Tag: Penampakan

Begini Penampakan Suku di Afrika yang Terlahir Punya Kaki Bak Burung Unta


Jakarta

Suku Doma atau dikenal suku Vadoma di Zimbabwe, Afrika, kerap kali dijuluki sebagai ‘manusia burung unta’ karena kaki mereka yang aneh. Adapun kondisi ini dikenal ectrodactyly.

Ectrodactyly juga dikenal sebagai sindrom kaki dua atau sindrom cakar lobster. Sindrom ini merupakan kelainan genetik langka yang memengaruhi pertumbuhan kaki dan menyebabkan kaki tampak mirip dengan kaki burung unta.

Dipercaya bahwa mutasi yang langka tersebut terjadi pada sekitar satu dari setiap empat anak yang lahir dalam suku Vadoma. Sebagian besar anggota suku Doma kehilangan tiga jari kaki tengahnya dan hanya memiliki dua jari kaki luar, yang kemudian berubah menjadi bengkok.

suku vadoma yang memiliki kaki seperti burung untaSuku Vadoma mengidap kelainan langka hingga memiliki kaki seperti burung unta. Foto: Wikimedia Commons

Adapun kelainan yang langka ini disebabkan oleh kondisi dominan autosomal yang diakibatkan oleh mutasi tunggal pada kromosom 7.

Uniknya, anggota suku Doma menganggap kelainan yang terjadi secara turun-temurun pada kaki mereka itu bukan sebuah kecacatan. Mereka malah dengan bangga dengan jati diri mereka dan menganggap mutasi ini sebagai standing lebih baik daripada suku lain di daerah Kayemba, Zimbabwe.

Karena bentuk jari-jari kaki yang ‘aneh’, mereka tidak bisa memakai sepatu, tetapi mereka dapat berlari walaupun mengalami kesulitan. Mereka juga bisa memanjat pohon meskipun hanya memiliki dua jari kaki.

Meski memiliki cacat fisik dan keterbatasan, ini tak menjadi halangan bagi mereka untuk beraktivitas dan tetap aktif berburu, memancing, hingga mengumpulkan makanan.

Di samping itu, Penduduk Vadoma tidak diperbolehkan menikah di luar kelompok mereka. Dikutip dari Every day Star, hal ini bertujuan untuk mencegah penyebaran kondisi tersebut di suku lain. Karena aturan ini, suku Vadoma memiliki sejarah inces atau perkawinan sedarah.

Hal mengakibatkan akumulasi gen yang tidak beragam, pada akhirnya menyebabkan munculnya cacat fisik atau kondisi genetik langka.

Simak Video “Wanti-Wanti Peneliti Soal Flu Babi Afrika yang Masuk ke Indonesia
[Gambas:Video 20detik]
(suc/suc)

Penampakan Kursus Tersenyum di Jepang, Lupa Caranya gegara Kelamaan Pakai Masker

Jakarta

Banyak warga Jepang yang menjalani kursus tersenyum lantaran lupa bagaimana caranya untuk tersenyum imbas terbiasa menggunakan masker saat pandemi COVID-19. Mengingat pemerintah Jepang resmi mencabut rekomendasi memakai masker pada Maret lalu setelah kasus COVID-19 mereda.

“Orang-orang belum mengangkat pipi mereka di bawah pemakaian masker atau berusaha untuk banyak tersenyum,” kata Keiko Kawano, yang mengajar tersenyum melalui perusahaannya Egaoiku yang diterjemahkan menjadi “Pendidikan Senyum” kepada New York Occasions, dikutip Rabu (7/6/2023).

Kursus tersenyum ini membutuhkan biaya sekitar $55 AS atau sekitar Rp 817 ribu untuk satu sesi, dengan satu guru yang mengajari cara membangkitkan otot pipi dan menampilkan senyum yang memesona.

Students learn how to practice facial muscles with mirrors at a smile training course at Sokei Art School in Tokyo, Japan, May 30, 2023. REUTERS/Kim Kyung-Hoon     TPX IMAGES OF THE DAYCollege students learn to apply facial muscle groups with mirrors at a smile coaching course at Sokei Artwork Faculty in Tokyo, Japan, Might 30, 2023. REUTERS/Kim Kyung-Hoon TPX IMAGES OF THE DAY Foto: REUTERS/Kim Kyung Hoon

Kawano memberikan ajaran “Teknik Tersenyum Gaya Hollywood”, yang mengajarkan cara mendapatkan “mata bulan sabit” dan “pipi bulat”. Juga, belajar membentuk tepi mulut untuk memperlihatkan delapan gigi atas.

“Peningkatan empat kali lipat dalam permintaan untuk pelajaran pasca-COVID,” kata Kawano.

Pada bulan Mei lalu, kantor berita NHK (Nippon Housou Kyoukai) melakukan jajak pendapat yang mengatakan sekitar 55 persen orang Jepang masih memakai masker sesering rekomendasi menggunakan masker dicabut. Sementara sekitar 8 persen orang sudah tidak memakai masker lagi.

“Saya tidak banyak menggunakan otot wajah saya selama COVID,” Himawari Yoshida, seorang siswa Kawano yang berusia 20 tahun, menjelaskan kepada Reuters, menambahkan bahwa dia mengikuti kursus atas rekomendasi sekolahnya untuk mempersiapkan pasar kerja.

Simak Video “Jepang Turunkan Klasifikasi Covid-19 Jadi Setara Flu Biasa
[Gambas:Video 20detik]
(suc/up)