Tag: Obesitas

Ortu Jangan Lalai, 4 Kebiasaan Ini Bisa Picu Obesitas pada Anak!


Jakarta

Tak cuma orang dewasa, nyatanya obesitas juga mengintai bayi dan anak-anak. Kondisi obesitas ini tidak boleh disepelekan, karena dapat berujung pada komplikasi lainnya.

Dikutip dari Mayo Clinic, obesitas dapat membuat anak rentan mengalami masalah kesehatan seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan kolesterol tinggi. Obesitas pada masa kanak-kanak juga dapat menyebabkan depresi.

Oleh sebab itu, penting bagi orang tua untuk memperhatikan pola hidup anak agar mereka terhindar dari obesitas. Melansir berbagai sumber, berikut beberapa hal yang dapat menjadi pemicu obesitas pada anak.

1. Malas Beraktivitas

Anak-anak yang malas melakukan aktivitas fisik dan olahraga cenderung lebih mudah mengalami obesitas. Hal ini bisa terjadi karena jumlah kalori yang terbakar hanya sedikit karena tubuh jarang bergerak. Akibatnya, berat badan anak akan lebih mudah bertambah. Apalagi jika mereka memiliki kebiasaan makan berlebih. Sebagai orang tua, penting bagi Anda untuk mengajaknya olahraga teratur. Mulailah tanamkan kebiasaan sehat dengan rajin olahraga setidaknya minimal 30 menit per hari, 2-3 kali seminggu.

2. Kurang Tidur

Tidur menjadi faktor penting dalam masa pertumbuhan anak-anak. Anak -anak yang kurang tidur lebih cenderung menjadi gemuk. Pasalnya, kurang tidur menyebabkan kantuk di siang hari yang membuat mereka kurang aktif. Akibatnya, hal ini mengganggu hormon yang mengendalikan nafsu makan sehingga membuat mereka merasa lebih lapar dan makan lebih banyak saat terbangun.

Sebaiknya, atur waktu tidur mereka cukup awal untuk memastikan mereka mendapatkan jumlah tidur yang tepat. Adapun anak berusia lima tahun ke bawah sebaiknya tidur 11 jam. Sementara anak usia 5-10 tahun mendapatkan tidur 10 jam, dan anak 10 tahun ke atas tidur minimal 9 jam.

3. Sering Fundamental Gadget

Seiring berkembangnya teknologi, gadget menjadi hal yang sulit dijauhkan dari anak-anak. Padahal, keseringan major gadget tidak baik bagi tumbuh kembang anak-anak. Sebuah studi yang dipublikasikan dalam BioMed Central Journal of Well being, Inhabitants and Vitamin, melaporkan kebiasaan major gadget terlalu banyak berkaitan dengan risiko obesitas. Hal ini karena peningkatan durasi screentime dikaitkan dengan peningkatan asupan makanan.

Agar anak tidak bergantung pada gadget, sebaiknya menerapkan display screen time. Menurut WHO, anak usia 2 tahun diperbolehkan untuk display screen time maksimum satu jam per hari. Sama seperti anak dua tahun, anak berusia 3-4 tahun pun hanya diperbolehkan untuk display screen time tidak lebih dari satu jam per hari.

Jika mereka tantrum atau stress tanpa gadget, orang tua perlu melakukan komunikasi rutin. Sering-seringlah mengajak mereka ngobrol dan bertukar pikiran. Hal ini akan membuat mereka lebih terbuka dan mengerti maksud Anda.

4. Jajan Tidak Sehat

Kebiasaan sering jajan makanan atau minuman dapat memicu obesitas pada anak. Apalagi jika orang tua sering memberi jajanan manis dengan alasan agar anak merasa kenyang atau berhenti tantrum. Padahal, anak harus mengonsumsi makronutrien dan mikronutrien agar kebutuhan gizinya terpenuhi dengan baik.

Tak hanya itu, jajanan tinggi gula atau kalori juga menyebabkan anak menjadi ogah-ogahan mengonsumsi makanan utama. Oleh sebab itu, sebaiknya hindari mengonsumsi jajanan kurang sehat yang dapat memicu obesitas pada anak.

Jika anak suka jajan sembarangan, orang tua bisa ajarkan mereka untuk mengonsumsi makanan bergizi seimbang. Untuk sumber karbohidrat cobalah sajikan menu yang lebih bervariasi. Nggak melulu nasi, melainkan bisa diganti dengan kentang ataupun mi.

