Tag: Wantiwanti

Pernah Kena Stroke? Dokter Saraf Wanti-wanti Serangan Berulang gegara Ini


Jakarta

Stroke merupakan penyakit penyebab kematian paling tinggi di Indonesia. Menurut information Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), angka kematian akibat stroke mencapai 132 kasus per 100 ribu penduduk.

Dibutuhkan penanganan yang cepat dan tepat pada pasien stroke, khususnya di fase awal. Hal ini perlu dilakukan agar kondisi kesehatan tidak memburuk atau risiko stroke untuk muncul kembali menjadi rendah. Sebenarnya apa saja faktor yang menyebabkan seorang pasien mengalami stroke untuk yang kedua kalinya?

Dokter spesialis neurologi dr Nyoman Angga Krisna Pramana, SpN FINR menuturkan bahwa seorang pasien stroke harus mendapat penanganan yang adekuat. Namun dalam beberapa kasus, faktor risiko atau penyebab stroke pada seorang pasien bisa sulit ditemukan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Contoh misalnya ada pasien stroke non-hemoragik, mencari apa penyebabnya aja sulit dan membutuhkan waktu. Apakah pembuluh darah lehernya yang bermasalah, atau pembuluh darah otak, atau jantungnya yang bermasalah,” ucap dr Nyoman dalam webinar Kenali dan Kendalikan Stroke Kemenkes, Jumat (3/11/2023).

“Kondisi ini mengakibatkan pencarian faktor risiko dari pasien ini menjadi tidak adekuat, terlepas dari problem-problem tersebut. Ketika pencarian faktor risiko tidak adekuat, maka penanganan juga bisa menjadi tidak adekuat,” sambungnya.

Selain itu, dr Nyoman juga menuturkan bahwa menjalani pengobatan penyakit stroke tidaklah mudah. Dalam pengalamannya, ia kerap menemukan pasien yang tidak dapat mengikuti ritme proses perawatan lantaran begitu panjang dan memerlukan banyak sekali obat. Mulai dari obat pengencer darah, anti kolesterol, hingga anti kencing manis tergantung bagaimana kondisi pasien.

Tak jarang akhirnya kondisi ini membuat pasien merasa kelelahan dalam menjalani pengobatan penyakit stroke.

“Sering kali pasien stroke tidak meminum semua obat ini dengan baik karena merasa capek, merasa lelah, atau ketika minum obat tidak merasakan banyak perubahan seperti itu. Jadi itu saya rasa faktor seseorang bisa menyebabkan stroke kedua,” pungkasnya.

Simak Video “Viral Cuitan Kiky Saputri, Apakah Stroke Kuping Benar Ada?
[Gambas:Video 20detik]
(avk/naf)

Ramai Pembalut ‘Reject’ Dijual Kiloan di Lapak On-line, Ini Wanti-wanti dr Boyke


Jakarta

Heboh pembalut ‘reject’ dijual kiloan. Banyak peminat lantaran harganya terbilang jauh lebih murah, yakni berkisar Rp 35-50 ribu untuk 100 lembar. Beberapa dari pembalut yang dijual di lapak on-line terlihat memiliki emblem yang jauh berbeda dengan yang dijual pasaran.

Deskripsi di beberapa market juga menunjukkan kualitas pembalut ini memiliki sejumlah kerusakan. Spesialis obgyn dr Boyke Dian Nugraha ikut berkomentar. Ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan jika terpaksa banget harus membeli pembalut ‘reject’ dan ‘repack’-an.

“Sepanjang pembalut itu sudah ada izin alat kesehatannya dari Kemenkes RI, itu pertama aman, hanya mungkin kalau expirednya sudah lebih dari 3 bulan hati-hati pemutihnya, kemudian zat-zat di dalamnya seperti pewanginya, kan biasanya mint atau bahan-bahan aktif di situ,” terang dia saat dihubungi detikcom Selasa (17/10/2023).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Reaksi yang mungkin dialami dari pemakaian pembalut reject adalah alergi pada vagina.

“Kemudian kalau dia di-rejectnya karena kesalahan atau kerusakan pembuatan kaya misalnya kapasnya kurang, lapisannya yang harusnya berapa lapis menjadi lebih sedikit, itu tentu terkait efektivitas,” sambung dia.

Artinya, efektivitas penyerapan darah menstruasi otomatis berkurang. Misalnya, dari yang seharusnya bisa menampung 50 cc, menjadi hanya 38 cc.

Di sisi lain, dr Boyke tetap menyarankan alternatif lain, alih-alih membeli pembalut repack atau reject. Misalnya, pemakaian kain seperti handuk kecil. Selain terbilang lebih nyaman, juga aman dipakai.

Meski tidak praktis, selama dicuci dengan detergen natural minim allergen, diyakini tidak memicu reaksi sensitif di space vagina.

“Saya sedih juga sampai lihat pada beli pembalut yang reject ya, sekarang kan ada handuk kecil yang tipis itu, bisa menyerap, nggak masalah juga, sebelum ada pembalut, dulu kan begitu. Handuk kecil dilipat, setelahnya dicuci bersih, itu juga kan jauh lebih aman,” terangnya.

