Tag: Pneumonia

Mycoplasma Pneumonia Muncul di DKI, Menkes Pastikan Gejalanya Tak Seberat COVID-19

Jakarta

Kementerian Kesehatan RI melaporkan ada 6 kasus infeksi bakteri Mycoplasma pneumoniae di DKI Jakarta. Bakteri inilah yang disebut-sebut menjadi pemicu pneumonia ‘misterius’ di China, marak menyerang anak-anak.

Seluruh pasien merupakan anak-anak dengan kisaran usia 3 hingga 12 tahun. Ditegaskannya, bakteri ini di Indonesia sebenarnya bukanlah hal baru, melainkan sudah lama ada berkaitan dengan penyakit pernapasan.

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan perbedaan infeksi bakteri ini dengan awal mula kemunculan COVID-19. Ditegaskannya, berbeda dengan virus Corona, bakteri Mycoplasma pneumoniae sudah lama ada di Indonesia sehingga bentuk penyakit dan pengobatannya pun sudah diketahui.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Itu (infeksi bakteri Mycoplasma pneumoniae) beda dengan COVID. Kalau COVID kan patogen baru, menyebar sehingga kita nggak tahu obatnya apa, vaksinnya apa, merawatnya bagaimana, penyebarannya cepat,” ujarnya saat ditemui di sela peringatan Hari Anti Korupsi Dunia (HAKORDIA) di Jakarta Pusat, Kamis (7/12/2023).

“Kalau mycoplasma, itu dari dulu sudah ada. Kita sudah tahu cara mengobatinya bagaimana, menyebarnya seperti apa, dan kenaikan-kenaikannya juga ada ukuran WHO. 20 per 100 ribu ini masih sangat jauh di bawah,” imbuh Menkes.

Gejalanya Relatif Ringan

Dalam kesempatan sebelumnya, dokter spesialis anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr Nastiti Kaswandani, SpA(Okay) menjelaskan, gejala infeksi bakteri Mycoplasma pneumoniae ini sebenarnya mirip dengan infeksi saluran pernapasan (ISPA) lainnya.

“Biasanya diawali dengan demam, kemudian batuk. Batuk ini yang sangat mengganggu sehingga bisa sampai dua sampai tiga pekan,” jelasnya juga dalam konferensi pers.

“Gejala-gejala lainnya nyeri tenggorok. Kalau anak besar terkadang sampai nyeri dada, kemudian ada gejala fatigue atau lemah. Itu yang menonjol pada pneumonia karena Mycoplasma,” pungkas dr Nastiti.

Simak Video “Pneumonia ‘Misterius’ di China Picu Pandemi? Ini Kata Kemenkes
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/up)

Susul China, Kini Inggris Ikut Laporkan Wabah Pneumonia


Jakarta

Menyusul merebaknya penyakit pernapasan pneumonia ‘misterius’ di China, kini Inggris melaporkan temuan kasus serupa. Public Well being Wales (PHW) melaporkan saat ini tercatat ada 12 kasus pneumonia teridentifikasi di Inggris.

Sama seperti wabah yang terjadi di China, kasus pneumonia tersebut juga disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae.

Wabah pneumonia tersebut paling banyak menyerang kelompok anak-anak. PHW melaporkan sampai saat ini, tercatat sudah ada 49 orang anak di Wales yang jatuh sakit akibat infeksi paru-paru tersebut.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

PHW menambahkan lonjakan kasus pneumonia juga terjadi di Amerika Serikat, dan sejumlah negara di Eropa.

“Sama seperti negara lainnya, Wales menerima sejumlah laporan tentang infeksi mycoplasma pneumoniae di tahun ini dibandingkan periode 2020 hingga 2022,” ujar juru bicara PHW, dikutip dari The Solar UK, Sabtu (2/12/2023).

Di sisi lain, UK Well being Safety Company (UKHSA) menyampaikan pihaknya saat ini melakukan pengawasan ketat terhadap perkembangan wabah tersebut. Ketua Pelaksana UKHSA, Profesor Dame Jenny Harries, mengatakan pihaknya akan bekerja sama dengan dunia internasional untuk mengumpulkan informasi mengenai wabah pneumonia yang melanda di berbagai negara.