Namun sebaiknya pilih mi yang lebih sehat. Misalnya saja mi instan yang di-oven karena melalui proses produksi yang lebih aman, tidak melalui proses penggorengan. Pola makan sehat ini tentunya perlu diimbangi dengan porsi yang tepat sehingga mereka bisa terhindar dari obesitas.

Nah, itulah beberapa kebiasaan yang dapat memicu anak kelebihan berat badan. Selain menjaga pola makan, menerap display screen time dan melakukan aktivitas fisik, pastikan juga anak menerapkan pola hidup sehat lainnya. Salah satunya dengan mengajak mereka menjaga kebersihan. Pastikan juga mereka mendapatkan vaksin dan pemeriksaan rutin untuk mengecek kondisi kesehatan anak.

(akd/ega)

Mothers Jangan Abai, Obesitas Bisa Sebabkan Mikropenis pada Anak

Jakarta

Maraknya kasus obesitas masih menjadi ‘PR’ besar di Indonesia, tidak terkecuali pada kelompok anak-anak. Dokter menjelaskan, ada banyak kemungkinan faktor pemicu anak kegemukan. Di antaranya promosi produk makanan tidak sehat, pola asuh keluarga, pengaruh lingkungan sekolah atau pertemanan, hingga pengaruh genetik.

“Pola asuh keluarga ini sangat penting ya. Bisa dilihat dari kebiasaan keluarganya juga apakah makan sambil nonton TV atau seperti apa,” ucap dokter spesialis anak dr Novitria Dwinanda, SpA, SubspNPM ketika ditemui detikcom di Jakarta Selatan, Selasa (8/8/2023).

“Bisa juga disebabkan oleh keluarga yang menjadikan makan sebagai ‘hadiah’ pada anak. Misalnya anak dibelikan es krim karena mau disuntik. Ini sepele sebenarnya, tapi menyumbang kasus obesitas,” sambungnya.

Obesitas pada anak dapat meningkatkan berbagai risiko berbahaya. Mulai dari penyakit jantung, penyakit diabetes tipe dua, masalah otot, hingga gangguan psikologis.

Risiko Mikropenis pada Anak Kegemukan

Tidak hanya itu saja, obesitas pada anak juga bisa menyebabkan masalah pada organ reproduksi. Salah satu contohnya adalah mikropenis, yang merupakan istilah medis untuk penis yang berukuran kecil namun berstruktur regular.

“Mikropenis karena obesitas ini terjadi sebenarnya bukan karena penisnya kecil. Tapi, karena tenggelam di dalam lemaknya. Jadi perutnya gede, lemak pahanya gede, semuanya gede jadi dia tenggelam masuk ke dalam,” ucapnya.

dr Novitria mengatakan bahwa mikropenis yang terjadi akibat obesitas umumnya akan kembali regular lagi apabila pasien melakukan eating regimen dan menurunkan berat badannya.

“Nanti kalau tubuhnya kurus akan kembali regular lagi akan kelihatan penisnya dan tidak akan mengganggu reproduksi apabila hormonnya tidak terganggu,” kata dr Novitria.

“Obesitas itu bisa mempengaruhi hormon, kalau hormonnya terganggu itu bisa saja mengganggu reproduksi. Masalah reproduksi ini bukan soal penisnya ya, tapi soal testosteron, hormon, dan segala macam,” pungkasnya.

Simak Video “Simak Cara Pencegahan Obesitas pada Bayi, Balita dan Anak!
[Gambas:Video 20detik]
(avk/vyp)

Terungkap 4 Wilayah RI dengan Kasus Obesitas Tinggi, DKI Nggak Termasuk

Jakarta

Beberapa waktu terakhir, kasus obesitas ekstrem dengan berat badan pasien mencapai ratusan kilogram bermunculan di Indonesia. Mulai dari kasus mendiang Muhammad Fajri dengan berat 300 kg, kemudian mendiang Cipto Raharjo (CR), yang meninggal dunia belum lama ini.

Wakil Menteri Kesehatan RI, dr Dante Saksono Harbuwono mengungkapkan kasus obesitas memang meningkat di Indonesia. Ia memberikan gambaran, sepanjang 2013 hingga 2018 terdapat peningkatan angka obesitas di Indonesia mencapai lebih dari 5 persen.

