Tag: Misterius

Pneumonia ‘Misterius’ Merebak di China-Belanda, Kemenkes Imbau Warga Jangan Panik


Jakarta

Kementerian Kesehatan RI mengimbau masyarakat agar tak panik menyusul penyebaran undefined pneumonia atau disebut pneumonia misterius. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, dr Imran Pambudi mengatakan masyarakat sebaiknya meningkatkan kewaspadaan diri, terlebih bila melakukan perjalanan ke luar negeri.

“Masyarakat tetap tenang, jangan panik,” kata dr Imran, dalam konferensi pers, Rabu (29/11/2023).

Sebelumnya, negara China saat ini tengah mengalami ancaman serius terhadap penyebaran pneumonia misterius sejak November 2023. Selain China, penyakit ini juga telah dilaporkan di Belanda. Adapun sebagian besar kasus didominasi pada anak-anak.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut dr Imran, pneumonia yang saat ini merebak di China sebenarnya sama dengan pneumonia yang terjadi di masyarakat, yakni disebabkan oleh infeksi bakteri maupun virus. Berdasarkan laporan epidemiologi, kebanyakan kasus pneumonia di sana disebabkan oleh mycoplasma pneumoniae.

Mycoplasma merupakan bakteri penyebab umum infeksi pernapasan (respiratory) sebelum COVID-19. Bakteri ini diketahui memiliki masa inkubasi yang panjang, sehingga penyebarannya tak secepat virus penyebab pandemi COVID. Juga, tingkat fatalitasnya tergolong rendah.

Di sisi lain, Kementerian Kesehatan RI sudah melakukan berbagai upaya mitigasi untuk mengantisipasi merebaknya mycoplasma pneumonia di Indonesia. Salah satunya, menerbitkan Surat Edaran Nomor : PM.03.01/C/4632/2023 tentang Kewaspadaan Terhadap Kejadian Mycoplasma Pneumonia di Indonesia.

Surat Edaran yang ditandatangani Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Maxi Rein Rondonuwu pada 27 November 2023 ini memuat sejumlah langkah antisipasi yang harus dilakukan oleh seluruh jajaran kesehatan dalam menghadapi penyebaran mycoplasma pneumonia di Indonesia.

Melalui surat edaran tersebut, Kemenkes juga telah mendorong fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) dan pintu masuk negara untuk aktif pelaporan temuan kasus pneumonia melalui saluran yang disediakan, yakni Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon Occasion Primarily based Surveillance (SKDREBS)/Surveilans Berbasis Kejadian (SBK) maupun ke PHEOC.

“Kami mengimbau kepada Dinas Kesehatan, rumah sakit maupun pintu masuk negara agar segera melaporkan apabila ada indikasi kasus yang mengarah pada pneumonia,” terangnya.

dr Imran mengatakan, upaya mitigasi tidak bisa dilakukan pemerintah sendiri, melainkan harus dibarengi dengan komitmen seluruh masyarakat agar pengendalian pneumonia lebih optimum. Berikut adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan masyarakat untuk mengantisipasi penularan pneumonia di Indonesia.

  • Pertama, melakukan vaksin untuk melawan influenza, COVID-19, dan patogen pernapasan lainnya jika diperlukan
  • Kedua, tidak melakukan kontak atau menerapkan jaga jarak aman dengan orang yang sakit
  • Ketiga, memastikan memiliki ventilasi yang baik. Keempat, membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti mencuci tangan memakai sabun antiseptik dan air mengalir
  • Kelima, apabila merasa kurang enak badan atau sakit, sebaiknya tidak keluar rumah dan tetap menggunakan masker dengan baik serta benar.

“Segera ke fasyankes terdekat jika ada tanda gejala, batuk dan/atau kesukaran bernapas disertai dengan demam,” kata dr Imran.

Simak Video “Kasus Pneumonia ‘Misterius’ Anak Belanda Meningkat Hampir 25%
[Gambas:Video 20detik]
(suc/suc)

Kata Dokter Paru soal Mycoplasma di Balik Kasus Pneumonia ‘Misterius’ China


Jakarta

Kasus pneumonia ‘misterius’ di China bikin ketar-ketir. Sejumlah rumah sakit di China melaporkan lonjakan kasus yang membuat petugas medis kewalahan.