“Kita harus terus berpikiran terbuka terkait penyebab meningkatnya kasus penyakit ini, termasuk wabah yang terjadi pada anak-anak di China,” ucapnya.

Sebagai informasi, lonjakan kasus pneumonia belakang marak terjadi di sejumlah negara. Selain China, lonjakan kasus juga terjadi di Denmark dan Belanda. Sementara di Amerika Serikat, peningkatan kasus pneumonia atau yang disebut juga dengan ‘white lung syndrome’ terjadi pertama kali di Ohio. Namun, pemerintah Ohio bersikeras bahw lonjakan kasus di wilayahnya tidak ada sangkut pautnya dengan wabah di China, melainkan disebabkan oleh patogen yang sudah ada.

Simak Video “Kemenkes Jawab Tingkat Fatalitas Pneumonia ‘Misterius’ yang Melanda China
[Gambas:Video 20detik]
(ath/vyp)

Pneumonia ‘Misterius’ Merebak di China-Belanda, Kemenkes Imbau Warga Jangan Panik


Jakarta

Kementerian Kesehatan RI mengimbau masyarakat agar tak panik menyusul penyebaran undefined pneumonia atau disebut pneumonia misterius. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, dr Imran Pambudi mengatakan masyarakat sebaiknya meningkatkan kewaspadaan diri, terlebih bila melakukan perjalanan ke luar negeri.

“Masyarakat tetap tenang, jangan panik,” kata dr Imran, dalam konferensi pers, Rabu (29/11/2023).

Sebelumnya, negara China saat ini tengah mengalami ancaman serius terhadap penyebaran pneumonia misterius sejak November 2023. Selain China, penyakit ini juga telah dilaporkan di Belanda. Adapun sebagian besar kasus didominasi pada anak-anak.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut dr Imran, pneumonia yang saat ini merebak di China sebenarnya sama dengan pneumonia yang terjadi di masyarakat, yakni disebabkan oleh infeksi bakteri maupun virus. Berdasarkan laporan epidemiologi, kebanyakan kasus pneumonia di sana disebabkan oleh mycoplasma pneumoniae.

Mycoplasma merupakan bakteri penyebab umum infeksi pernapasan (respiratory) sebelum COVID-19. Bakteri ini diketahui memiliki masa inkubasi yang panjang, sehingga penyebarannya tak secepat virus penyebab pandemi COVID. Juga, tingkat fatalitasnya tergolong rendah.

Di sisi lain, Kementerian Kesehatan RI sudah melakukan berbagai upaya mitigasi untuk mengantisipasi merebaknya mycoplasma pneumonia di Indonesia. Salah satunya, menerbitkan Surat Edaran Nomor : PM.03.01/C/4632/2023 tentang Kewaspadaan Terhadap Kejadian Mycoplasma Pneumonia di Indonesia.

Surat Edaran yang ditandatangani Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Maxi Rein Rondonuwu pada 27 November 2023 ini memuat sejumlah langkah antisipasi yang harus dilakukan oleh seluruh jajaran kesehatan dalam menghadapi penyebaran mycoplasma pneumonia di Indonesia.

Melalui surat edaran tersebut, Kemenkes juga telah mendorong fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) dan pintu masuk negara untuk aktif pelaporan temuan kasus pneumonia melalui saluran yang disediakan, yakni Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon Occasion Primarily based Surveillance (SKDREBS)/Surveilans Berbasis Kejadian (SBK) maupun ke PHEOC.

“Kami mengimbau kepada Dinas Kesehatan, rumah sakit maupun pintu masuk negara agar segera melaporkan apabila ada indikasi kasus yang mengarah pada pneumonia,” terangnya.

dr Imran mengatakan, upaya mitigasi tidak bisa dilakukan pemerintah sendiri, melainkan harus dibarengi dengan komitmen seluruh masyarakat agar pengendalian pneumonia lebih optimum. Berikut adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan masyarakat untuk mengantisipasi penularan pneumonia di Indonesia.

