Tag: Meninggal

RSHS Buka Suara soal Viral Pasien Cabut Gigi Bungsu Meninggal


Jakarta

Viral di media sosial pria asal Garut, Jawa Barat, yang dikabarkan meninggal dunia saat ingin menjalani operasi pencabutan gigi bungsu. Dalam unggahan yang beredar, pasien disebutkan mendapatkan tindakan anastesi di RS Hasan Sadikin Bandung.

Beberapa menit setelah anastesi, pasien disebut mengalami henti jantung dan dibawa ke ruang perawatan intensif. Selama dua minggu kondisi pasien tidak membaik hingga tubuhnya tidak bergerak sebelum dinyatakan meninggal.

Menanggapi kasus tersebut, Direktur Medik & Keperawatan dr. Iwan Abdul Rachman, SpAn, MKes mengatakan pihaknya turut berbelasungkawa atas kejadian yang terjadi. Dia mengatakan rumah sakit telah berupaya memberikan pelayana yang optimum kepada pasien.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Menanggapi video yang beredar di sosial media mengenai wafatnya salah seorang pasien setelah mendapatkan pelayanan dari RSHS Bandung, pertama-tama saya mewakli civitas hospitalia RS Hasan Sadikin, mengucapkan turut berduka cita atas kepergian beliau semoga beliau diberikan tempat yang terbagi di sisi-Nya,” kata Iwan dalam video yang diberikan melalui Humas RSHS Bandung, Sabtu (16/12/2023).

Pelayanan yang diberikan sudah sesuai dengan standar prosedur pelayanan yang ada di rumah sakit. Terkait informasi viral yang beredar dan diduga menuduh adanya malpraktik disayangkan oleh pihak RSHS Bandung.

“RSUP dr Hasan Sadikin menyayangkan adanya pihak yang membuat konten di sosial media tanpa adanya klarifikasi terlebih dahulu kepada pihak rumah sakit, namun demikian kami ucapkan terima kasih atas perhatian dan kepedulian seluruh pihak terhadap pelayanan di rumah sakit,” tambahnya.

Lanjutkan Membaca di SINI

Simak Video “Respons RSHS Bandung soal Viral Pasien Cabut Gigi Bungsu Meninggal
[Gambas:Video 20detik]
(kna/kna)

Influencer Umur 19 Tahun Meninggal usai Jalani Transplantasi Liver Darurat


Jakarta

Seorang influencer di Brasil, Maria Sofia Valim, meninggal dunia setelah menjalani transplantasi liver atau hati darurat. Ia meninggal dunia di usia yang masih muda, yakni 19 tahun.

Kabar duka ini disampaikan sang ayah sekaligus Walikota Caucaia, Brasil, Vitor Valim.

“Dengan rasa sakit dan kesedihan yang terdalam, saya memberi tahu semua orang tentang meninggalnya putri saya tercinta, Sofia,” tulisnya dalam pernyataan yang dikutip dari laman Folks, Rabu (13/12/2023).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Sayangnya, tubuhnya tidak dapat bertahan. Saya berterima kasih kepada semua orang atas doa dan kasih sayang yang diberikan kepada saya dan keluarga saya di saat penderitaan yang luar biasa ini,” sambungnya.

Sekitar dua hari sebelumnya, Vitor membagikan di Instagram bahwa Maria Sofia sudah menemukan donor yang cocok dan telah berhasil menjalani prosedurnya. Namun, sejauh ini ia belum menjelaskan penyebab putrinya harus menjalani transplantasi hati.

Vitor menjelaskan putrinya menjalani transplantasi hati sesuai dengan aturan yang berlaku. Sofia menemukan donor yang tepat di tengah kondisi yang sangat mendesak dan darurat itu.

“Pagi ini donor yang cocok telah ditemukan dan operasi berhasil dilakukan. Namun 48 jam ke depan masih akan dilakukan observasi agar dapat diketahui apakah tubuh Sofia akan menerima organ baru tersebut,” kata Vitor saat Sofia selesai menjalani transplantasi.

