Tag: Mager

9 Cara Food plan Tanpa Olahraga, Cocok untuk Kaum Mager

Jakarta

Ketika mencari cara untuk menguruskan badan, pasti banyak yang langsung menyarankan untuk berolahraga. Faktanya, ada cara food plan tanpa olahraga yang manjur dan bisa dipraktikkan.

Sebelumnya, perlu dipahami bahwa food plan dan olahraga merupakan dua hal yang berbeda. Food plan adalah pola makan yang diatur baik dari segi cara maupun jenis makanannya. Biasanya, food plan dilakukan untuk menurunkan berat badan atau karena memiliki kondisi medis tertentu.

Sementara, olahraga adalah kegiatan menggerakkan tubuh yang bertujuan untuk menguatkan otot-otot atau menyehatkan tubuh. Meski food plan dan olahraga adalah dua hal yang berbeda, keduanya dapat dilakukan secara bersamaan saat berupaya untuk menurunkan berat badan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kendati food plan dan olahraga adalah dua hal yang berbeda, banyak orang mencari tahu cara food plan tanpa olahraga, entah itu karena memang mager, tidak punya waktu luang, atau memiliki kondisi fisik tertentu yang membuat mereka tidak bisa berolahraga. Tentu saja tidak ada metode food plan tanpa olahraga, yang ada adalah metode menurunkan berat badan dengan food plan dan tanpa olahraga.

Buat yang penasaran dan sedang mencari cara food plan tanpa olahraga, berikut beberapa metode yang sudah terbukti manjur untuk menurunkan berat badan dengan food plan saja, tanpa harus olahraga jika memang belum memungkinkan. Asal jangan keterusan ya, begitu ada waktu sempatkan olahraga biar lebih bugar.

Cara Food plan Tanpa Olahraga

1. Gunakan Piring dan Wadah Kecil untuk Makan

Salah satu faktor paling penting dalam berdiet adalah makanan. Karena itu, banyak cara food plan tanpa olahraga berkaitan dengan mengatur pola dan kebiasaan makan.

Salah satunya adalah dengan menggunakan piring atau wadah yang lebih kecil saat makan. Dengan piring yang lebih kecil, otomatis porsi makanan yang dikonsumsi akan berkurang. Adapun tujuan utama dari metode ini adalah untuk membatasi asupan kalori sehingga mencegah berat badan bertambah.

2. Kunyah Makanan Secara Perlahan dan Tuntas

Otak membutuhkan waktu untuk memproses makanan yang masuk ke dalam tubuh. Mengunyah makanan secara perlahan hingga benar-benar habis memberikan otak cukup waktu untuk memproses makanan yang masuk ke perut. Hal ini membuat tubuh menjadi cepat merasa kenyang, sehingga jumlah makanan yang dikonsumsi berkurang.

Selain itu, penelitian juga membuktikan orang yang makan secara perlahan memiliki indeks massa tubuh atau BMI yang lebih rendah dibanding orang yang makan dengan cepat.

3. Perbanyak Konsumsi Protein

Selain karbohidrat, protein adalah salah satu asupan yang dapat membuat tubuh merasa kenyang. Ini dikarenakan protein dapat memengaruhi hormon yang mengatur rasa lapar dan kenyang, seperti ghrelin dan GLP-1 (glucagon-like peptide-1).

Dikutip dari Healthline, sebuah penelitian menemukan orang yang melakukan food plan tinggi protein dapat memangkas lebih banyak berat badan dibanding mereka yang mengonsumsi protein dalam jumlah standar.

4. Konsumsi Banyak Makanan Berserat

Sama seperti protein, serat dapat membantu tubuh merasa kenyang untuk waktu yang cukup lama. Karena itu, banyak mengonsumsi makanan berserat dapat membantu seseorang dalam mengurangi asupan karbohidrat dan kalori yang dapat memicu peningkatan berat badan.

Food plan tinggi serat juga cukup mudah untuk dilakukan, karena asupan tersebut dapat diperoleh dari bahan makanan umum seperti sayuran hijau, kacang-kacangan, buah jeruk, kubis brussel, dan masih banyak lagi.

5. Banyak Minum Air Putih

Minum air putih sebelum makan dapat memberi sedikit rasa kenyang sehingga membantu mengurangi porsi makan. Sebuah penelitian mengungkapkan minum 1 liter air putih sebelum makan dapat mengurangi asupan kalori dan rasa lapar, sekaligus meningkatkan rasa kenyang.

6. Waktu Tidur yang Cukup dan Berkualitas

Food plan tak melulu soal makanan saja. Kualitas tidur dan istirahat juga memainkan peran penting dalam menurunkan berat badan.

