memiliki cukup uang untuk membeli yang baru.

Rantika lantas tergerak untuk memberikan nomor WhatsApp agar pria tersebut bisa memberi pompa ASI miliknya yang sudah tidak terpakai. Namun berubah, pria tersebut justru meminta untuk dikirimkan ASI. Bahkan ia langsung melecehkan Rantika secara verbal.

“Di TikTok dia bilang punya dana seribu (satu juta rupiah) mau DBF (direct breastfeeding) sama aku seharian, aku langsung gemetar banget dan bingung, takut,” ucap Rantika ketika dihubungi detikcom.

Munculnya Pengakuan Korban Lain

Agar tidak ada lagi ibu yang menjadi korban pelecehan, Rantika lantas membeberkan pesan tidak senonoh tersebut di media sosial. Mengejutkan, pengakuan dari korban lain justru muncul.

Rantika mengatakan bahwa beberapa bulan sebelumnya, ada seorang perempuan yang mengaku menjadi korban dari pelaku pelecehan yang sama. Pria tersebut mengaku bahwa istrinya saat itu sedang sakit dan bayinya semalaman tidak mendapatkan ASI.

“Setelah up videonya ternyata ada yang DM aku langsung ke poin bahwa dia juga pernah jadi korban, bahkan sudah sempat ngasih ASI. Dia sandiwara istrinya masuk RS dan aneh banget lah,” ucap Rantika.

Simak Video “Viral ‘Fetish KTP’ Diduga Penipuan, Ini Kata Dokter Boyke
[Gambas:Video 20detik]

Cerita Korban Kanker Imbas Bedak Tabur J&J, Ada yang Sampai Meninggal

Jakarta

Johnson & Johnson dituntut untuk membayar denda 18,8 juta greenback AS (Rp 282,4 miliar) kepada Emory Hernandez Valadez (24) pada pertengahan Juli lalu. Gugatan itu dilayangkan lantaran setelah Valadez menuduh bedak tabur dari J&J membuatnya terkena kanker mesothelioma.

Dalam tuntutan yang dilayangkan, kuasa Valadez mengungkapkan kliennya mengalami mesothelioma akibat paparan asbes dan karsinogen lain yang terkandung dalam bedak J&J yang digunakan semasa kanak-kanak.

Imbas tuntutan tersebut, J&J berupaya mengajukan kebangkrutan agar bisa terhindar dari membayar ganti rugi. Tapi, permintaan itu ditolak pengadilan banding AS dengan alasan J&J dan perusahaan baru yang mereka dirikan, Manajemen LTL, tidak dalam kesulitan keuangan yang cukup untuk memenuhi syarat perlindungan kebangkrutan.

“Sudah waktunya omong kosong dihentikan dan J&J menerima tanggung jawab,” ujar pengacara yang mewakili korban kanker, Andy Birchfield, dikutip dari Enterprise Wire, Minggu (30/7/2023).

Bukan Kasus Pertama

Reuters, sebuah perusahaan berita di Inggris, melakukan investigasi terhadap kasus kanker akibat bedak tabur J&J. Hasil penyelidikan menemukan kalau Valadez bukanlah pengidap kanker pertama yang mengajukan gugatan ke perusahaan tenar tersebut.

Lewat laman resminya, Reuters mengungkapkan ada sekitar 11.700 pasien kanker yang mengklaim penyakit mereka disebabkan oleh asbestos dan karsinogen yang ada dalam bedak J&J. Salah satu kasus yang paling mengundang perhatian saat itu adalah milik Darlene Coker pada 1997.

Kala itu, Coker dan pengacaranya, Herschel Hobson, mengajukan gugatan kepada J&J. Mereka mengklaim bedak tabur J&J membuat Coker mengidap mesothelioma. Hobson bahkan melakukan cross-check berbagai laboratorium untuk membuktikan kandungan asbestos di bedak milik J&J.

