Tag: Kurang

Oh Ternyata Ini Alasan Kurang Tidur Bisa Bikin Badan Gendut!


Jakarta

Selain kurang berolahraga dan lebih suka rebahan, kebiasaan begadang atau kurang tidur juga bisa memicu kegemukan. Selain karena begadang bisa meningkatkan minat untuk nyemil di malam hari, kondisi tersebut juga bisa dipicu gangguan metabolisme lemak.

“Pada saat kita tidur malam, metabolisme di dalam lemak kita itu bekerja,” beber spesialis jantung dan pembuluh darah dr Dwita Rian Desandri, SpJP(Ok) dalam Webinar World Coronary heart Day 2023 di detikcom, Selasa (26/9/2023).

“Kalau kita bangun tengah malam atau kurang tidur, metabolisme lemak kita bisa terganggu sehingga kita akhirnya lebih gampang jadi gemuk, di samping memang kalau malam lebih gampang makan,” lanjutnya.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di samping itu, laman Healthline menjelaskan ketika seseorang kurang tidur, ada hormon yang terpantik untuk meningkatkan rasa lapar untuk mengonsumsi makanan, yakni ghrelin dan leptin. Hormon kortisol dapat meningkat bila tidak cukup tidur yang bisa memicu nafsu makan meningkat.

Kedua hormon, ghrelin dan leptin, akan terganggu kemampuannya dalam memberi sinyal lapar dan kenyang bagi tubuh. Ini sebabnya mereka yang hobi begadang lebih gampang nyemil di malam hari.

Ikuti jalan sehat ‘Indonesia Coronary heart Stroll 2023‘ di Plaza Tenggara GBK Senayan, Kamis (28/9/2023) pukul 06.00 WIB. Data selengkapnya DI SINI.

Simak Video “Perhatikan Durasi Tidur untuk Hindari Risiko Serangan Jantung
[Gambas:Video 20detik]
(kna/naf)

Bapak-bapak Mendadak Lemah Syahwat dan Kurang Bergairah? Mungkin Sedang Stres


Jakarta

Selain fisik, kesehatan psychological merupakan salah satu aspek yang harus senantiasa dipelihara. Sebab, psychological yang tertekan dapat memicu gangguan kesehatan pada tubuh.

Bahkan, gangguan psikiatrik seperti stres bisa membuat seseorang mengalami disfungsi ereksi. Disfungsi ereksi adalah masalah seksual yang ditandai dengan penis tak bisa ereksi meski sudah mendapatkan rangsangan.

Psikiater dr Gina Anindyajati, SpKJ, mengungkapkan tingkat stres memang memainkan peran penting terhadap fungsi seksualitas seseorang. Pada pria, stres berlebihan bisa membuat organ very important sulit mengalami ereksi.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Saat orang itu berada dalam tekanan, maka memang ada stress circuit yang teraktivasi. Dan salah satu hormon yang dihasilkan itu hormon kortisol. Hormon kortisol ini akan dikirimkan ke seluruh tubuh sebagai sinyal bagi organ-organ seluruh tubuh untuk bersiap-siap, saat ini kita lagi menghadapi situasi tekanan nih, jadi energi harus di reserve, harus disimpan,” jelasnya dalam konferensi pers, Jumat (22/9/2023).

“Caranya bagaimana? Pembuluh darah yang tadinya longgar, semua akan menegang. Sementara, di space genital pria itu isinya pembuluh darah semua, pembuluh darah kecil-kecil. Nah, pembuluh darah yang kecil-kecil ini dia tertutup karena stres itu tadi, sehingga aliran darah tidak bisa mengalir ke sana (penis),” ujarnya lagi.

Namun, sebelum mengganggu fungsi secara organik, sambung dr Gina, hormon kortisol sebenarnya sudah lebih dulu memengaruhi cara seseorang mempersepsikan apa yang ada di sekitarnya.

“Kortisol ini akan memengaruhi bagaimana seseorang mempersepsikan keadaan di sekitarnya. Hal yang tadi dipersepsikan sebagai sesuatu yang menyenangkan, akan turun intensitasnya. Sehingga boro-boro untuk ereksi, hasrat atau keinginan seksualnya saja mungkin bisa tidak timbul,” terangnya.

Karena itu, ia menegaskan penting untuk mencari tahu kemungkinan gangguan psikiatri pada pasien yang mengalami gangguan fungsi seksualitas.

“Salah satu manifestasi fisik gangguan-gangguan ini adalah masalah seksual. Bisa berupa gangguan pada libidonya, atau gangguan pada performa seksualnya. Karena itu memang pada saat psikiater berhadapan dengan pasien yang punya keluhan seksual, yang pertama harus dicari adalah ada nggak gangguan psikiatri yang mendasari,” pungkasnya.

Simak Video “Mutasi Gen Buat Wanita Ini Tak Rasakan Sakit dan Stres
[Gambas:Video 20detik]
(ath/kna)

Kenali Ciri-ciri Kurang Darah dan Berbagai Jenis Anemia

Jakarta

Sering merasa lelah, lemas, maupun pusing merupakan ciri-ciri umum dari kekurangan darah. Dalam dunia medis, kondisi kurang darah dikenal dengan istilah anemia.