Namun, kondisi Sofia ternyata tidak semakin membaik. Sofia yang saat itu berusia 19 tahun meninggal dunia karena komplikasi kesehatan setelah menjalani transplantasi.

Simak Video “Kemenkes Ungkap Hasil Audit Kasus Mati Batang Otak
[Gambas:Video 20detik]
(sao/vyp)

Kematian Tragis Pengidap Polio, Meninggal karena Mati Listrik di Paru-paru Besi

Jakarta

Penanganan polio saat ini sudah jauh lebih baik dibandingkan pada saat pertama kali ditemukan. Penyakit yang menyerang sistem motorik di sumsum tulang belakang ini bisa membuat pengidapnya sangat sulit bernapas sendiri.

Seperti halnya yang dialami Dianne Odell, wanita di Tennessee, AS, yang hidup dengan paru-paru besi selama 60 tahun karena polio. Ia meninggal dunia di usia 61 tahun akibat tak bisa bernapas saat mati listrik, yang membuat alat penopang hidupnya itu tak berfungsi.

Dikutip dari LA Occasions, pada tahun 2008 tepatnya bulan Mei, terjadi badai petir yang mematikan listrik di rumahnya. Hal ini menyebabkan mesin logam besar yang telah membantu Dianne bernapas selama hampir 60 tahun itu berhenti bekerja.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kejadian itu terjadi sekitar jam 3 pagi ketika listrik padam di rumah Dianne di Jackson, sebuah kota kecil di Tennessee sekitar 90 mil timur laut Memphis.

Segala upaya telah dilakukan oleh keluarganya untuk menolong Dianne, termasuk upaya menggunakan generator darurat. Akan tetapi, pertolongan tersebut tetap tidak dapat mempertahankan pernapasannya lantaran generator darurat mereka tidak berfungsi.

Walhasil, ayah dan saudara ipar Dianne mencoba memompa paru-paru besi secara handbook sebagai upaya terakhir dan putus asa untuk memasukkan udara ke dalam paru-paru Dianne. Namun lagi-lagi, pemberian tindakan ini juga gagal dan membuat kondisi Dianne semakin kritis. Dianne kemudian dinyatakan meninggal dunia beberapa menit kemudian.

Sejak awal, orang tua Dianne, Freeman dan Geneva Odell, bertekad merawatnya di rumah, meski seluruh tubuhnya terbungkus dalam ruangan logam berbentuk silinder. Hanya kepalanya yang menjulur ke luar.

Dia berbaring telentang saat paru-paru logam menghasilkan tekanan positif dan negatif yang memungkinkan paru-parunya mengembang dan berkontraksi.

Di sisi lain, orang tua Dianne juga khawatir akan pemadaman listrik. Ayahnya Dianne, seorang veteran Perang Dunia II, memasang generator di halaman belakang sebagai sistem tenaga cadangan.

“Rasanya seperti mempunyai anak yang sakit dan tidak kunjung membaik,” kata Will Beyer, saudara iparnya.

“Tetapi dia adalah orang yang sangat unik, dan keluarganya mengurus semua kebutuhannya,” lanjutnya lagi.

Dokter pada saat itu juga sempat memberitahu orang tua Dianne bahwa umurnya tidak akan lama lagi. Namun karena semangatnya yang luar biasa untuk menjalani hidup, ia berhasil lulus SMA, mengambil kuliah, bahkan menulis buku dari dalam kompartemen yang tertutup rapat dan kedap udara.

Selain polio, beberapa tahun sebelum meninggal, Dianne juga memiliki riwayat stroke ringan.

NEXT: survivor polio lain dengan paru-paru besi

Yaya Unru Meninggal, Ini Alasan Serangan Jantung Terjadi Berulang

Jakarta

Aktor senior Yayu Unru meninggal dunia setelah dikabarkan terkena serangan jantung. Yayu mengembuskan napas terakhirnya pada Jumat (8/12/2023), pukul 07.05 WIB.