Di sisi lain, J&J saat itu sudah menerima laporan kalau ditemukan kandungan asbestos dalam bedak tabur mereka. Namun, fakta ini tidak pernah terungkap. Karena minimnya bukti, Hobson dan Coker terpaksa membatalkan tuntutan mereka.

“Mereka (J&J) tahu apa masalahnya, dan mereka menyembunyikan itu,” sesal Hobson terkait sikap J&J yang menyembunyikan laporan temuan asbestos dalam produk mereka, dikutip dari Reuters, Minggu (30/7).

Pada akhirnya, Coker tidak mengetahui kenapa dia sampai mengidap mesothelioma bahkan sampai menghembuskan napas terakhirnya pada 2009 silam.

Simak Video “J&J Setuju Bayar Rp 133 T soal Kasus Bedak Talek Sebabkan Kanker
[Gambas:Video 20detik]
(ath/kna)

Kisah Ngeri Korban yang Selamat dari Ledakan Bom Hiroshima-Nagasaki


Jakarta

Sosok penemu bom atom pertama di dunia Julius Robert Oppenheimer banyak diperbincangkan usai kisah hidupnya diangkat menjadi movie oleh sutradara Christopher Nolan yang berjudul ‘Oppenheimer’.

Oppenheimer mendapatkan julukan ‘bapak bom atom’ ketika Amerika tengah menjalankan Proyek Manhattan. Proyek tersebut merupakan penelitian di period Perang Dunia II untuk membuat senjata nuklir.

Oppenheimer pada proyek tersebut menjabat sebagai direktur Laboratorium Los Alamos dan bertanggung jawab dalam proses melakukan riset dan desain bom atom. Proyek Manhattan menghasilkan peledakan tiga bom nuklir pada 1945 yaitu tes nuklir di New Mexico, bom uranium di Hiroshima, dan bom plutonium di Nagasaki.

Kisah Korban Selamat Bom Nuklir

Sosok itu adalah Tsutomu Yamaguchi seorang insinyur angkatan laut yang saat itu sedang bersiap untuk meninggalkan Hiroshima saat bom jatuh. Yamaguchi yang saat itu masih berusia 29 tahun sedang berada di perjalanan bisnis bersama atasannya.

Pada 6 Agustus 1945 pukul 8:15 pagi, Yamaguchi tengah bersiap berjalan ke galangan kapal sampai ia melihat ke arah langit sebuah pesawat pengebom Amerika terbang di atas kota. Yamaguchi mengatakan bahwa langit tiba-tiba meletus dalam kobaran cahaya.

Namun beruntung, Yamaguchi sempat menyelam ke dalam selokan sampai akhirnya ia tersedot ke udara seperti twister dan terlempar.

“Saya tidak tahu apa yang terjadi. Saya pikir saya pingsan sementara waktu dan ketika membuka mata semuanya gelap. Saya tidak bisa melihat banyak,” katanya dikutip dari Historical past, Sabtu (22/7/2023).

Yamaguchi dikelilingi semburan abu berjatuhan, wajah dan lengan bawahnya terbakar parah, dan kedua gendang telinganya pecah.

Ia yang berjalan kebingungan akhirnya memutuskan untuk pergi ke stasiun kereta api yang entah bagaimana saat itu masih beroperasi. Ia menaiki kereta yang penuh penumpang dengan luka bakar.

Ledakan tersebut menewaskan sekitar 80 ribu orang dan puluhan ribu orang lainnya juga ikut tewas dalam minggu-minggu selanjutnya.

Pada tanggal 8 Agustus, Yamaguchi sampai di kampung halamannya di Nagasaki dan tertatih-tatih di rumah sakit. Kondisi luka bakar yang dialami Yamaguchi begitu parah hingga pihak keluarga sempat tidak mengenalinya.

Tak hanya sekali, Yamaguchi kembali menjadi korban ledakan bom atom kedua di Nagasaki pada 9 Agustus yang kekuatannya disebut jauh lebih kuat daripada bom atom yang meledak di Hiroshima.

