Tag: Konsumsi

Catat Nih! Cara Tepat Konsumsi Postinor 2, Kontrasepsi Darurat Pengganti KB


Jakarta

Postinor 2 adalah salah satu jenis pil kontrasepsi yang bersifat darurat. Pil ini mengandung levonorgestrel yang dapat mencegah kehamilan setelah berhubungan intim. Agar efektivitasnya terjaga, penting untuk mengetahui cara mengonsumsi postinor 2 yang benar.

Satu pill postinor 2 dapat dikonsumsi setelah melakukan hubungan seks tanpa perlindungan. Pill kedua dapat diminum setelah 12 jam pertama. Setelahnya, pil akan bekerja dan menimbulkan tanda-tanda keberhasilannya, seperti membuat perubahan dalam siklus menstruasi seseorang.

Harga obat postinor 2 bervariasi tergantung pada lokasi dan penyedianya. Penting untuk selalu mengkonsultasikan terlebih dahulu dengan profesional dan mengikuti petunjuk yang dianjurkan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lantas, bagaimana cara mengonsumsi postinor 2? Bagaimana efek samping dan cara kerjanya? Simaklah penjelasan berikut.

Apa itu Postinor 2?

Dikutip dari Semichealth, postinor 2 adalah obat kontrasepsi darurat yang digunakan untuk mencegah kehamilan setelah melakukan hubungan seksual tanpa pengaman. Obat postinor 2 dapat disebut juga dengan Plan B atau pil pencegah kehamilan.

Obat ini mengandung bahan aktif levonorgestrel. Tidak seperti postinor 1, postinor 2 mengandung dua pil, di mana keduanya diminum selambat-lambatnya dalam waktu 72 jam setelah melakukan hubungan seksual.

Manfaat Postinor 2

Obat ini pada dasarnya berfungsi untuk mencegah kehamilan. Pada setiap tabletnya terkandung 0,75 mg levonorgestrel sebagai bahan aktif yang berguna dalam mencegah atau memperlambat terjadinya ovulasi.

LANJUTKAN MEMBACA DI SINI

Simak Video “IBI: Pil KB Gunanya untuk melindungi Semua Perempuan
[Gambas:Video 20detik]
(naf/naf)

Wanita di Bandung Kena Gagal Ginjal Usia 22, Bisa Dipicu Konsumsi Obat Eating regimen?

Jakarta

Seorang wanita di Bandung bernama Della Hiariej membagikan pengalamannya mengidap gagal ginjal stadium akhir saat usianya masih 22 tahun. Mau tak mau Della harus menjalani cuci darah seumur hidup sembari menerima transplantasi ginjal.

Wanita yang kini berusia 25 tahun itu menduga penyebab dirinya mengalami gagal ginjal karena riwayat hipertensi yang dimilikinya sejak SMA. Selain itu, pola makan yang buruk dan penggunaan pil food plan menurutnya mungkin juga turut berkontribusi atas penyakit yang dialaminya itu.

“Sebenarnya yang paling parah itu hipertensi ke ginjal kate dokter-dokter. Yang lainnya aku tuh minum pil food plan. Jadi tiga bulan sebelum aku divonis, aku tuh minum obat food plan kapsul natural yang aku tuh salahnya nggak ngecek BPOM, nggak ngecek kandungannya, bukan dari dokter. Itu sih, itu fatalnya,” kata Della, dihubungi Senin (25/9/2023).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Terus, aku tuh pola makannya juga nggak benar. Namanya lagi food plan kan nggak lapar ya. Kan menekan nafsu makan. Udah makannya nggak benar, minum air putih kurang, obatnya nggak BPOM, nggak ke dokter, terus istirahat kurang, jam tidur berantakan,” sambungnya lagi.

Benarkah mengonsumsi pil food plan ada kaitannya dengan gagal ginjal?

Spesialis penyakit dalam, dr RA Adaninggar Primadia Nariswari, SpPD, mengatakan, penggunaan capsule food plan bisa jadi meningkatkan risiko seseorang terkena gagal ginjal. Meski begitu, dr RA Adaninggar menegaskan bukan berarti pil food plan serta-merta dapat menyebabkan gagal ginjal, tetapi juga bisa jadi karena ada faktor atau penyebab lainnya.

“Bisa jadi, tapi nggak bisa nuduh juga,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Kamis (28/9/2023).

Lebih lanjut, ia membeberkan terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab gagal ginjal kronik, yakni hipertensi, diabetes, dan autoimun. Namun, di luar itu, ada pula satu penyebab yang mungkin tak terlalu acquainted di masyarakat, yaitu glomerulonefritis kronis.

Glomerulonefritis kronis adalah salah satu penyebab gagal ginjal kronik yang banyak ditemukan di negara berkembang, termasuk Indonesia. Kondisi ini terjadi imbas peradangan akibat bakteri yang awalnya menyebabkan infeksi tenggorokan.