Anak Yayu, Naza Unru, menceritakan kronologinya saat ayahnya terkena serangan jantung. Karena kondisinya yang sangat parah, Yayu langsung tidak sadarkan diri.

“Jadi bapak kena dua kali serangan. Serangan pertama itu jam 21.00 WIB dan langsung dibawa ke IGD. Malam itu direncanakan untuk operasi pasang ring jam 07.00, tapi ternyata bapak kena serangan kedua jam 06.00 pagi,” ujarnya yang dikutip dari detikHot, Jumat (8/12/2023).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Itu serangannya parah banget dan langsung nggak sadarkan diri,” tuturnya.

Bagaimana serangan jantung bisa terjadi berulang?

Spesialis jantung dan pembuluh darah dari RS Siloam Lippo Karawaci dr Vito A Damay, SpJP, menjelaskan serangan jantung memang bisa terjadi secara berulang. Bisa terjadi dalam waktu beberapa bulan, tahun, atau bahkan beberapa bulan.

Serangan jantung berulang ini bisa terjadi karena adanya penyumbatan di pembuluh darah, yang terjadi pada serangan jantung yang pertama.

“Serangan jantung bisa terjadi dua bahkan tiga kali. Karena serangan yang pertama terjadi penyumbatan di pembuluh darah dan bisa diikuti dengan penyumbatan selanjutnya,” jelas dr Vito saat dihubungi detikcom, Jumat (8/12).

“Dan yang berikutnya terjadi kerusakan pada otot jantung, sehingga bisa menyebabkan korslet pada irama jantung, seperti aritmia yang berakibat deadly,” sambungnya.

Kronologi Wanita 24 Tahun Meninggal Kena Kanker, Gejala Awalnya Dikira Ambeien


Jakarta

Seorang wanita berusia 24 tahun meninggal dunia karena kanker usus stadium 4. Wanita bernama Mia Brehme, di Leigh, Larger Manchester, Inggris, itu awalnya tak sadar dan menganggap kondisi yang dialami merupakan gejala ambeien.

Mia awalnya mengeluhkan perdarahan di dubur pasca melahirkan putrinya yang kini berusia tiga tahun, Kyla Mae. Akan tetapi, perdarahan tersebut terus-menerus dialaminya hingga kondisinya semakin memburuk. Ia juga mengalami gejala kelelahan, mual, diare, hingga sembelit.

Ia menduga perdarahan itu akibat dari ambeien karena sempat melahirkan sebelumnya, mengingat kondisi tersebut umum terjadi pada ibu baru. Menurut Nationwide Well being Service UK, ambeien kerap hilang dalam beberapa hari setelah melahirkan. Namun ada pula yang bertahan hingga beberapa bulan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada Juni 2023, Mia memutuskan pergi ke dokter untuk memeriksakan diri. Namun karena dikira ambeien, ibu anak satu itu diberi obat krim oles di anusnya.

Setelah obatnya habis, perdarahannya tak kunjung berhenti. Mia akhirnya menjalankan tes lanjutan di rumah sakit. Hasilnya, ibu muda tersebut mengidap kanker usus stadium empat dan sudah menyebar ke bagian tubuh lain.

“Kami tidak pernah berpikir bahwa gejala yang dialami Mia bisa menjadi sesuatu yang serius, karena dia adalah seorang ibu muda yang sehat. Saya berharap, atas namanya, generasi muda dapat diperiksa dan nyawa dapat diselamatkan,” imbuh Kakak Mia, Alice (28) , dikutip dari Every day Mail.

“Itu sangat cepat. Kanker menyebar dengan sangat cepat pada orang muda, dan hal ini tidak saya sadari. Kondisinya memburuk dengan cepat, dan saya menghabiskan setiap hari di rumah sakit,” imbuhnya lagi.

