Tag: Risetnya

Ada Risetnya! Polusi Udara Ternyata Bisa Perpendek Umur Warga Indonesia

Jakarta

Seiring kualitas udara yang memburuk di Jabodetabek, sejumlah praktisi kesehatan menyoroti risiko penyakit pada masyarakat, khususnya yang sehari-harinya masih harus beraktivitas di luar rumah. Bahkan salah satu yang juga dikhawatirkan, tak lain risiko polusi udara yang parah dapat memperpendek usia warga.

Hal itu disinggung oleh Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Prof Tjandra Yoga Aditama, mengacu pada penelitian Air High quality Life Index (AQLI) examine di India dan sekitarnya pada 2021 yang menganalisa dampak polusi pada usia harapan hidup (life expectancy).

Analisa tersebut berdasar knowledge 2021, dengan kadar rata-rata tahunan PM2.5 di New Delhi adalah 126.5 µg/m³ , atau setara 25 kali lebih tinggi dari batas rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 5 µg/m³.

“Tingginya kadar polusi udara 2021 itu ternyata memberi dampak penurunan rentang usia (lifespan) penduduk New Delhi menjadi lebih pendek 11,9 tahun, kalau digunakan batas aman menurut WHO,” terangnya melalui keterangan tertulis diterima detikcom, Kamis (31/8/2023).

“Analisa lain, kalau menggunakan knowledge standar polusi nasional India maka penduduk New Delhi dapat kehilangan usia harapan hidup selama 8,5 tahun,” imbuh Prof Tjandra.

Lebih lanjut ia menjelaskan, penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa polusi bahan partikulat merupakan risiko terbesar yang mengancam kesehatan di India, bahkan melebihi dampak penyakit kardiovaskuler dan malnutrisi maternal berkenaan dengan penurunan angka usia harapan hidup.

Artinya secara rata-rata, penduduk India kehilangan 5,3 tahun usia harapan hidupnya akibat polusi partikel. Padahal dibandingkan penyakit lainnya, angka kehilangan usia harapan hidup akibat penyakit kardiovaskuler adalah 4,5 tahun dan akibat malnutrisi maternal dan bayi sebesar 1,8 tahun.

“Mengingat kita sekarang masih harus terus bergelut dengan polusi udara maka akan baik kalau juga dilakukan penelitian ‘Air High quality Life Index’ di negara kita, sehingga kita tahu pasti ada tidaknya dampak polusi udara pada usia harapan hidup kita bersama, dan kalau ada maka seberapa besar kehilangan tahun kehidupannya,” pungkas Prof Tjandra.

NEXT: Kondisi di Indonesia sudah segawat di India?

Simak Video “Ideas Kurangi Potensi Gangguan Kulit Akibat Polusi Udara Ekstrem
[Gambas:Video 20detik]

Viral Punya Pacar Nyebelin Bikin Cowok Lebih Sehat, Begini Hasil Risetnya

Jakarta

Viral di media sosial yang menyebut punya pacar menyebalkan bikin cowok lebih sehat. Benar nggak ya?

Sebuah penelitian menemukan, memiliki pacar yang menjengkelkan rupanya bisa bikin pria semakin rendah risiko masalah kesehatan seperti diabetes. Dikutip dari Brilliant Facet, penelitian tersebut dilakukan oleh para spesialis dari Michigan State College dan College of Chicago. Dalam risetnya, mereka menganalisis apakah sifat mudah marah pada wanita dapat berdampak pada kondisi kesehatan hubungan seseorang. Dalam hal ini, mereka berfokus pada potensi penyakit diabetes.

Penelitian ini melibatkan sebanyak 1.228 pasangan. Mereka ditanya tentang tingkat kepuasan yang mereka rasakan dalam hubungan mereka, seberapa bahagia mereka dengan pasangannya, dan apakah mereka sering menghabiskan waktu luang bersama.

Selain itu, mereka juga memberikan pandangan perihal seberapa besar mereka percaya terhadap pasangannya dan bersedia bersikap terbuka satu sama lain. Mereka juga menyampaikan kritik yang mereka punya perihal pasangannya masing-masing.

Dalam riset ini, muncul temuan bahwa wanita yang merasa hidup dalam lingkungan yang lebih positif memiliki risiko lebih rendah terkena diabetes di masa depan. Para peneliti menyebut, hal ini terjadi karena wanita-wanita tersebut lebih sadar tentang cara mereka berinteraksi dengan pasangan, yang secara signifikan berdampak pada kesehatan metabolisme tubuh mereka.

Uniknya, peneliti juga menemukan bahwa pria yang menjalin hubungan dengan wanita yang cenderung suka mengontrol, mengkritik, atau bahkan mengajukan banyak tuntutan juga tercatat memiliki risiko yang lebih rendah terkena diabetes di masa mendatang. Bahkan, pria-pria ini disebut memiliki kemampuan tubuh yang lebih baik untuk mengendalikan kadar gula setelah diabetes muncul.

Para ilmuwan menegaskan, kondisi fisik tersebut bukan ditimbulkan oleh konflik-konflik dalam hubungan, melainkan karena pasangan dari pria tersebut secara rutin memantau kesehatan pasangannya yang mungkin disampaikan dalam bentuk kritik atau tuntutan ‘menyebalkan’.