“Jadi infeksi di tenggorokan radang tenggorokan akibat bakteri tertentu dan tidak diobati dengan baik, maka itu akan menyebabkan peradangan ginjal yang berlangsung seringnya tidak bergejala,” ucapnya, dikutip dari Instagram, Kamis (28/9/2023).

“Penyebab lainnya adalah peradangan akibat obat-obatan natural, suplemen minuman, yang berisi zat-zat menyebabkan keracunan pada ginjal dan berlangsung secara kronis,” lanjutnya lagi.

Simak Video “Fakta Ginjal Kronis di Singapura, Estimasi Kasus Tembus 300 Ribu Pasien
[Gambas:Video 20detik]
(suc/vyp)

4 Hal yang Terjadi pada Tubuh saat Setop Konsumsi Kafein

Jakarta

Rutinitas pagi hari mengonsumsi kopi maupun teh menjadi salah satu kebiasaan sebagian orang meningkatkan konsentrasi, rasa waspada, hingga suasana hati. Hal ini dikarenakan keduanya mengandung kafein yang bisa memicu efek tersebut.

Namun, tidak sedikit dari mereka yang kemudian mendadak menyetop konsumsi kafein karena muncul beragam keluhan seperti gangguan pencernaan dan GERD. Tanpa disadari, imbasnya tubuh mengalami gejala putus zat atau disebut juga ‘caffeine withdrawal‘.

Tingkat keparahan gejala putus zat relatif beragam, tergantung dari seberapa banyak konsumsi kafein sebelumnya, hingga seberapa drastis orang tersebut mengurangi asupan kopi.

“Dengan penggunaan seiring waktu, otak menyesuaikan reseptornya untuk merespons efek kafein dan mengalami ketergantungan padanya,” kata Uma Naidoo, Direktur Psikiatri Nutrisi dan Gaya Hidup di Rumah Sakit Umum Massachusetts, dikutip dari Insider.

4 Hal yang Terjadi pada Tubuh saat Menyetop Kafein

Migrain

Orang yang mengurangi atau menghentikan kafein setelah sebelumnya rutin mengonsumsi, bisa jadi mengalami sakit kepala hebat seperti migrain. Sebagai molekul yang larut dalam lemak dan air, kafein dengan mudah melintasi penghalang darah hingga otak yakni menyempitkan, atau mempersempit pembuluh darah.

Menyempitkan pembuluh darah menyebabkan berkurangnya aliran darah, yang dapat membantu mengurangi nyeri migrain. Mengurangi atau menghentikan kafein secara tiba-tiba akan membuat pembuluh darah tiba-tiba meningkat. Peningkatan aliran darah yang dramatis ini dapat menyebabkan sakit kepala berdenyut-denyut, mirip dengan migrain.

Sakit kepala akan mereda begitu otak beradaptasi dengan perubahan aliran darah.

Kelelahan

Banyak orang mengonsumsi kafein di pagi hari untuk meningkatkan tingkat rasa waspada dan konsentrasi mereka. Kafein mencegah kelelahan dan meningkatkan kewaspadaan dengan memblokir reseptor adenosin di otak.

Adenosine adalah neurotransmitter yang memperlambat sistem saraf pusat, saat tubuh bersiap untuk tidur. Namun, ketika seseorang tiba-tiba berhenti atau mengurangi asupan kafeinnya, hal itu bisa berdampak sebaliknya dan membuat seseorang merasa lebih lelah di siang hari.

Gangguan Temper

Mengkonsumsi kafein dosis rendah dapat meningkatkan temper dan mengurangi perasaan cemas. Namun, mengonsumsi kafein dalam dosis sedang hingga tinggi bisa memicu perasaan cemas, gelisah, dan gugup.

Perubahan suasana hati ini terjadi karena efek kafein pada berbagai neurotransmiter. Ini termasuk dopamin, glutamat, dan norepinefrin. Dopamin mengaktifkan pusat kesenangan di otak dan berperan dalam mengatur emosi dan perilaku.

Studi 2015 menunjukkan kafein tidak secara langsung merangsang produksi dopamin. Sebaliknya, itu meningkatkan jumlah reseptor dopamin yang tersedia di otak. Ini dapat meningkatkan efek keseluruhan dopamin pada otak.

Berhenti mengonsumsi kafein secara tiba-tiba dapat menyebabkan perubahan dramatis pada bahan kimia yang ada di otak, yang berakibat pada munculnya perasaan cemas, depresi, atau mudah tersinggung.

Sembelit

Kafein merangsang kontraksi di usus besar dan usus. Kontraksi ini membantu memindahkan makanan dan bahan limbah melalui saluran pencernaan.

Orang yang rutin mengonsumsi kafein mungkin mengalami sembelit ringan setelah mengurangi asupan kafeinnya. Sebetulnya, sembelit bisa dicegah dengan mengonsumsi makanan kaya serat dan tetap terhidrasi.

NEXT: Cara Mencegahnya