“Dipakai oleh dia, dicuci oleh dia, sudah kering baru dipakai lagi, tetap bisa menyerap meskipun tidak praktis,” pungkasnya.

Simak Video “ Pedagang Bakso di Jembrana Viral karena Pelayanan Buruk Ternyata ‘Bercyandya’
[Gambas:Video 20detik]
(naf/up)

Wanti-wanti Buat yang Doyan Rebahan, Kata Dokter Bisa Bikin Mati Muda!

Jakarta

Disadari atau tidak, ada banyak orang yang mengadopsi gaya hidup tak aktif secara fisik alias malas gerak (mager). Ironisnya, gaya hidup yang sangat umum ini ternyata bisa membawa beberapa dampak yang buruk bagi kesehatan, bahkan bisa memicu peningkatan risiko kematian dini.

Pada sebagian orang, gaya hidup seperti ini biasanya terbentuk karena mereka menghabiskan banyak waktu dengan duduk di meja kantor dan selama berkendara. Sesampainya di rumah, mereka lalu kembali duduk bersantai di couch untuk melepas lelah. Padatnya aktivitas semakin membuat mereka kesulitan untuk meluangkan waktu berolahraga.

Spesialis penyakit dalam subspesialis hematologi onkologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof dr Zubairi Djoerban, SpPD-KHOM, mengatakan, orang yang menghabiskan 6 hingga 8 jam per hari untuk duduk berpotensi memiliki risiko-risiko tersebut.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Peningkatan risiko kematian dini dan penyakit jantung sebesar 12 hingga 13 persen,” ucapnya dikutip dari X, Selasa (10/10/2023).

Apa alasannya?

Prof Zubairi menjelaskan, seseorang yang duduk terlalu lama dapat memicu kadar kolesterol tinggi, terlebih kadar gula darah di dalam tubuhnya juga ikut terganggu. Hal inilah yang memicu terjadinya penumpukkan lemak.

“Lalu bisa terjadi penumpukan lemak di sekitar perut kita yang kesemuanya memudahkan timbulnya stroke dan jantung,” sambungnya lagi.

Di samping itu, jurnal yang diterbitkan di Nationwide Institute of Well being menemukan sedentary way of life yang ditandai dengan kurang aktivitas fisik terkait dengan penyakit diabetes melitus, kanker, dan penyakit kardiovaskular yang meningkatkan kematian dini.

Whole waktu duduk sehari-hari dan waktu menonton televisi berkorelasi dengan peningkatan risiko kematian. Dalam sebuah penelitian yang menganalisis angka kematian pada orang-orang dengan waktu duduk lebih dari 10 jam dan lebih 5 jam sehari, risikonya meningkat untuk mengalami gangguan kesehatan yang berujung kematian dini.

Simak Video “Penjelasan Kemenkes soal Kabar Vaksin HPV Bikin Mandul
[Gambas:Video 20detik]
(suc/kna)

Pandemi Illness X Disebut Sudah ‘OTW’, Pakar Wanti-wanti Bisa Picu 50 Juta Kematian


Jakarta

Pakar vaksin di Inggris Dame Kate Bingham mewanti-wanti perihal risiko kedatangan pandemi baru ‘Illness X’. Disebut-sebut penyakit ini akan menimbulkan kasus kematian yang jauh lebih besar dibandingkan pandemi sebelumnya, seperti COVID. Bahkan disebut bisa mencapai 50 juta kematian orang di dunia.

Dame mengatakan, dunia selama ini sedikit ‘beruntung’ karena COVID-19 tak lebih mematikan dibanding Illness X. Penyakit ini diprediksi tujuh kali lebih mematikan dari COVID-19.

Adapun Illness X ini merupakan julukan pandemi yang diberi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sejumlah pakar berpendapat penyakit ini sedang ‘OTW’ atau dalam perjalanan. Juga, penyakit ini diprediksi akan berasal dari virus yang memang sudah ada sebelumnya.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Pandemi flu pada tahun 1918-1919 menewaskan sedikitnya 50 juta orang di seluruh dunia, dua kali lebih banyak dari jumlah korban tewas dalam Perang Dunia I,” ujar Dame Kate dikutip dari Each day Categorical, Sabtu (30/9/2023).

“Saat ini, kita memperkirakan jumlah kematian yang sama disebabkan oleh salah satu dari sekian banyak virus yang sudah ada. Saat ini, terdapat lebih banyak virus yang sibuk bereplikasi dan bermutasi dibandingkan gabungan semua bentuk kehidupan lain di planet kita,” imbuhnya.

Dame mengatakan, tak semua kemungkinan penyakit baru menimbulkan ancaman besar bagi manusia. Namun Dame menyerukan dunia tak boleh lengah. Sebab banyak juga penyakit yang menimbulkan ancaman bagi manusia.

Ia juga mengimbau agar para ilmuwan memantau 25 keluarga virus, yang masing-masing terdiri dari ribuan virus dan berpotensi berkembang menjadi pandemi yang membawa bencana besar. Jumlah keluarga virus ini belum termasuk virus yang dapat berpindah dari hewan lain ke manusia.

