Tag: Semua

Menkes Sebut COVID-19 Lagi Naik di Semua Negara Termasuk Indonesia


Jakarta

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut tren kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia sejalan dengan laporan lonjakan pada banyak negara. Dirinya mengaku tidak heran lantaran gelombang infeksi COVID-19 umum terjadi setiap enam bulan.

Meski begitu, masyarakat diminta tidak panik, kenaikan kasus COVID-19 tidak memicu perawatan di RS membludak. Angka mattress occupancy price untuk COVID-19 secara nasional bahkan berada di bawah satu persen.

“Angka COVID di semua negara naik, di Indonesia juga naik. Kita tuh sempat ada di 50-an, 60-an kasus sehari. Jadi ya 200, 300, 400 persen naiknya. Kenaikan kita dari (angka) yang terkecil,” beber Budi kepada wartawan Kamis (7/12/2023).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mengacu pada pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang dihitung dari jumlah penduduk, kasus COVID-19 di Indonesia sangat terkendali, di bawah 6.000, 7.000 kasus termasuk kategori aman.

“Di WHO ada guidance-nya (pedoman) berapa kasus yang terbanyak adalah (dihitung) 20 per 100.000 populasi per hari. Jadi itung-itungannya kalau belum 7.000, 8.000 per hari itu masih masuk kategori aman, karena kan penyakit terjadi terus,” terang Menkes.

“Kalau sampai masih di bawah 6.000, 7.000 kasus untuk jumlah penduduk kita per hari ya aman.”

Bukan terkait mobilitas, peningkatan kasus COVID-19 diyakini Menkes karena adanya varian baru.

“Kenaikan COVID itu kan dulu ada yang banyak yang bilang Lebaran, liburan, itu tidak ilmiah. Secara ilmiah sudah dibuktikan, semua kenaikan COVID terjadi karena ada varian baru. Ya Omicron kan ada anak cucu gitu, dia bermutasi terus,” pungkas Budi Gunadi.

“Dia penularan lebih cepat tapi fatality price (kematian) rendah.”

Simak Video “Covid-19 Kembali Ngegas, Perlukah Pakai Masker Lagi?
[Gambas:Video 20detik]
(naf/naf)

Waka MPR Dorong Semua Pihak Antisipasi Naiknya Kasus Demensia & Alzheimer


Jakarta

Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mendorong langkah antisipasi dan kebijakan untuk mencegah ancaman Demensia dan Alzheimer di Indonesia. Ia pun meminta masyarakat untuk memahami kedua kondisi tersebut dan menerapkan hidup sehat untuk menghindarinya.

“Usia produktif yang lebih mendominasi mesti berimbang dengan penduduk lansia yang sungguh ‘berbahagia’ di masa tua. Karena penelitian telah menunjukkan bahwa sekitar 40 persen kasus Demensia dan Alzheimer dapat dihindari atau ditunda dengan gaya hidup sehat,” kata Lestari dalam keterangannya, Rabu (13/9/2023).

Diketahui dari knowledge BPS, jumlah penduduk lansia meningkat dari 18 juta jiwa (7,6 persen) pada 2010 menjadi 27 juta jiwa (10 persen) pada 2020. Angka tersebut diperkirakan akan terus meningkat menjadi 40 juta jiwa (13,8 persen) pada 2035.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Meningkatnya harapan hidup manusia dapat diasumsikan sebagai catatan positif dalam geliat pembangunan dan sistem kesehatan nasional. Meskipun, terdapat sejumlah pekerjaan rumah dalam bidang kesehatan terkait penyakit menular dan tidak menular,” ujar Rerie, sapaan Lestari dalam diskusi daring ‘Menangkal Ancaman Demensia dan Alzheimer di Indonesia yang digelar Discussion board Diskusi Denpasar hari ini.