  • Pertama, melakukan vaksin untuk melawan influenza, COVID-19, dan patogen pernapasan lainnya jika diperlukan
  • Kedua, tidak melakukan kontak atau menerapkan jaga jarak aman dengan orang yang sakit
  • Ketiga, memastikan memiliki ventilasi yang baik. Keempat, membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti mencuci tangan memakai sabun antiseptik dan air mengalir
  • Kelima, apabila merasa kurang enak badan atau sakit, sebaiknya tidak keluar rumah dan tetap menggunakan masker dengan baik serta benar.

“Segera ke fasyankes terdekat jika ada tanda gejala, batuk dan/atau kesukaran bernapas disertai dengan demam,” kata dr Imran.

Simak Video “Kasus Pneumonia ‘Misterius’ Anak Belanda Meningkat Hampir 25%
[Gambas:Video 20detik]
(suc/suc)

Kata Dokter Paru soal Mycoplasma di Balik Kasus Pneumonia ‘Misterius’ China


Jakarta

Kasus pneumonia ‘misterius’ di China bikin ketar-ketir. Sejumlah rumah sakit di China melaporkan lonjakan kasus yang membuat petugas medis kewalahan.

Ada banyak dugaan mengenai penyebab pneumonia ‘misterius’ yang terjadi di China. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan otoritas China menyebut pemicunya bukan patogen baru, salah satunya mycoplasma atau mikoplasma.

Mycoplasma pneumoniae merupakan bakteri yang dapat menyebabkan penyakit dengan cara merusak lapisan sistem pernapasan seperti di tenggorokan, paru-paru, batang tenggorokan. Hanya saja kasusnya disebut jarang terjadi sehingga tetap perlu dilakukan kewaspadaan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Memang mycoplasma dapat menimbulkan pneumonia, tetapi tidak sering, sering disebut atipikal. Karena itu peningkatan kasus yang terjadi di Tiongkok ini perlu diwaspadai dan perlu dianalisa secara element kenapa kok jadi penyebab,” kata spesialis paru sekaligus guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Tjandra Aditama, SpP saat dihubungi detikcom, Rabu (29/11/2023).

Prof Tjandra juga menilai perlu ada penelitian lebih lanjut terkait pemicu lonjakan kasus pneumonia di China yang terjadi beberapa waktu terakhir. Masyarakat juga diimbau untuk terus mengikuti informasi akurat mengenai kejadian tersebut baik lewat WHO atau Kemenkes RI.

“Yang paling rentan tentu anak-anak dan lansia, tapi pada dasarnya (mycoplasma) bsa mengenai semua usia,” tambahnya.

Lebih lanjut mengenai Mycoplasma pneumoniae, laman CDC menjelaskan bakteri Mycoplasma pneumoniae umumnya menyebabkan infeksi ringan pada sistem pernapasan. Terkadang bakteri ini dapat menyebabkan infeksi paru-paru yang lebih serius sehingga memerlukan perawatan di rumah sakit.

Ketika seseorang yang terinfeksi M. pneumoniae batuk atau bersin, mereka bisa mengeluarkan droplet yang mengandung bakteri tersebut. Orang lain dapat tertular jika mereka menghirup droplet itu.

Infeksi Mycoplasma pneumoniae paling sering terjadi pada orang dewasa muda dan anak-anak usia sekolah, namun dapat menyerang siapa saja. Orang yang tinggal dan bekerja di lingkungan ramai mempunyai risiko lebih tinggi.

Anak-anak di bawah usia 5 tahun yang terkena infeksi Mycoplasma pneumoniae mungkin memiliki gejala yang berbeda dengan anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa. Sebaliknya, mereka mungkin mengalami gejala seperti flu berikut:

  • Bersin
  • Hidung tersumbat atau berair
  • Sakit tenggorokan
  • Mata berair
  • Mengi
  • Muntah
  • Diare

Simak Video “Kasus Pneumonia ‘Misterius’ Anak Belanda Meningkat Hampir 25%
[Gambas:Video 20detik]
(kna/naf)

Edaran Pneumonia ‘Misterius’ China, RI Perketat Pintu Masuk-Pantau Kasus Mycoplasma


Jakarta

Kementerian Kesehatan RI merilis surat edaran resmi kewaspadaan pemerintah soal laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait pneumonia misterius. Meski belum diketahui secara pasti penyebab dari pneumonia yang marak dilaporkan, temuan awal otoritas China mengarah pada kasus mycoplasma pneumoniae yang ditemukan di 40 persen dari complete kasus.