Ada banyak dugaan mengenai penyebab pneumonia ‘misterius’ yang terjadi di China. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan otoritas China menyebut pemicunya bukan patogen baru, salah satunya mycoplasma atau mikoplasma.

Mycoplasma pneumoniae merupakan bakteri yang dapat menyebabkan penyakit dengan cara merusak lapisan sistem pernapasan seperti di tenggorokan, paru-paru, batang tenggorokan. Hanya saja kasusnya disebut jarang terjadi sehingga tetap perlu dilakukan kewaspadaan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Memang mycoplasma dapat menimbulkan pneumonia, tetapi tidak sering, sering disebut atipikal. Karena itu peningkatan kasus yang terjadi di Tiongkok ini perlu diwaspadai dan perlu dianalisa secara element kenapa kok jadi penyebab,” kata spesialis paru sekaligus guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Tjandra Aditama, SpP saat dihubungi detikcom, Rabu (29/11/2023).

Prof Tjandra juga menilai perlu ada penelitian lebih lanjut terkait pemicu lonjakan kasus pneumonia di China yang terjadi beberapa waktu terakhir. Masyarakat juga diimbau untuk terus mengikuti informasi akurat mengenai kejadian tersebut baik lewat WHO atau Kemenkes RI.

“Yang paling rentan tentu anak-anak dan lansia, tapi pada dasarnya (mycoplasma) bsa mengenai semua usia,” tambahnya.

Lebih lanjut mengenai Mycoplasma pneumoniae, laman CDC menjelaskan bakteri Mycoplasma pneumoniae umumnya menyebabkan infeksi ringan pada sistem pernapasan. Terkadang bakteri ini dapat menyebabkan infeksi paru-paru yang lebih serius sehingga memerlukan perawatan di rumah sakit.

Ketika seseorang yang terinfeksi M. pneumoniae batuk atau bersin, mereka bisa mengeluarkan droplet yang mengandung bakteri tersebut. Orang lain dapat tertular jika mereka menghirup droplet itu.

Infeksi Mycoplasma pneumoniae paling sering terjadi pada orang dewasa muda dan anak-anak usia sekolah, namun dapat menyerang siapa saja. Orang yang tinggal dan bekerja di lingkungan ramai mempunyai risiko lebih tinggi.

Anak-anak di bawah usia 5 tahun yang terkena infeksi Mycoplasma pneumoniae mungkin memiliki gejala yang berbeda dengan anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa. Sebaliknya, mereka mungkin mengalami gejala seperti flu berikut:

  • Bersin
  • Hidung tersumbat atau berair
  • Sakit tenggorokan
  • Mata berair
  • Mengi
  • Muntah
  • Diare

Simak Video “Kasus Pneumonia ‘Misterius’ Anak Belanda Meningkat Hampir 25%
[Gambas:Video 20detik]
(kna/naf)

Edaran Pneumonia ‘Misterius’ China, RI Perketat Pintu Masuk-Pantau Kasus Mycoplasma


Jakarta

Kementerian Kesehatan RI merilis surat edaran resmi kewaspadaan pemerintah soal laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait pneumonia misterius. Meski belum diketahui secara pasti penyebab dari pneumonia yang marak dilaporkan, temuan awal otoritas China mengarah pada kasus mycoplasma pneumoniae yang ditemukan di 40 persen dari complete kasus.

Mycoplasma merupakan infeksi umum pernapasan, sebelum COVID-19 mewabah. Di china, kasus tersebut meningkat sejak Mei 2023, kemudian di Oktober 2023, angka kesakitan akibat respiratory syncytial virus (RSV), adenovirus, dan influenza juga mulai banyak dilaporkan, beberapa pasien mengalami infeksi kombinasi virus.

Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit bergerak cepat dengan menerbitkan Surat Edaran Nomor: PM.03.01/C/4632/2023 tentang Kewaspadaan Terhadap Kejadian Mycoplasma Pneumonia di Indonesia.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Surat edaran yang terbit Senin (27/11/2023), ditujukan kepada seluruh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Direktur/Kepala Rumah Sakit, Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan dan Kepala Puskesmas di Indonesia.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Maxi Rein Rondonuwu menyebut edaran ini demi mengantisipasi kemungkinan penyebaran atau peningkatan kasus undiagnosed pneumonia.