“Riskesdas 2013 itu angka obesitas di Indonesia sekitar 15,3 persen. Begitu dipotret lagi tahun 2018, obesitasnya menjadi 21,8 persen. Jadi ada peningkatan yang begitu drastis di masyarakat tentang obesitas,” ungkapnya dalam siaran langsung, Senin (24/7/2023).

Apa Penyebabnya?

Lebih lanjut menurut Wamenkes, kenaikan kasus obesitas ini kemungkinan dipicu oleh besaran pemasukan yang meningkat pada masyarakat dari tahun ke tahun, dibarengi minimnya pengetahuan tentang pentingnya mengatur asupan makanan.

“Ini mungkin dipacu oleh revenue yang makin meningkat (atau) revenue yang semakin meningkat, dan terutama angka obesitas ini banyak sekali dari daerah-daerah penyanggah kota besar seperti di Tangerang, Depok, di Bekasi, Bogor, itu angka obesitasnya lebih tinggi daripada di Jakarta,” beber Wamenkes.

“Itu menunjukkan bahwa angka obesitas berkorelasi dengan pendapatan masyarakat yang semakin meningkat. Ini karena konsumsi dan pengetahuan yang tidak dipahami oleh masyarakat secara luas,” pungkasnya.

Simak Video “Simak Cara Pencegahan Obesitas pada Bayi, Balita dan Anak!
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/naf)

Sulut Juara 1 Kasus Obesitas di RI, Kemenkes Beberkan Kemungkinan Pemicunya


Jakarta

Berdasarkan knowledge Riskesda tahun 2018, Indonesia menjadi salah satu negara dengan angka kasus obesitas tertinggi di dunia. Tercatat, 1 dari 3 orang dewasa di Indonesia mengalami obesitas.

Dari knowledge tersebut, Sulawesi Utara menjadi daerah dengan kasus obesitas tertinggi di Indonesia. Information ini didapat berdasarkan indeks massa tubuh.

“Indeks massa tubuh ini didapatkan dari berat badan dalam kilogram, dibandingkan dengan tinggi badan dalam meter dikuadratkan,” ungkap Kepala Seksi Penyakit Diabetes Melitus Kemenkes RI dr Esti Widiastuti dalam konferensi pers, Selasa (11/7/2023).

“Jadi, kalau ini yang kita ambil dari knowledge Riskesda ini lower off dari indikator obesitas dewasa dengan indeks massa tubuh lebih dari 27. Kita sudah melihat hampir seperlima penduduk usia 18 tahun ke atas di Indonesia dengan obesitas,” jelasnya.

Kenapa Lebih besar di Sulawesi Utara dibandingkan DKI Jakarta?

Dari knowledge Riskesdas, posisi DKI Jakarta berada di posisi kedua. Sementara di posisi tertinggi adalah Sulawesi Utara.

“Sulawesi Utara dibandingkan Jakarta dan Papua, dibandingkan jumlah penduduk ini juga bisa dikaitkan adat dan kebiasaan,” kata dr Esti.

Kebiasaan ini bisa berupa setiap berpesta, di beberapa daerah mungkin menyediakan makanan tradisional lebih banyak dan melimpah. Makanan ini mungkin lebih banyak mengandung karbohidrat dan gula.

Ini juga yang kemungkinan membuat angka obesitas di satu daerah, seperti Papua dan Sulawesi Utara lebih menonjol.

Berikut 10 wilayah yang memiliki kasus obesitas terjadi di Indonesia:

  • Sulawesi Utara
  • DKI Jakarta
  • Papua Barat
  • Kepulauan Riau
  • Kalimantan Utara
  • Sumatera Utara
  • Maluku Utara
  • Gorontalo
  • Aceh
  • Riau

Simak Video “Simak Cara Pencegahan Obesitas pada Bayi, Balita dan Anak!
[Gambas:Video 20detik]
(sao/kna)

Ramai Fenomena Obesitas Ekstrem, Kok Berat Berat Badan Bisa Sampai Ratusan Kilo?


Jakarta

Belakangan fenomena kasus obesitas dengan bobot sampai ratusan kilogram mulai muncul ke permukaan. Setelah kasus mendiang M Fajri, kini muncul dua kasus obesitas ekstrem dengan berat badan 200 kg di Tangerang hingga Jakarta Timur.

Kenapa berat badan seseorang bisa mencapai ratusan kilogram seperti itu?

Dokter spesialis gizi klinik dr Christopher Andrian, MGizi, SpGK, mengungkapkan fenomena kasus obesitas dengan bobot yang ekstrem itu sangat berpengaruh dari gaya hidup yang buruk. Kebiasaan itu terus dilakukan dalam jangka waktu yang lama.