Mycoplasma merupakan infeksi umum pernapasan, sebelum COVID-19 mewabah. Di china, kasus tersebut meningkat sejak Mei 2023, kemudian di Oktober 2023, angka kesakitan akibat respiratory syncytial virus (RSV), adenovirus, dan influenza juga mulai banyak dilaporkan, beberapa pasien mengalami infeksi kombinasi virus.

Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit bergerak cepat dengan menerbitkan Surat Edaran Nomor: PM.03.01/C/4632/2023 tentang Kewaspadaan Terhadap Kejadian Mycoplasma Pneumonia di Indonesia.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Surat edaran yang terbit Senin (27/11/2023), ditujukan kepada seluruh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Direktur/Kepala Rumah Sakit, Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan dan Kepala Puskesmas di Indonesia.

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Maxi Rein Rondonuwu menyebut edaran ini demi mengantisipasi kemungkinan penyebaran atau peningkatan kasus undiagnosed pneumonia.

Pertama, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) diminta rutin melakukan pemantauan perkembangan kasus, khususnya dari negara terjangkit di tingkat world. Melakukan pemantauan kasus dicurigai pneumonia.

Di sisi lain, Maxi juga meminta KKP untuk meningkatkan pengawasan terhadap orang meliputi awak, personel, dan penumpang, alat angkut, barang bawaan, lingkungan, vektor, binatang pembawa penyakit di pelabuhan, bandar udara dan pos lintas batas negara, terutama yang berasal dari negara terjangkit.

Sementara bagi KKP dan fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) di daerah diinstruksikan untuk melakukan surveilans ketat dengan memantau peningkatan kasus yang terlaporkan di wilayah. Bila ada penemuan kasus, diminta langsung dicatat melalui Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons(SKDR) sepertii:

  • Hyperlink: https://skdr.surveilans.org
  • Nomor WhatsApp (WA)
  • Public Well being Emergency Operation Centre (PHEOC): 0877-7759-1097
  • Electronic mail: [email protected] dan ditembuskan serta Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Maxi menyebut Dinas Kesehatan perlu menindaklanjuti laporan penemuan kasus yang dicurigai mycoplasma pneumoniae dari fasyankes dan memfasilitasi pengiriman spesimennya ke laboratorium rujukan Sentinel ILI/SARI.

Seluruh pihak menurutnya wajib menggencarkan upaya promosi kesehatan berupa edukasi kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait penyakit pneumonia.

Simak Video “Kemenkes Ungkap Satu Kasus Baru Cacar Monyet di Jakarta
[Gambas:Video 20detik]
(naf/suc)

China Kewalahan Pneumonia ‘Misterius’ Merebak, Begini Kondisi-Gejala Pasien di RS


Jakarta

Penyakit pernapasan pneumonia ‘misterius’ kini merebak di China menyerang anak-anak. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendesak pihak China untuk bersikap terbuka perihal informasi rinci berkenaan dengan penyakit tersebut. Separah apa kondisi di China kini?

Mirip dengan situasi ketika COVID-19 pertama kali merebak, rumah sakit di Beijing dilaporkan ‘kewalahan’ akibat melonjaknya jumlah anak-anak yang menderita demam tinggi dan infeksi paru-paru. Diketahui, China utara telah melaporkan lonjakan penyakit mirip influenza sejak pertengahan Oktober dibandingkan tiga tahun sebelumnya.