Sebuah studi menunjukkan kekurangan tidur dapat memengaruhi kinerja hormon nafsu makan seperti leptin dan ghrelin. Ketika hormon tersebut tidak stabil, maka dapat meningkatkan rasa lapar dan keinginan untuk ngemil. Inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa begadang membuat orang doyan ngemil sehingga mengalami kenaikan berat badan.

7. Makan Tanpa Gangguan TV atau Gadget

Sebuah studi yang dilakukan pada 2013 mengungkapkan orang yang makan sambil menonton TV atau bermain sport mengonsumsi 10 persen lebih banyak kalori. Faktanya, makan sambil menonton atau bermain gadget bisa membuat seseorang tidak memerhatikan asupan makanan yang dikonsumsi. Akibatnya, mereka malah makan secara berlebihan, dan dalam jangka panjang, kebiasaan tersebut bisa memicu kenaikan berat badan.

8. Kurangi Minuman Manis

Minuman manis, seperti soda atau minuman instan lainnya, memiliki kandungan kalorin yang sangat tinggi. Parahnya lagi, kalori dalam bentuk cair tersebut tidak akan membuat kenyang saat dikonsumsi. Akibatnya, orang dapat dengan mudah mengonsumsi minuman manis secara berlebihan.

Selain bisa memicu kenaikan berat badan, terlalu banyak mengonsumsi minuman manis juga bisa menyebabkan penyakit seperti jantung dan diabetes tipe 2.

9. Kelola Stres dengan Baik

Ketika mengalami stres, tubuh akan memproduksi lebih banyak hormon kortisol. Hormon ini dapat berdampak ke berbagai kinerja dalam tubuh, salah satunya memengaruhi nafsu makan. Inilah yang membuat beberapa orang melampiaskan stres dengan cara makan atau dikenal juga dengan istilah emotional consuming.

Meditasi di pagi hari bisa menjadi salah satu cara yang paling efektif untuk menurunkan tingkat stres. Alternatif lain juga bisa dengan melakukan aktivitas fisik, mendengarkan musik, atau melakukan hobi yang disenangi.

Simak Video “Suggestions Menurunkan Berat Badan ala Ade Rai
[Gambas:Video 20detik]
(ath/suc)

Sederet Kebiasaan Picu Penyakit Jantung Usia Muda, Termasuk ‘Mager’

Jakarta

Penyakit jantung kerap dipandang sebagai momok mengerikan. Sebab selain kedatangannya yang tiba-tiba tanpa ‘aba-aba’ berupa gejala yang bisa dideteksi, risiko fatalitasnya pun tinggi. Tak terkecuali, pada orang-orang yang masih berusia muda.

Penyakit jantung fibrilasi atrium misalnya, atau yang dipahami sebagai kelainan irama jantung. Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah sekaligus Guru Besar Aritmia Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr Yoga Yuniadi, SpJP(Ok), menjelaskan, kebanyakan pasien fibrilasi atrium di Indonesia adalah orang-orang berusia produktif dengan kisaran usia 40 hingga 60 tahun.

Padahal di negara-negara barat, penyakit ini umumnya dialami oleh orang berusia lanjut 60 tahun ke atas.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Fibrilasi atrium ini kelainan irama jantung, kelainan listrik jantung. Jadi jantung berdenyut karena ada listriknya. Kalau denyutannya atau sistem listrik jantung itu mengalami masalah, salah satu bentuknya adalah fibrilasi atrium,” terangnya dalam konferensi pers Hari Jantung Sedunia 2023, Selasa (26/9/2023).

“Faktor risiko terjadinya fibrilasi atrium ada banyak. Merokok, diabetes, hipertensi, tapi juga umur. Umur di atas 60 kalau di negara barat menjadi faktor risiko. Tapi di kita, usia 40-60,” imbuh dr Yoga.

Faktor Pemicu Fibrilasi Atrium

dr Yoga mengatakan, penyakit fibrilasi atrium memicu risiko stroke hingga lima kali lipat. Seringkali, pasien fibrilasi atrium datang ke dokter sudah dalam keadaan stroke sehingga penanganannya terlambat dilakukan.

Menurutnya, penyakit ini tak terlepas dari pola hidup yang buruk dibarengi kebiasaan hidup serba ‘mager’ (malas gerak).

“Banyak studi membuktikan ada pengaruh sedentary life-style, kebiasaan malas gerak. Kita tahu sendiri teknologi semakin canggih dengan gampangnya pesan makanan lewat genggaman jari kita. Sekarang kita semakin dimanjakan,” beber dr Yoga.

“Sehari-hari kita di Jakarta ini berangkat kerja jam 6 pagi; pulang sudah maghrib capek. Nggak sempat olahraga. Kondisi seperti ini turut memicu penyakit jantung,” pungkasnya.

Simak Video “Kemeriahan Hari Jantung Sedunia 2023 di GBK
[Gambas:Video 20detik]
(suc/vyp)