Sebelum meninggal, Mia juga sempat menjalani kemoterapi. Akan tetapi, pengobatan tersebut tak menunjukkan hasil yang baik. Mia meninggal dunia pada bulan lalu di usianya yang masih muda, empat bulan setelah didiagnosis.

“Mia merayakan ulang tahunnya yang ke 24 di rumah sakit, pada tanggal 27 September. Kurang dari satu bulan kemudian, dia meninggal,” imbuh Alice.

Simak Video “Stigma Tentang Penyintas Kanker yang Diharapkan Hilang dari Masyarakat
[Gambas:Video 20detik]
(suc/naf)

Menyoal Komplikasi Kanker Paru Stadium 4, Diidap Kiki Fatmala Sebelum Meninggal


Jakarta

Kabar duka datang dari dunia hiburan Tanah Air. Aktris Kiki Fatmala meninggal dunia pada Jumat (1/12/2023). Pihak keluarga mengungkap penyebab meninggalnya Kiki Fatmala yakni komplikasi kanker.

“Kiki Fatmala meninggal dunia pada 1 Desember 2023 pada usia 56 tahun, karena komplikasi akibat kanker,” tulis pihak keluarga di akun @qq_fatmala, Jumat (1/12/2023).

Kiki Fatmala bercerita sempat didiagnosis kanker paru-paru stadium 4 pada November 2021. Ia lalu menjalani radioterapi, kemoterapi dan terapi imun untuk memulihkan kesehatannya.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kanker paru adalah suatu kondisi saat sel-sel tumbuh secara tidak terkendali di dalam organ paru-paru. Seperti jenis kanker lainnya, stadium kanker paru-paru dikategorikan berdasarkan seberapa luas penyebarannya di dalam tubuh. Hanya saja kanker paru biasanya baru ketahuan saat stadium lanjut.

“Semua penyakit kanker yang strong, itu dibedah dan bisa sembuh, hanya saja 80 persen ketemu stadium lanjut,” ujar Prof dr Elisna Syahrudin, PhD. SpP(Okay), Guru Besar Departemen Pulmonologi dan Kedoteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dalam temu media di Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (24/11).

dr Elisna menjelaskan kanker paru-paru stadium 4 berarti jenis kankernya sudah bermetastasis atau telah menyebar dari lokasi asalnya. Penyebaran kanker paru bisa di berbagai organ di tubuh, namun terbanyak di otak.

“Kadang-kadang menyebar ke hati, perutnya jadi membengkak. Ke tulang, dada nyeri. Sakit kepala, nyeri kepala hebat. Penyebaran paling banyak adalah ke otak dan ke tulang,” tuturnya.

Angka kematian kanker paru disebut termasuk tinggi karena kebanyakan pasien datang dalam kondisi stadium lanjut. Sekitar 70 persen kasus kanker paru di Indonesia merupakan usia produktif.

“Pengobatan untuk kanker paru itu bisa bedah, bisa radioterapi, bisa kemoterapi, bisa terapi goal, bisa imunoterapi. Tidak semua orang sama pilihannya,” tandasnya.

Simak Video “Dokter Paru: Pneumonia Sudah Lama Ada di Indonesia, Gejalanya Sangat Ringan
[Gambas:Video 20detik]
(kna/suc)

Kemenkes Bicara Etik Viral Bayi 1,5 Kg Meninggal Disebut usai New child Pictures


Jakarta

Belakangan ramai bayi prematur 1,5 kg di Tasikmalaya meninggal dunia, disebut-sebut pasca dijadikan evaluation konten ‘new child pictures’ oleh klinik, tempat dirinya lahir, tanpa persetujuan orang tua. Kasus tersebut tengah ditangani Dinas Kesehatan setempat, yang juga membentuk Majelis Adhoc untuk penelusuran lebih lanjut dalam proses investigasi.