“Mungkin nggak hanya jangka pendek, tapi dalam kasus ini biasanya dalam jangka panjang. Kalau sampai ratusan kilo itu, berarti menumpuk terus menerus kan dari kebiasaan dia kecil,” kata dr Christopher saat ditemui di Jakarta Pusat, Jumat (7/7/2023).

Jika dilihat dari kasus obesitas yang belakangan dialami anak-anak, bisa jadi itu adalah dampak dari kesalahan pola asuh dan kurangnya edukasi orang tua. Mereka mungkin membebaskan anak-anaknya untuk mengkonsumsi asupan manis dan berkalori tinggi, bisa jadi dalam jumlah yang besar.

dr Christopher mengatakan nantinya kebiasaan itu akan terus berlanjut hingga dewasa. Ketika dewasa, kebiasaan itu akan sulit untuk diubah.

“Kalau sudah dewasa, edukasi pengetahuan orang tersebut karena asupannya ngaco, lifestyle-nya dan aktivitasnya nggak ada,” tutur dia.

“Kita juga sudah melakukan aktivitas serba on-line, itu bisa mempengaruhi. Dan akses untuk mendapatkan makanan-makanan yang excessive calorie dan excessive sugar lebih gampang,” sambungnya.

Jika terus menerus dilakukan, itu akan memicu kenaikan berat badan yang signifikan. Meski berat badannya sudah mencapai lebih dari 100 kg, mungkin masih diabaikan dan tidak segera mencari bantuan ahli untuk mengatasinya, dan pada akhirnya kondisinya semakin parah.

“Pada saat dia 100 kg, 125 kg itu belum mencari bantuan, padahal itu sudah parah. Jika sudah mencapai 200 kg, itu sudah dianggap lebih susah,” pungkasnya.

Simak Video “Lebih dari Separuh Populasi Dunia Diprediksi Alami Obesitas pada 2035
[Gambas:Video 20detik]
(sao/kna)

Kasus Obesitas Ekstrem Bermunculan di Tangerang, Ada Apa?


Jakarta

Kota Tangerang kembali dibuat heboh oleh kasus obesitas ekstrem. Kali ini, dialami oleh Cipto Raharjo (CR), pria berusia 45 tahun yang berasal dari Kecamatan Pinang, Kota Tangerang.

Ia dievakuasi pada hari Selasa (4/7/2023) dari kediamannya menuju RSUD Kota Tangerang. Proses evakuasi turut melibatkan Dinas Pemadam Kebakaran Kota Tangerang dan dibantu alat berat seperti troli dan kendaraan truk.

Kepala Humas RSUD Kota Tangerang drg Fika S Khayan menilai maraknya temuan soal pasien obesitas sebagai dampak dari kasus mendiang Muhammad Fajri. Menurutnya, kasus Fajri membuat seluruh pihak menjadi lebih waspada akan bahaya obesitas.

“Saya rasa sedikit banyaknya menjadi perhatian ya oleh pemerintah, oleh dinas kesehatan. Jadi lebih gencar lagi melihat kasus obesitas ini sebagai suatu penyakit,” ujarnya saat ditemui di kantornya, Kamis (6/7/2023).

drg Fika menegaskan obesitas memang seharusnya ditanggapi secara lebih serius. Sebab, kondisi ini dapat memicu berbagsi efek samping yang bisa berdampak pada kesehatan penderitanya.

“Banyak efek samping dari obesitas, seperti penyakit-penyakit,” imbuhnya.

Ia juga mengimbau masyarakat untuk lebih memperhatikan kondisi kesehatan masing-masing. Apalagi jika merasa berat badan melebihi dari yang seharusnya.

“Kan ada yang namanya physique mass index (BMI). Masyarakat harus lebih conscious lagi, misal ‘oh BMI-nya sudah lebih dari regular nih’. Jadi harus lebih conscious,” ucapnya.

“Lebih conscious sama perilaku hidup sehat, olahraga, makan-makanan sehat, tidur yang cukup, dan tidak stress,” pungkasnya.