Pertama, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) diminta rutin melakukan pemantauan perkembangan kasus, khususnya dari negara terjangkit di tingkat world. Melakukan pemantauan kasus dicurigai pneumonia.

Di sisi lain, Maxi juga meminta KKP untuk meningkatkan pengawasan terhadap orang meliputi awak, personel, dan penumpang, alat angkut, barang bawaan, lingkungan, vektor, binatang pembawa penyakit di pelabuhan, bandar udara dan pos lintas batas negara, terutama yang berasal dari negara terjangkit.

Sementara bagi KKP dan fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) di daerah diinstruksikan untuk melakukan surveilans ketat dengan memantau peningkatan kasus yang terlaporkan di wilayah. Bila ada penemuan kasus, diminta langsung dicatat melalui Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons(SKDR) sepertii:

  • Hyperlink: https://skdr.surveilans.org
  • Nomor WhatsApp (WA)
  • Public Well being Emergency Operation Centre (PHEOC): 0877-7759-1097
  • Electronic mail: [email protected] dan ditembuskan serta Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Maxi menyebut Dinas Kesehatan perlu menindaklanjuti laporan penemuan kasus yang dicurigai mycoplasma pneumoniae dari fasyankes dan memfasilitasi pengiriman spesimennya ke laboratorium rujukan Sentinel ILI/SARI.

Seluruh pihak menurutnya wajib menggencarkan upaya promosi kesehatan berupa edukasi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait penyakit pneumonia.

Simak Video “Kemenkes Ungkap Satu Kasus Baru Cacar Monyet di Jakarta
[Gambas:Video 20detik]
(naf/suc)

China Kewalahan Pneumonia ‘Misterius’ Merebak, Begini Kondisi-Gejala Pasien di RS


Jakarta

Penyakit pernapasan pneumonia ‘misterius’ kini merebak di China menyerang anak-anak. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak pihak China untuk bersikap terbuka perihal informasi rinci berkenaan dengan penyakit tersebut. Separah apa kondisi di China kini?

Mirip dengan situasi ketika COVID-19 pertama kali merebak, rumah sakit di Beijing dilaporkan ‘kewalahan’ akibat melonjaknya jumlah anak-anak yang menderita demam tinggi dan infeksi paru-paru. Diketahui, China utara telah melaporkan lonjakan penyakit mirip influenza sejak pertengahan Oktober dibandingkan tiga tahun sebelumnya.

Sejumlah pihak menyoroti,penyakit-penyakit baru, terutama jenis flu atau virus lain yang mampu memicu pandemi, biasanya dimulai dari penyakit pernafasan yang tidak terdiagnosis. Mengingat, SARS dan COVID-19 jga pertama kali dilaporkan sebagai jenis pneumonia yang tidak biasa.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Banyak, banyak yang dirawat di rumah sakit. Mereka tidak batuk dan tidak menunjukkan gejala. Mereka hanya mengalami demam tinggi dan banyak yang menderita nodul paru,” ungkap ProMed, yang memantau wabah penyakit international, mengutip seorang pria di Beijing yang diidentifikasi sebagai Mr W, dikutip dari Mirror Information UK, Minggu (26/11/2023).

Laporan tersebut menggambarkan situasi serupa di provinsi Liaoning, sekitar 500 mil dari Beijing. ProMed menjelaskan, lobi rumah sakit di kawasan tersebut penuh dengan anak-anak yang menerima infus.

“Pasien harus mengantri selama dua jam, dan kami semua berada di unit gawat darurat dan tidak ada klinik rawat jalan umum,” tertera dalam laporan tersebut, mengutip seorang anggota staf di Rumah Sakit Pusat Dalian.

WHO juga menyebut, hingga kini masih belum diketahui secara pasti apakah pneumonia ‘misterius’ yang tidak terdiagnosis pada anak-anak di China utara ini berkaitan dengan peningkatan infeksi saluran pernapasan yang dilaporkan oleh otoritas China. Walhasil, mereka meminta rincian lebih lanjut dari China perihal virus yang beredar dan memicu beban pada rumah sakit saat ini.