Direktur Jenderal Pelayanan Kementerian Kesehatan RI Azhar Jaya menyebut pihaknya sudah memberikan keleluasaan penuh kepada pemerintah daerah untuk mengusut kasus terkait. Laporan element meninggalnya bayi pasca melakukan sesi ‘new child pictures’ termasuk hasil pemeriksaan, diminta Kemenkes RI segera dilengkapi Dinkes, untuk kemudian diserahkan selambatnya pekan depan.

“Jadi saya sudah menugaskan Dinas Kesehatan Tasikmalaya untuk melakukan pemeriksaan, pendahuluan, dan melaporkan hasilnya ke Kemenkes RI, paling lambat minggu depan, Senin saya tunggu hasilnya,” tutur Azhar saat ditemui detikcom di RSAB Harapan Kita, Rabu (22/11/2023).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Azhar mengaku belum melihat medical file bayi tersebut, sehingga enggan berkomentar banyak. Namun, satu hal yang disorot adalah kemungkinan pelanggaran secara etis.

Hal ini juga masih perlu dipastikan melalui sidang bersama organisasi profesi terkait.

“Sebenarnya menurut saya ini agak sedikit tidak biasa dilakukan, dan apakah ini masuk ke ketegori etis? Melanggar etis atau tidak, nanti kita akan lihat komite etik daripada bidan,” pungkasnya.

Sebelumnya diberitakan, orangtua bayi mengaku tidak terima saat anaknya dijadikan mannequin untuk sesi foto, terlebih dalam kondisi memerlukan perawatan intensif. Hal ini diutarakan saudara orangtua tersebut, dalam unggahan postingan media sosial Instagram.

“Bayi 1,5 kg kalian beginikan tanpa ada izin dari pihak keluarga, tanpa ada pemberitahuan dari pihak keluarga. Yang harusnya ini bayi di inkubator dan diberikan perawatan yang intensif, malah kalian buat evaluation dan konten. Dimana hati nurani kalian? Ini manusia loh bukan binatang,” sebutnya seperti dilihat detikcom Rabu (23/11/2023).

Simak Video “Kemenkes Ungkap Satu Kasus Baru Cacar Monyet di Jakarta
[Gambas:Video 20detik]
(naf/up)

Respons Kemenkes soal Bayi Prematur 1,5 Kg Meninggal usai Jadi Konten Evaluate Klinik


Jakarta

Viral laporan seorang bayi prematur seberat 1,5 kg dijadikan konten evaluate ‘new child pictures’ tanpa izin di klinik tempatnya lahir, Tasikmalaya. Pengakuan ini semula diunggah dalam akun Instagram saudara orang tua yang bersangkutan @nadiaanastasyasilvera.

“Bayi 1,5 kg kalian beginikan tanpa ada izin dari pihak keluarga, tanpa ada pemberitahuan dari pihak keluarga. Yang harusnya ini bayi di inkubator dan diberikan perawatan yang intensif, malah kalian buat evaluate dan konten. Dimana hati nurani kalian? Ini manusia loh bukan binatang,” sebutnya seperti dilihat detikcom Rabu (23/11/2023).

Bayi tersebut dilaporkan meninggal dunia pasca staf medis diduga melakukan kelalaian yang mengarah ke malpraktik. Nakes terkait dilaporkan ke kepolisian untuk dimintakan pertanggungjawaban.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara Kementerian Kesehatan RI menyerahkan pengusutan lebih awal kepada pemerintah daerah setempat.

“Ini kan di pemerintah daerah setempat dulu ya. Kemenkes sudah memberikan standar pelayanan medis,” tutur Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik dr Siti Nadia Tarmizi, saat dihubungi Selasa (22/11).

“Sudah ditangani Dinkes setempat,” lanjut dia.