Rerie pun mengulas knowledge World Alzheimer Report tahun 2019 yang menyebut sekitar 1,8 juta orang di Indonesia menderita Demensia. Angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 7,5 juta pada 2050 akibat populasi yang semakin lanjut usia. Sementara secara world, mengutip dari WHO, jumlah penderita Demensia akan meningkat 40 persen menjadi 78 juta jiwa pada tahun 2030.

“Sebetulnya gejala-gejala Demensia itu bisa diidentifikasi sejak awal. Kalau kita memiliki knowledge yang terverifikasi dan bisa dilakukan identifikasi. Kami meyakini bahwa angka yang disebut jauh lebih kecil dari angka yang sesungguhnya,” ujar Rerie.

Dikutip dari situs Alzheimer Indonesia (alzi.or.id), Demensia adalah kumpulan gejala penurunan progresif fungsi kognitif otak diantaranya gangguan daya ingat, gangguan berpikir, komunikasi, kemampuan pengambilan keputusan, mengendalikan emosi, dan fungsi otak lainnya. Demensia juga dapat disertai dengan gangguan perilaku dan kepribadian yang pada akhirnya mengganggu aktivitas sehari- hari.

Sementara itu, Demensia Alzheimer adalah jenis Demensia yang paling umum ditemui di masyarakat. Ini merupakan penyakit degeneratif sel saraf yang bersifat progresif perlahan. Rerie melanjutkan kondisi pikun yang dianggap regular oleh masyarakat merupakan bagian dari gejala Demensia.

“Pada umumnya, kita terbiasa dengan kata pikun atau kepikunan dan menganggapnya regular bagi mereka yang telah mencapai usia lanjut. Padahal, kepikunan bukanlah bagian regular dari penuaan, melainkan merupakan bagian dari gejala Demensia,” lanjut Rerie.

Menyambut bonus demografi tahun 2045, di mana penduduk usia produktif akan lebih banyak dibanding usia tidak produktif, Rerie mengajak seluruh pihak untuk membangun kebijakan terkait pencegahan ancaman Demensia dan Alzheimer di Indonesia.

Legislator dari Dapil Jawa Tengah II (Kabupaten Kudus, Jepara, dan Demak) ini mengatakan usia produktif merupakan modal dasar untuk membangun negara. Disamping itu, usia produktif juga harus diimbangi dengan penduduk lansia yang berbahagia di masa tua.

“Penduduk lansia yang berbahagia akan membuat keluarganya yang berusia produktif bisa lebih memaksimalkan diri dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sehari-hari,” tegas Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu.

Lebih lanjut, Rerie mengajak seluruh pihak untuk mendukung aksi membantu orang dengan Demensia, care giver, dan keluarga lintas generasi untuk sama-sama mendukung perawatan Demensia di Indonesia.

“Karena pada kenyataannya, orang dengan Demensia dan Alzheimer kebanyakan berasal dari negara berpenghasilan rendah dan menengah dan antara daerah perkotaan dan perdesaan. Kehadiran negara merupakan realisasi perlindungan konkret dalam kehidupan berbangsa,” pungkas Rerie.

Sebagai informasi, diskusi tersebut menghadirkan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Eva Susanti, Asisten Deputi BPJS Kesehatan Muhammad Cucu Zakaria, dan Ketua Umum Ikatan Dokter Saraf Indonesia Dodik Tugasworo sebagai narasumber. Adapun yang memoderatori diskusi yakni Tenaga Ahli Wakil Ketua MPR RI Anggiasari Puji Aryatie.

Selain itu, hadir pula sebagai penanggap Anggota Komisi IX DPR RI Nurhadi dan Pendiri Alzheimer Indonesia, Direktur Regional Alzheimer’s Illness Worldwide (ADI) wilayah Asia Pasifik, DY Suharya. Diskusi kemudian ditutup wartawan senior, Saur Hutabarat.

Simak Video “Mengenal Demensia Frontotemporal yang Diidap Bruce Willis
[Gambas:Video 20detik]
(akn/ega)