Dilansir laman medicalnewstoday.com, anemia terjadi ketika sel darah merah atau hemoglobin dalam tubuh lebih rendah dari biasanya. Akibatnya, darah tidak dapat menyediakan cukup oksigen bagi tubuh. Inilah yang menyebabkan tubuh pengidap mudah lelah.

Selain letih, lemas, lunglai, anemia juga punya sejumlah gejala lain. Ciri-ciri kurang darah yang terjadi pun ada yang sering dialami sebagian orang. Dan ada pula gejala khusus tergantung jenis anemia apa yang diderita oleh seseorang.

Agar kamu bisa lebih conscious dengan masalah medis satu ini, cari tahu ciri-ciri kurang darah yang mungkin dialami pengidap anemia yuk! Simak uraian di bawah ini, ya.

Ciri-ciri Kurang Darah Umum

Anemia memiliki sejumlah gejala paling umum terjadi. Namun tak menutup kemungkinan ada ciri-ciri berbeda yang terjadi pada setiap pengidapnya. Tanda-tanda umum dari kurang darah, meliputi:

  • Kelelahan
  • Kulit pucat
  • Detak jantung cepat
  • Sesak napas
  • Nyeri dada
  • Sakit kepala.

Ciri-ciri Kurang Darah Berdasarkan Jenis Anemia

Selain tanda-tanda umum kurang darah seperti di atas, gejala khas juga dapat terjadi tergantung dari tipe anemia yang dialami. Berikut ciri-ciri kurang darah berdasarkan beberapa jenis anemia:

1. Anemia Defisiensi Besi

Ini adalah bentuk anemia yang paling umum. Jenis defisiensi besi dialami tubuh saat memproduksi terlalu sedikit sel darah merah karena kekurangan zat besi. Kondisi ini kemungkinan terjadi akibat; food regimen, menstruasi, melakukan donor darah, hingga konsumsi obat-obatan tertentu.

Ciri-ciri kurang darah khusus pada tipe anemia satu ini, seperti telapak kaki yang dingin dan sakit kepala ringan.

2. Anemia Defisiensi Vitamin B12

Vitamin B12 merupakan salah satu nutrisi yang penting untuk menghasilkan sel darah merah. Seseorang yang tidak cukup mengkonsumsi nutrisi ini bisa-bisa sel darah merahnya rendah.

Karena itu dapat terjadi gejala anemia khas, yakni; kesulitan berjalan, kebingungan atau lupa, timbul masalah penglihatan, diare, dan kondisi glositis.

3. Anemia Aplastik

Kondisi ini cenderung langka, terjadi ketika sumsum tulang tidak mampu memproduksi sel darah merah baru dalam jumlah yang cukup. Biasanya, anemia satu ini disebabkan oleh penyakit autoimun yang merusak sel induk. Ini bisa saja terjadi meski seseorang punya kadar zat besi yang regular.

Ciri-ciri kurang darah yang mungkin dialami pengidap anemia aplastik, seperti; kelelahan, infeksi yang sering terjadi, ruam kulit, serta mudah memar.

4. Anemia Hemolitik

Hemolitik terjadi saat sel darah merah hancur lebih cepat dari kemampuan tubuh menghasilkan sel darah merah baru. Sejumlah gangguan medis yang dapat mengakibatkan kondisi ini, antara lain penyakit autoimun, infeksi, masalah sumsum tulang, thalasemia, dan penyakit sel sabit.

Anemia tipe satu ini bisa menimbulkan gejala, yakni; pusing, lemah, penyakit kuning, urin berwarna gelap, demam, dan sakit perut.

Pengobatan Anemia

Ada sejumlah pengobatan yang bisa dilakukan pengidap tergantung pada jenis anemia yang diderita. Perawatan ini bertujuan untuk meningkatkan sel darah merah sehingga kadar oksigen dalam darah bisa bertambah. Berikut di antara pengobatan anemia berdasarkan jenis-jenisnya:

1. Anemia Defisiensi Besi

Perawatan bagi pengidap anemia jenis ini dengan konsumsi suplemen zat besi. Selain itu, perubahan pola makan dapat membantu pengidap anemia membaik dan tidak merasakan gejala.

2. Anemia Defisiensi Vitamin

Pengobatan bagi penderita anemia defisiensi vitamin yakni dengan diberi suntikan vitamin B12 oleh dokter. Orang yang mengidap anemia tipe ini juga perlu mengkonsumsi suplemen makanan lain jika dibutuhkan.

3. Anemia Aplastik

Pengobatan efektif bagi pengidap anemia aplastik adalah dengan melakukan transfusi darah atau transplantasi sumsum tulang. Meski begitu, dokter akan menentukan perawatan yang paling cocok tergantung kondisi dan gejala yang dialami.

4. Anemia Hemolitik

Untuk tipe anemia hemolitik, perawatan yang dilakukan kemungkinkan mencakup konsumsi obat imunosupresan, pengobatan untuk infeksi, dan prosedur plasmaferesis untuk menyaring sebagian plasma dari darah.

Itulah ciri-ciri kurang darah yang mungkin dialami oleh pengidap anemia beserta pengobatannya. Jadi, sekarang detikers sudah lebih conscious bukan dengan gejala dan pengobatan anemia?

Simak Video “Apa Itu Anemia Kronis?
[Gambas:Video 20detik]
(fds/fds)