Mengacu ketentuan Undang Undang kesehatan baru, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya membentuk Majelis Adhoc untuk perkara pengaduan dugaan kasus malpraktik. Majelis Adhoc adalah tim khusus pencari fakta yang melakukan investigasi laporan dari pasangan Erlangga Surya (23) dan Nisa Armila (23) warga Leuwimalang Kelurahan Sukamulya Kecamatan Bungursari Kota Tasikmalaya.

“Hari ini kami lakukan rapat pembahasan, hasilnya kami putuskan untuk membentuk Majelis Adhoc yang berfungsi untuk penegakan disiplin kinerja tenaga kesehatan dan bidan berkaitan dengan kasus ini,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Uus Supangat, Selasa (21/11/2023), dikutip dari detikJabar.

“Pembentukan Majelis Adhoc ini merupakan amanat UU Kesehatan untuk menangani pengaduan terkait layanan kesehatan. Tim diberi waktu 14 hari ke depan untuk bekerja menggali fakta dan memutuskan ada tidaknya pelanggaran,” kata Uus.

Majelis Adhoc menurut meliputi tenaga profesi, asosiasi klinik, tokoh masyarakat.

“Laporan sementara dari pihak keluarga ada keluhan-keluhan yang disampaikan, dimana bayi meninggal dunia karena ada kelalaian-kelalaian yang menurut pasien dilakukan pihak klinik,” kata Uus.

Simak Video “Viral Bayi 5 Bulan Disebut ‘Hamil’, Ini Hasil Diagnosisnya
[Gambas:Video 20detik]
(naf/up)

Matthew Perry Meninggal, Sempat Ungkap Perjuangannya Lepas dari Kecanduan Narkoba

Jakarta

Bintang ‘Associates’ Matthew Perry meninggal pada usia 54 tahun. Perry ditemukan meninggal setelah diduga tenggelam di sebuah rumah di Los Angeles, California, pada Sabtu (28/10/2023).

Pemeran Chandler Bing ini mengungkapkan kisah hidupnya di dalam memoarnya yang rilis tahun 2022 lalu. Ia buka-bukaan tentang kehidupan, karier, dan perjuangannya melawan kecanduan narkoba dalam memoar yang berjudul ‘Associates, Lovers, and the Massive Horrible Factor’ tersebut.

Di dalam memoarnya, Perry merinci kehidupan keluarganya yang penuh gejolak, perjuangannya dalam melawan kecanduan narkoba dan alkohol, serta hubungan romansanya dengan bintang-bintang seperti Julia Roberts dan Valerie Bertinelli.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, pesan utama memoar tersebut adalah seorang pria yang bersyukur karena bertahan hidup dan untuk mengungkap kehidupan nyata di balik salah satu karakter sitkom yang paling dicintai di dunia.

Faktanya, kepada The New York Occasions menjelang perilisan buku ini, Perry sempat mengungkap bahwa beberapa momen terindahnya di serial Associates ternyata diiringi oleh masa-masa paling kelam dalam kehidupannya, dikutip dari Leisure Tonight.

Sempat Kecanduan Alkohol dan Narkoba

“(Saya) berada di puncak tertinggi saya di Associates, titik tertinggi dalam karier saya, momen ikonik di acara ikonik,” katanya.

“Ketika Anda seorang pecandu narkoba, itu semua adalah matematika. Saya tidak melakukannya untuk merasa senang atau merasa baik. Saya tentu saja bukan seorang yang suka berpesta; saya hanya ingin duduk di couch saya, meminum lima butir Vicodin dan menonton movie. Itu adalah surga bagi saya. Sekarang tidak lagi,” sambungnya.

Perry tidak segan-segan menggambarkan besarnya masalah narkoba dan alkohol yang dialaminya. Selain kebiasaan Vicodin-nya, yang mencapai 55 pil sehari selama musim ketiga Associates, ia menyebutkan bahwa dirinya pun menggunakan dan menyalahgunakan Xanax, OxyContin, Dilaudid, metadon, buprenorfin/subokson, kokain, dan banyak vodka.

