Jakarta

Rutinitas pagi hari mengonsumsi kopi maupun teh menjadi salah satu kebiasaan sebagian orang meningkatkan konsentrasi, rasa waspada, hingga suasana hati. Hal ini dikarenakan keduanya mengandung kafein yang bisa memicu efek tersebut.

Namun, tidak sedikit dari mereka yang kemudian mendadak menyetop konsumsi kafein karena muncul beragam keluhan seperti gangguan pencernaan dan GERD. Tanpa disadari, imbasnya tubuh mengalami gejala putus zat atau disebut juga ‘caffeine withdrawal‘.

Tingkat keparahan gejala putus zat relatif beragam, tergantung dari seberapa banyak konsumsi kafein sebelumnya, hingga seberapa drastis orang tersebut mengurangi asupan kopi.

“Dengan penggunaan seiring waktu, otak menyesuaikan reseptornya untuk merespons efek kafein dan mengalami ketergantungan padanya,” kata Uma Naidoo, Direktur Psikiatri Nutrisi dan Gaya Hidup di Rumah Sakit Umum Massachusetts, dikutip dari Insider.

4 Hal yang Terjadi pada Tubuh saat Menyetop Kafein

Migrain

Orang yang mengurangi atau menghentikan kafein setelah sebelumnya rutin mengonsumsi, bisa jadi mengalami sakit kepala hebat seperti migrain. Sebagai molekul yang larut dalam lemak dan air, kafein dengan mudah melintasi penghalang darah hingga otak yakni menyempitkan, atau mempersempit pembuluh darah.

Menyempitkan pembuluh darah menyebabkan berkurangnya aliran darah, yang dapat membantu mengurangi nyeri migrain. Mengurangi atau menghentikan kafein secara tiba-tiba akan membuat pembuluh darah tiba-tiba meningkat. Peningkatan aliran darah yang dramatis ini dapat menyebabkan sakit kepala berdenyut-denyut, mirip dengan migrain.

Sakit kepala akan mereda begitu otak beradaptasi dengan perubahan aliran darah.

Kelelahan

Banyak orang mengonsumsi kafein di pagi hari untuk meningkatkan tingkat rasa waspada dan konsentrasi mereka. Kafein mencegah kelelahan dan meningkatkan kewaspadaan dengan memblokir reseptor adenosin di otak.

Adenosine adalah neurotransmitter yang memperlambat sistem saraf pusat, saat tubuh bersiap untuk tidur. Namun, ketika seseorang tiba-tiba berhenti atau mengurangi asupan kafeinnya, hal itu bisa berdampak sebaliknya dan membuat seseorang merasa lebih lelah di siang hari.

Gangguan Temper

Mengkonsumsi kafein dosis rendah dapat meningkatkan temper dan mengurangi perasaan cemas. Namun, mengonsumsi kafein dalam dosis sedang hingga tinggi bisa memicu perasaan cemas, gelisah, dan gugup.

Perubahan suasana hati ini terjadi karena efek kafein pada berbagai neurotransmiter. Ini termasuk dopamin, glutamat, dan norepinefrin. Dopamin mengaktifkan pusat kesenangan di otak dan berperan dalam mengatur emosi dan perilaku.

Studi 2015 menunjukkan kafein tidak secara langsung merangsang produksi dopamin. Sebaliknya, itu meningkatkan jumlah reseptor dopamin yang tersedia di otak. Ini dapat meningkatkan efek keseluruhan dopamin pada otak.

Berhenti mengonsumsi kafein secara tiba-tiba dapat menyebabkan perubahan dramatis pada bahan kimia yang ada di otak, yang berakibat pada munculnya perasaan cemas, depresi, atau mudah tersinggung.

Sembelit

Kafein merangsang kontraksi di usus besar dan usus. Kontraksi ini membantu memindahkan makanan dan bahan limbah melalui saluran pencernaan.

Orang yang rutin mengonsumsi kafein mungkin mengalami sembelit ringan setelah mengurangi asupan kafeinnya. Sebetulnya, sembelit bisa dicegah dengan mengonsumsi makanan kaya serat dan tetap terhidrasi.

NEXT: Cara Mencegahnya