Tag: Lupa

Jangan Lupa Bahagia, Stres Bisa Ganggu Kesehatan Gigi dan Mulut


Jakarta

Remaja merupakan periode penting dalam perkembangan manusia yang ditandai dengan perubahan neurobiologis, hormonal, psikologis, dan sosial. Selain menghadapi stress akibat perubahan fisik, remaja juga dapat mengalami stress psikososial yang dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan psychological mereka.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi stres pada remaja 15-24 tahun tercatat sebesar 6,2 persen. Kebanyakan remaja mengalami stres ketika menghadapi situasi yang sulit, berbahaya atau menyakitkan, namun tidak mampu mengatasinya.

Stres yang dialami dapat menimbulkan kecemasan, menarik diri, agresi, penyakit fisik, mengarah ke obat-obatan terlarang atau alkohol. Stomatitis aftosa rekuren, lichen planus, dan burning mouth syndrome merupakan beberapa penyakit di rongga mulut yang dapat dipicu oleh stres.

Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia (FKG UI), menyelenggarakan pengabdian masyarakat yang mengusung tema “Stres pada Remaja serta Manifestasi pada Rongga Mulut”, bekerja sama dengan Mandiri Amal Insani, yang digelar di SMP Negeri 126 Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa (8/8/2023).

Kegiatan ini diikuti siswa perwakilan kelas VII-IX serta anggota OSIS dan guru berjumlah 120 orang. Selain itu, kegiatan ini juga melibatkan dosen dan mahasiswa Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis (PPDGS) Penyakit Mulut FKG UI sejumlah 16 orang.

Kegiatan pengabdian dikemas dalam bentuk paparan materi oleh Psikolog Anindya Phalita Padma, M.Psi terkait “Manajemen Stres pada Remaja: Mengatasi Tantangan dan Menjaga Kesehatan Psychological”. Kemudian dilanjutkan dengan Focus Group Dialogue (FGD) untuk menggali permasalahan yang dialami oleh remaja.

Pengabdian masyarakat tersebut ditutup dengan pemaparan materi “Dampak Stres, Rokok, dan Infeksi Menular Seksual pada Rongga Mulut” oleh Dr drg Febrina Rahmayanti, Sp.PM, SubSp.

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan pada remaja mengenai stres serta diharapkan dapat lebih memahami mengenai bahaya dari merokok dan pergaulan bebas hingga mereka bisa mencari solusi untuk menghindari hal tersebut.

Simak Video “Mengapa Aligner Masih Jarang Digunakan di Indonesia?
[Gambas:Video 20detik]
(up/up)

Penampakan Kursus Tersenyum di Jepang, Lupa Caranya gegara Kelamaan Pakai Masker

Jakarta

Banyak warga Jepang yang menjalani kursus tersenyum lantaran lupa bagaimana caranya untuk tersenyum imbas terbiasa menggunakan masker saat pandemi COVID-19. Mengingat pemerintah Jepang resmi mencabut rekomendasi memakai masker pada Maret lalu setelah kasus COVID-19 mereda.

“Orang-orang belum mengangkat pipi mereka di bawah pemakaian masker atau berusaha untuk banyak tersenyum,” kata Keiko Kawano, yang mengajar tersenyum melalui perusahaannya Egaoiku yang diterjemahkan menjadi “Pendidikan Senyum” kepada New York Occasions, dikutip Rabu (7/6/2023).

Kursus tersenyum ini membutuhkan biaya sekitar $55 AS atau sekitar Rp 817 ribu untuk satu sesi, dengan satu guru yang mengajari cara membangkitkan otot pipi dan menampilkan senyum yang memesona.

Students learn how to practice facial muscles with mirrors at a smile training course at Sokei Art School in Tokyo, Japan, May 30, 2023. REUTERS/Kim Kyung-Hoon     TPX IMAGES OF THE DAYCollege students learn to apply facial muscle groups with mirrors at a smile coaching course at Sokei Artwork Faculty in Tokyo, Japan, Might 30, 2023. REUTERS/Kim Kyung-Hoon TPX IMAGES OF THE DAY Foto: REUTERS/Kim Kyung Hoon

Kawano memberikan ajaran “Teknik Tersenyum Gaya Hollywood”, yang mengajarkan cara mendapatkan “mata bulan sabit” dan “pipi bulat”. Juga, belajar membentuk tepi mulut untuk memperlihatkan delapan gigi atas.

“Peningkatan empat kali lipat dalam permintaan untuk pelajaran pasca-COVID,” kata Kawano.

Pada bulan Mei lalu, kantor berita NHK (Nippon Housou Kyoukai) melakukan jajak pendapat yang mengatakan sekitar 55 persen orang Jepang masih memakai masker sesering rekomendasi menggunakan masker dicabut. Sementara sekitar 8 persen orang sudah tidak memakai masker lagi.

“Saya tidak banyak menggunakan otot wajah saya selama COVID,” Himawari Yoshida, seorang siswa Kawano yang berusia 20 tahun, menjelaskan kepada Reuters, menambahkan bahwa dia mengikuti kursus atas rekomendasi sekolahnya untuk mempersiapkan pasar kerja.

Simak Video “Jepang Turunkan Klasifikasi Covid-19 Jadi Setara Flu Biasa
[Gambas:Video 20detik]
(suc/up)