Dirinya mengaku bahwa ia tidak pernah mabuk saat syuting Associates, tetapi mengakui bahwa kecanduannya mengganggu performa aktingnya. Bahkan, Perry mengatakan bahwa ia tidak merasakan apa-apa ketika Associates berakhir.

Perry ingat menyaksikan rekan-rekan pemerannya terisak di sekelilingnya saat Associates merekam episode terakhir mereka pada tahun 2004, tetapi mengatakan bahwa obat detoksifikasi yang ia konsumsi pada saat itu membuatnya mati rasa.

“Saya tidak merasakan apa-apa; saya tidak tahu apakah itu karena buprenorfin opioid yang saya konsumsi, atau apakah saya hanya mati rasa di dalam,” katanya.

Sempat Idap Perforasi Gastrointestinal

Sang aktor sempat beberapa kali dirawat inap akibat penyalahgunaan narkoba dan alkohol. Namun, buku ini dimulai dengan keadaan darurat medisnya yang paling mengerikan, yakni ketika dia menderita perforasi gastrointestinal pada usia 49 tahun setelah usus besarnya pecah akibat penggunaan opioid yang berlebihan.

Perry menghabiskan dua minggu dalam keadaan koma dan lima bulan di rumah sakit. Ia pun harus menggunakan kantong kolostomi untuk menampung feses selama sembilan bulan.

“Para dokter mengatakan kepada keluarga saya bahwa saya hanya memiliki peluang dua persen untuk hidup,” katanya kepada Individuals pada saat itu.

“Saya dipasangkan sebuah alat yang disebut mesin ECMO, yang melakukan semua pernapasan untuk jantung dan paru-paru. Dan itu disebut Salam Maria. Tidak ada seorang pun yang bisa selamat dari itu,” sambungnya.

Perry mengungkapkan dalam buku tersebut bahwa ia menjalani 14 kali operasi pada perutnya, dan bekas luka tersebut menjadi ‘pengingat untuk tetap sadar’.

Namun faktor pendorong terbesar untuk menjauhi narkoba datang dari terapisnya, yang mengatakan kepadanya, “Lain kali jika Anda berpikir untuk menggunakan Oxycontin, pikirkan saja tentang memiliki kantong kolostomi seumur hidup Anda.”

Memiliki Keinginan untuk Berkeluarga

Salah satu hal yang sangat diharapkan Perry di sisa hidupnya adalah jatuh cinta dan membangun sebuah keluarga.

Dia sempat melamar mantan pacarnya, Molly Hurwitz, ketika sedang menjalani rehabilitasi di Swiss pada tahun 2019. Namun pada akhirnya, Perry memutuskan hubungan dengan Hurwitz, dan mengatakan bahwa dia mengakhiri hampir semua hubungan yang pernah dijalaninya.

“Itulah yang saya takutkan. Itulah yang saya wujudkan, sesuatu yang salah dengan mereka. Dan kemudian saya putus dengan mereka. Tetapi tidak mungkin ada sesuatu yang salah dengan semua orang. Saya adalah orang yang paling sering salah. Saya pergi lebih dulu karena saya pikir mereka akan menghancurkan saya,” katanya kepada Individuals.

Meskipun Perry mengakui bahwa ia memiliki ketakutan yang luar biasa tentang cinta, ia mengatakan bahwa, melalui banyak usaha, dirinya telah berhasil mengatasi rasa takut itu. Mengenai siapa orang tersebut, Perry mengatakan bahwa dia mencari seseorang yang mandiri dan benar-benar peduli kepadanya.

“Orang berikutnya yang benar-benar saya anggap serius adalah seseorang yang akan membuat saya jatuh cinta dan tidak takut dengan hal-hal yang dulu membuat saya takut,” ungkapnya.

“Dalam segala hal, terutama secara finansial karena saya beberapa kali ditipu oleh wanita yang menginginkan uang saya, tanpa benar-benar peduli dengan saya,” tambahnya.