Simak Video “Geger Wabah Pneumonia di China
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/vyp)

Bikin Dokter Bingung, Pria Kena Bakteri Misterius usai Digigit Kucing Liar


Jakarta

Seorang pria di Inggris terinfeksi bakteri misterius yang belum pernah dilaporkan sebelumnya setelah digigit kucing liar. Infeksi tersebut membuat jari dan tangannya membengkak.

Dalam kasus yang diterbitkan di jurnal Rising Infectious Illness, pria berusia 48 tahun itu mendatangi bagian gawat darurat dengan keluhan tangan bengkak dan nyeri. Delapan jam sebelumnya, dia telah digigit beberapa kali oleh kucing liar.

Dokter awalnya membersihkan dan membalut luka pria itu, sebelum memberinya suntikan tetanus dan mengirimnya dalam perjalanan dengan antibiotik. Namun, dalam 24 jam dia kembali, dengan infeksi yang semakin parah di jari tengah kiri dan kanannya, serta kedua lengan bawahnya.

Sekali lagi, space tersebut dibersihkan, dan kali ini, jaringan yang rusak diangkat melalui pembedahan dan diberikan antibiotik intravena. Setelah lima hari minum antibiotik oral, dia sembuh whole.

Bingung dengan apa yang menyebabkan infeksi tersebut, dokter pria tersebut mulai mengidentifikasi patogen misterius menggunakan pengurutan genom dan profil biokimia. Apa yang mereka temukan adalah spesies bakteri yang sama sekali baru yang belum pernah terlihat sebelumnya.

“Laporan ini menyoroti peran kucing sebagai reservoir spesies bakteri yang belum ditemukan yang memiliki potensi patogen pada manusia,” tulis para peneliti.

Patogen tersebut milik genus Globicatella – sekelompok kecil, bakteri gram positif yang menyerupai Streptococcus, patogen yang bertanggung jawab untuk demam berdarah dan radang tenggorokan.

Tambahan terbaru dalam genus ini hanyalah spesies Globicatella ketiga yang diketahui. Patogen itu bergabung dengan G. sanguinis, yang dapat menginfeksi manusia dan telah terlibat dalam sejumlah kecil aliran darah, jantung, sistem saraf pusat, dan infeksi saluran kemih, dan G. sulfidifaciens, yang belum ditemukan menyebabkan infeksi pada manusia.

Pengurutan genom lengkap mengungkapkan bahwa pressure baru ini paling dekat hubungannya dengan G. sulfidifaciens, meskipun kedua spesies berbeda lebih dari 20 persen.

“Ini menunjukkan spesies yang berbeda dan sebelumnya tidak terdeskripsikan. Kesimpulannya, gigitan kucing adalah sumber umum infeksi zoonosis,” kata peneliti.

Sebelumnya, kucing telah dikaitkan dengan banyak infeksi bakteri, termasuk wabah pneumonia, dan juga diketahui menyebarkan parasit lain, seperti Toxoplasma gondii yang mengubah otak.

Simak Video “Menghilangkan Stres Lewat Yoga Bersama Anak Kucing Menggemaskan
[Gambas:Video 20detik]
(kna/naf)

Lebam ‘Misterius’ Usai Olahraga, Cedera atau Asam Urat?


Jakarta

Pertanyaan:

Saya memiliki keluhan di tulang bagian paha dan lutut yang terasa ngilu setiap selesai olahraga, disertai dengan munculnya biru keunguan seperti luka lebam terkena pukulan. Padahal, tidak ada benturan apa pun sebelumnya.

Kira-kira kenapa ya Dok?

Saya juga memiliki asam urat yang tinggi, apakah berkaitan?

Nafilah (27 Tahun)

Jawaban:

Ketika melakukan olahraga, terutama yang vigorous (intensitas tinggi), terjadi semacam tarikan dan regangan. Pada beberapa orang yang memiliki kekuatan pembuluh darahnya rendah, itu bisa pecah. Makanya terus timbul biru, biru ini kan tandanya ada pendarahan.

Harus dievaluasi, apakah kebiruan itu primer karena olahraga, atau memang ada kelainan yang lain? Memang ada beberapa kelainan pembuluh darah yang bisa cirinya seperti itu.