Simak Video “Pria dengan Bobot 200 Kg Dievakuasi BPBD ke RSUD Kota Tangerang
[Gambas:Video 20detik]
(kna/kna)

RSCM Ungkap Pemicu Meninggalnya Pria Obesitas 300 Kg, Alami Infeksi A number of


Jakarta

Pria obesitas ekstrem berbobot 300 kg asal Tangerang, Muhammad Fajri meninggal dunia pada Kamis (22/6/2023), pukul 01:25 WIB. Pihak RSUP Nasional Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) menyebut penyebab meninggalnya adalah infeksi a number of.

Fajri kurang lebih dirawat selama 14 hari oleh tim dokter yang terdiri dari 14 spesialis.

“Pada hari ini Kamis tanggal 22 Juni 2023 pasien atas nama MF telah meninggal dunia sekitar pukul 01.25 WIB dikarenakan infeksi a number of,” demikian konfirmasi RSCM melalui keterangan tertulis yang diterima detikcom Kamis (22/6).

“Terapi multidisiplin yang terdiri dari dokter ahli perawatan intensif (intensivis), paru, jantung, pencernaan, saraf, kulit, bedah pembuluh darah, gizi, rehabilitasi medik, dan tenaga kesehatan lainnya telah mengoptimalkan segala upaya untuk perawatan MF agar kembali
stabil,” sebutnya.

Fajri juga sebelumnya diberikan perawatan terapi antibiotik untuk mengobati infeksinya. Namun, kendala yang dihadapi selama perawatan adalah ukuran dan berat badan Fajri yang terlampau berlebih.

Dari mulai sulitnya mencari tempat tidur yang match dengan ukuran tubuh Fajri, hingga memposisikan tubuhnya, dan kesulitan melakukan prosedur diagnostik tertentu. “Tidak muat masuk MRI dan CT scan, dan lainnya.”

Tim pemulasaraan jenazah Instalasi Forensik dan Pemulasaraan Jenazah RSCM yang terdiri dari 18 orang melakukan proses pemulasaraan pada pukul 03:45 hingga 05:00 WIB.

“Berdasarkan konfirmasi pihak keluarga, jenazah rencananya akan dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Menteng Pulo dan akan diberangkatkan setelah ada kepastian kesiapan liang lahat dan menggunakan mobil jenazah Rumah Duka RSCM.

“RSCM berkoordinasi dengan Dinas Pertamanan dan Kehutanan DKI Jakarta agar dapat dipersiapkan liang lahat dengan ukuran yang lebih dari standar,” pungkasnya.

Simak Video “Kondisi Terkini Pria Obesitas Asal Tangerang yang Dirawat di RSCM
[Gambas:Video 20detik]
(naf/up)

Kemenkes Bantu Pengobatan Pasien Obesitas 300 Kg, Libatkan Dinsos Tangerang

Jakarta

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan dr Nadia Siti Tarmizi mengungkapkan pihaknya siap untuk memberikan dukungan pengobatan Muhammad Fajri, pria asal Tangerang yang mengidap obesitas hingga 300 kg. Ia menegaskan Kemenkes akan berupaya membantu agar pasien dapat kembali sembuh dan beraktivitas seperti sedia kala.

“Kemenkes pasti akan memberikan dukungan pengobatan sepenuhnya sampai beliau ini bisa beraktivitas regular kembali,” ujarnya saat ditemui detikcom di Jakarta Pusat, Rabu (14/6/2023).

dr Nadia menjelaskan dukungan yang diberikan dalam bentuk memfasilitasi agar pasien tetap bisa mendapat penanganan yang memadai meski sudah keluar dari RSCM.

“Kalau kondisi kritis sudah tertangani kan pasiennya bisa berobat jalan, nanti kita akan koordinasikan dengan RSUD setempat. Jika terlalu jauh, nanti kita coba apa puskesmas terdekat dengan pasien bisa memberikan penanganan,” terangnya.

“Nanti kita akan bicarakan dengan Kemensos dan Dinas Sosial Tangerang untuk bagaimana mensupport pasien ini,” lanjutnya.

Di sisi lain, Direktur RSCM dr Lies Dina Liastuti menerangkan bantuan yang diberikan Kemenkes tidak sebatas pengobatan saja. Merujuk pada kasus bayi Kenzie, Kemenkes juga memberikan bantuan kepada keluarga korban selama menunggui di rumah sakit.

“Mereka butuh biaya hidup, antara lain adalah bagaimana ibunya nunggu di sini, makan dari mana. Kemudian saat sudah dipulangkan, untuk kontrol ke sini bagaimana cara transportasinya,” ungkapnya dalam konferensi pers, Rabu (14/6).