Perry juga ingin memiliki anak, dan mengatakan bahwa dia ingin menjadi seorang ayah. Kesehatan, pasangan, dan anak-anak adalah hal-hal yang Perry yakin akan bisa dia dapatkan dalam ketenangan.

“Saya pikir saya akan menjadi ayah yang hebat. Sungguh. Saya tumbuh dengan banyak anak kecil di sekitar saya, dan mungkin itulah alasannya, tapi saya tidak sabar menunggu,” imbuh sang aktor.

Simak Video “Respons Mikha Tambayong soal Banyak yang Olahraga karena Tren
[Gambas:Video 20detik]
(kna/kna)

Shena Malsiana Meninggal Dunia, Sempat Berjuang Lawan Lupus Nefritis

Jakarta

Penyanyi Shena Malsiana meninggal dunia di usia 32 tahun. Adapun kabar kepergian Eks kontestan X Issue Indonesia itu dibagikan melalui unggahan Instagram pribadinya pada Rabu (25/10/2023).

Sampai saat ini masih belum diketahui penyebab kematiannya. Namun sebelum meninggal, Shena diketahui tengah berjuang melawan penyakit lupus nefritis. Penyakit tersebut diidapnya sejak 2021 sampai menyebabkan gagal ginjal kronik Persistent Kidney Illness (CKD).

Shena juga sempat membagikan masa-masa pemulihannya di akun TikTok-nya dan menjalani transplantasi ginjal di RS Cipto Mangunkusumo.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Kebetulan pendonor ginjalnya adalah ibu gue sendiri karena yang lebih baik mendonorkan ginjalnya itu yang berelasi ya entah itu adik, kakak, orang tua atau keluarga jauh,” kata Shena di akun TikTok pribadinya Juni 2023 lalu.

Apa Itu Lupus Nefritis?

Dokter spesialis penyakit dalam Dr dr Sukamto Koesnoe, SpPD-KAI, FINASIM, menjelaskan lupus nefritis adalah peradangan pada ginjal yang terjadi sebagai akibat dari sistem kekebalan tubuh yang salah sasaran atau disebut autoimun. Kondisi ini biasanya terjadi pada orang dengan lupus sistemik eritematosus (SLE), penyakit autoimun yang dapat memengaruhi berbagai bagian tubuh, termasuk kulit, sendi, ginjal, dan organ lain.

Sampai saat ini penyebab pasti lupus nefritis belum sepenuhnya dipahami. Namun, diyakini dipicu oleh sistem kekebalan subuh yang salah sasaran dan menyebabkan peradangan pada ginjal.

“Faktor genetik dan lingkungan juga mungkin berperan,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Jumat (27/10/2023).

“Gejala lupus nefritis bisa bervariasi dari ringan hingga berat. Gejala yang mungkin termasuk protein dalam urine, darah dalam urine, peningkatan tekanan darah, pembengkakan di sekitar mata, kaki, atau kaki, dan penurunan fungsi ginjal. Beberapa orang mungkin juga mengalami kelelahan, sakit sendi, dan ruam kulit, yang merupakan gejala lupus sistemik,” imbuhnya lagi.

Alasan Lupus Nefritis Picu Gagal Ginjal

Menurut dr Sukamto, alasan lupus nefritis bisa memicu gagal ginjal kronik lantaran kondisi tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal jika tidak diobati. Peradangan kronis pada ginjal akibat lupus nefritis dapat mengarah pada gagal ginjal kronik, yang berarti ginjal tidak dapat lagi melakukan fungsinya dengan baik.

“Selain gagal ginjal kronik, lupus nefritis juga dapat menyebabkan komplikasi lain, seperti hipertensi (tekanan darah tinggi), gangguan elektrolit, peradangan pada jantung, dan masalah kesehatan lainnya,” sambungnya.

Simak Video “Riwayat Sakit Shena Malsiana Sebelum Meninggal
[Gambas:Video 20detik]
(suc/kna)