Namun kembali beruntung, bentuk kota Nagasaki yang berbukit meredam ledakan hingga ke tempatnya. Yamaguchi kembali terpapar radiasi namun ia relatif tidak terluka untuk kejadian kedua.

Karena paparan radiasi dosis ganda, rambut Yamaguchi rontok, luka di kulitnya menjadi gangrene, dan ia juga muntah terus tanpa henti.

“Saya sakit demam parah dengan demam. Hampir tidak makan apa-apa bahkan hampir tidak minum. Saya pikir saya akan mati,” katanya.

Tak seperti korban paparan radiasi lainnya, kondisi Yamaguchi cenderung baik dan mulai pulih sehingga ia bisa menjalani kehidupan dengan relatif regular. Ia bahkan kembali bekerja dan memiliki dua anak lagi pada tahun 1950-an.

Yamaguchi akhirnya meninggal dunia pada tahun 4 Januari 2010 pada usia 93 tahun.

Simak Video “Waspada! Kista Pada Kaum Hawa
[Gambas:Video 20detik]
(avk/kna)

Menkes Kaget Korban Bully PPDS Tak Cuma ‘Kena’ Psychological, Dipalak Uang Puluhan Juta


Jakarta

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin melaporkan kasus bullying di kalangan dokter residen tidak hanya berimbas bagi fisik peserta didik, tetapi psychological dan bahkan finansial mereka. Dari sejumlah laporan, Menkes kerap menemui keluhan para mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) dimintai uang untuk kepentingan pribadi senior.

Tak tanggung-tanggung, nominalnya bahkan nyaris ‘setara’ uang kuliah. Padahal, tidak ada kaitan sama sekali dengan tugas semasa PPDS, baik dari sisi pendidikan maupun pelayanan.

“Yang saya juga kaget ini berkaitan dengan uang, jadi cukup banyak juga junior-junior ini suruh ngumpulin, ada yang jutaan, puluhan juta, kadang-kadang ratusan juta,” beber Menkes dalam konferensi pers Kemenkes RI Kamis (21/7/2023).

Bentuk perundungan dalam sifat finansial cukup beragam. Mulai dari sekadar menyiapkan makanan hingga kebutuhan senior.

“Macam-macam, bisa buat nyiapin rumah untuk kumpul, para senior kontraknya setahun 50 juta bagi rata ke juniornya,” terang dia.

“Atau ini kan di RS suka sampai malam, dikasih makan di RS tapi makan malamnya nggak enak, jadi disuruh pesan makan Jepang. Setiap malam keluarin 5-10 juta, mesti makan makanan Jepang,” tuturnya.

Contoh lainnya yang sering dilaporkan menurut Menkes adalah menyiapkan tempat untuk futsal atau petamdingan bola, bukan hanya lokasinya melainkan ikut menyediakan sepatu untuk mereka.

“Atau kadang-kadang aduh nih handphone saya sudah nggak bagus ipadnya nggak bagus. Dan itu nggak pernah berani dilaporkan oleh para junior, akhirnya kita ingin putuskan praktik perundungan yang sudah berjalan selama puluhan tahun ini,” tandasnya.

Kementerian Kesehatan RI menyedialan hotline pengaduan perundungan dokter yang bisa dilaporkan dengan dua cara berikut:

perundungan.kemenkes.go.id
0812-9979-9777

Sementara aturan mengenai sanksi perundungan sudah dikeluarkan dalam Instruksi Menteri Kesehatan Nomor HK.02.01/Menkes/1512/2023. Sejumlah sanksi berat diatur dalam kebijakan baru tersebut demi memberantas tradisi bullying berkedok pembentukan karakter.

Simak Video “Menkes Ungkap Pemicu Perundungan Calon Dokter Spesialis
[Gambas:Video 20detik]
(naf/naf)