Simak Video “Serba-serbi Illness X, Penyakit yang Diwanti-wanti WHO
[Gambas:Video 20detik]
(suc/suc)

Polusi Nggak Habis-habis, Dokter Jantung Wanti-wanti Risiko Darah Tinggi

Jakarta

Terpantau belum membaik, polusi udara masih menjadi ancaman tak kasat mata, memperburuk kualitas udara yang dihirup masyarakat Jabodetabek. Dampak kesehatan dari polusi juga tak ada habisnya.

Siapa sangka, efeknya pun bisa merambah ke sistem peredaran darah, khususnya terkait dengan risiko penyakit jantung.

Spesialis jantung dan pembuluh darah Dr dr Faris Basalamah, SpJP(Ok) FIHA, FAPSIC, FAsCC menjelaskan bahwa terdapat alur yang tidak langsung yang menghubungkan polusi udara dengan tekanan darah dan kesehatan jantung, yakni melalui faktor psikologis dan emosional individu.

“Kalau polusi, saya kira tidak ada hubungan yang langsung terhadap pembuluh darah, kecuali hubungan tidak langsung. Hubungan tidak langsung artinya, dia meningkatkan stressor, psikis sehingga itu juga akan mempengaruhi tekanan darah pada pembuluh darah,” kata dr Faris kepada detikcom, Selasa (22/08/2023).

Polusi Udara dan Stres

dr Faris menjelaskan bahwa meskipun tidak ada hubungan langsung antara polusi udara dengan pembuluh darah, hubungan tidak langsung bisa mempengaruhi secara signifikan.

Ia menegaskan bahwa polusi udara dapat bertindak sebagai pemicu ‘stressor’ bagi tubuh, terutama melalui faktor psikologis.

“Jadi alurnya lewat psikis, emosional, stres,” ungkapnya.

Hal ini dikarenakan polusi udara yang tinggi pada wilayah city seperti Jabodetabek dapat menghasilkan ketidaknyamanan, meningkatkan stres, dan berdampak pada keseimbangan emosional individu.

NEXT: Stres mikirin polusi bikin ‘darah tinggi’

Viral Anak Primary Roleplay di TikTok, Psikiater Wanti-wanti Bahaya yang Tak Disadari

Jakarta

Baru-baru ini jagat media sosial dibikin heboh oleh sebuah video di TikTok. Cuplikan video tersebut memperlihatkan seorang ayah yang memarahi anak perempuannya karena bermain roleplay (RP) di platform media sosial tersebut.

Setelah ditelusuri, si anak ternyata melakukan RP dengan sejumlah pengguna TikTok yang bahkan tidak dikenalnya. Parahnya lagi, konten RP yang dilakukan sudah berbau dewasa sampai-sampai bocah tersebut diceritakan sudah memiliki anak yang perannya dimainkan oleh person TikTok lain.

Fenomena ini pun menarik perhatian psikiater dr Lahargo Kembaren, SpKj. Ia menilai permainan roleplay di media sosial seperti itu bisa mengganggu perkembangan kepribadian anak.

“Jadi anak dan remaja itu jelas masih ada pertumbuhan dan perkembangannya. Pertumbuhan dan perkembangan ini bukan hanya fisik saja, tapi juga pertumbuhan dan perkembangan psychological emosional,” ungkapnya saat dihubungi detikcom, Minggu (18/6/2023).

dr Lahargo menyebut roleplay di media sosial bisa memicu terjadinya hal-hal yang tidak diharapkan, seperti pelecehan seksual dan kekerasan verbal. Dampaknya bisa menimbulkan efek traumatis pada anak.

“Itu akan tersimpan di alam bawah sadar anak, menjadi traumatis gitu. Setiap anak di fase umurnya bisa berkembang ke arah positif atau negatif tergantung bagaimana interaksi dan konflik yang terjadi di fase umur itu,” paparnya.

“Misalnya di melakukan permainan roleplay tadi, pembentukan jati dirinya itu menjadi rusak karena yang tadinya harusnya sesuai dengan norma nilai tapi menjadi kacau, dan menimbulkan kebingungan terhadap masalah psikologisnya,” sambungnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan permainan roleplay seperti yang sedang viral itu berpotensi mempengaruhi kemampuan anak dalam menilai realitas.

“Kemampuan menilai realitas yang terganggu ini bisa jatuh pada keadaan yang namanya psikotik. Psikotik itu dia tidak bisa membedakan mana yang nyata dan tidak nyata karena dia semakin meyakini bahwa dia sudah memiliki ataupun menjadi seseorang dalam roleplay tersebut. Maturitas atau kematangan sel-sel sarafnya masih belum cukup untuk bisa memahami situasi ini dan dalam pertumbuhan perkembangannya juga jadinya terganggu,” pungkasnya.

Simak Video “Menakuti Bocah Pakai Suara ‘Cekikikan’ Hantu Bisa Timbulkan Trauma
[Gambas:Video 20detik]
(naf/naf)