Kemudian apa berhubungan dengan asam urat?

Harusnya dicari tahu dulu ya, bisa disebut asam urat tinggi itu memangnya tingginya seberapa? Diperiksa dulu secara objektif. Siapa tau cuma rasa-rasa doang kan, setelah dicek ternyata masih regular. Jadi harus dicek dulu.

Tetapi balik lagi, asam urat bukan itu gejalanya. Tapi lebih ke sakit sendi kecil di jari-jari kaki kemudian di tangan.

Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut seputar Skoliosis dan gangguan tulang belakang, segera buat temu janji dengan KLIK DI SINI.

dr Heka Priyamurti, SpOT (Ok) Backbone

Dokter Spesialis Ortopedi & Traumatologi – Konsultan Backbone (Subspesialis Tulang Belakang) di Royal Backbone & Ache Intervention Centre, RS Royal Progress, Jakarta Utara.

Simak Video “Pentingnya Konsultasi Pra Pernikahan untuk Cegah Risiko KDRT
[Gambas:Video 20detik]
(up/up)

Kondisi Misterius Pria yang Tiap Hari Dejavu, Sering Dianggap Halu


Jakarta

Seorang pria berusia 80 tahun di New South Wales, Australia mengalami kondisi langka yang disebut dengan deja vecu. Kondisi ini menyebabkan pria tersebut menganggap peristiwa hidupnya berulang.

Deja vecu juga pernah diangkat dalam sebuah movie Hollywood yang berjudul Groundhog Day.

Deja vecu sendiri merupakan komplikasi dari penyakit Alzheimer. Kondisi ini merupakan kesan persisten bahwa setiap pertemuan baru hanya pengulangan dari pengalaman sebelumnya.

Fenomena ini dicatat dalam jurnal BMJ Case Studies pada Mei lalu. Dalam jurnal tersebut, pria yang tidak disebutkan identitasnya ini meyakini bahwa ia sedang mengulangi hari yang sama berulang kali. Sementara, keluarganya telah meyakini bahwa hal yang dialami merupakan imajinasinya saja.

Kepada tim peneliti, pria pengidap deja vecu ini mengatakan bahwa setiap hari adalah pengulangan dari hari sebelumnya. Di mana pun ia pergi, orang-orang yang sama berada di sisi jalannya dan orang yang sama turun dari mobil dengan pakaian yang sama, membawa barang yang sama, mengatakan hal yang sama, tidak ada sesuatu yang baru.

Jurnal tersebut mengatakan, lansia ini menghubungi seorang teknisi TV lantaran ia mengira televisinya selalu menayangkan berita yang sama secara berulang. Pada saat membaca juga ia merasa bahwa e-readernya (alat membaca buku elektronik) rusak dan selalu menampilkan halaman buku yang sama.

Para ilmuwan tidak tahu persis hal apa yang memicu terjadinya deja vecu. Akan tetapi beberapa orang dari tim peneliti berpikir bahwa kejadian ini berhubungan dengan disfungsi hipokampus atau bagian otak yang membantu mengubah ingatan jangka pendek menjadi ingatan jangka panjang.

Pria tersebut sering tidak mengerti apa yang terjadi padanya dan mungkin ia mengembangkan keyakinan palsu delusi untuk membenarkan persepsinya. Pada saat pemeriksaan cairan serebrospinal pada pria tersebut, dokter menemukan kadar protein amiloid beta-42 yang rendah tetapi kadar protein tau yang tinggi. Hal ini menunjukkan adanya penyakit Alzheimer.

Pihak keluarga sudah bersikap biasa saja dalam menanggapi hal yang dialami pria tersebut. Tetapi, mereka sudah tidak bisa meyakinkan terkait hal yang dialami pria ini hanyalah imajinasi.

Dua tahun setelah timbulnya deja vecu, gejala recollective confabulation (RC) pada memori otaknya masih sering mengganggu. Tim medis memperingatkan agar pria tersebut harus tetap tinggal dalam rumah dan dilakukan perawatan mandiri, serta selalu berada dalam pengawasan keluarganya.

Simak Video “7 Kombinasi Vaksin Covid-19 untuk Booster Kedua Lansia
[Gambas:Video 20detik]
(hnu/kna)