Sejumlah pihak menyoroti,penyakit-penyakit baru, terutama jenis flu atau virus lain yang mampu memicu pandemi, biasanya dimulai dari penyakit pernafasan yang tidak terdiagnosis. Mengingat, SARS dan COVID-19 jga pertama kali dilaporkan sebagai jenis pneumonia yang tidak biasa.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Banyak, banyak yang dirawat di rumah sakit. Mereka tidak batuk dan tidak menunjukkan gejala. Mereka hanya mengalami demam tinggi dan banyak yang menderita nodul paru,” ungkap ProMed, yang memantau wabah penyakit international, mengutip seorang pria di Beijing yang diidentifikasi sebagai Mr W, dikutip dari Mirror Information UK, Minggu (26/11/2023).

Laporan tersebut menggambarkan situasi serupa di provinsi Liaoning, sekitar 500 mil dari Beijing. ProMed menjelaskan, lobi rumah sakit di kawasan tersebut penuh dengan anak-anak yang menerima infus.

“Pasien harus mengantri selama dua jam, dan kami semua berada di unit gawat darurat dan tidak ada klinik rawat jalan umum,” tertera dalam laporan tersebut, mengutip seorang anggota staf di Rumah Sakit Pusat Dalian.

WHO juga menyebut, hingga kini masih belum diketahui secara pasti apakah pneumonia ‘misterius’ yang tidak terdiagnosis pada anak-anak di China utara ini berkaitan dengan peningkatan infeksi saluran pernapasan yang dilaporkan oleh otoritas China. Walhasil, mereka meminta rincian lebih lanjut dari China perihal virus yang beredar dan memicu beban pada rumah sakit saat ini.

Simak Video “Geger Wabah Pneumonia di China
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/vyp)

Kronologi Kematian Pertama di Dunia Akibat Virus Oz, Awalnya Disebut Pneumonia


Jakarta

Geger wanita di Jepang menjadi korban pertama di dunia yang meninggal pasca tertular virus Oz. Pihak berwenang sejauh ini mengkonfirmasi kematian tersebut bisa jadi bermula dari penularan kutu.

Virus Ozsebenarnya ditemukan di Jepang pada 2018, baru kali ini laporan kasus ditemukan pada manusia. Bagaimana awal mulanya?

Dikutip dari SCMP, wanita ini pergi ke institusi medis pada musim panas 2022 pasca mengalami gejala, termasuk demam dan kelelahan, menurut pejabat pemerintah di prefektur dan Kementerian Kesehatan.

Ia mulanya didiagnosis mengidap pneumonia, tetapi setelah kondisinya memburuk, wanita usia 70 tahun ini harus dirawat di rumah sakit. Apa yang ditemukan dokter membuat prognosis mengarah kepada kemungkinan virus Oz.

“Ditemukan kutu yang membesar di paha kanan atasnya,” sebut tenaga medis yang merawatnya.

Setelah melakukan perawatan, sayangnya nyawa wanita tersebut tidak tertolong. Ia meninggal dengan kondisi miokarditis, radang otot jantung, setelah setidaknya melalui rawat inap selama 26 hari.

Sampai saat ini tidak ada vaksin untuk melawan virus Oz, menurut Nationwide Institute of Infectious Ailments di Tokyo.

Lembaga tersebut mengatakan bahwa terinfeksi virus belum tentu berakibat deadly, tetapi penelitian lebih lanjut perlu dilakukan mengenai gejala dan bahayanya.

Virus ini pertama kali terdeteksi pada tahun 2018 di kutu testudinarium Amblyomma yang ditemukan di prefektur barat Ehime.

“Virus Ozdiperkirakan ditularkan melalui gigitan kutu,” kata institut tersebut, dengan spesies yang ada di wilayah yang luas di Jepang.

Antibodi telah ditemukan pada monyet liar, babi hutan, dan rusa di prefektur Chiba, dekat Tokyo, prefektur pusat Gifu dan Mie, prefektur barat Wakayama dan Yamaguchi, dan prefektur barat daya Oita.

Dua pemburu di Yamaguchi juga dilaporkan positif antibodi, kata lembaga itu.

“Penting untuk menutupi kulit sebanyak mungkin saat memasuki space berumput agar Anda tidak digigit oleh kutu ini,” kata seorang pejabat di Kementerian Kesehatan, Perburuhan, dan Kesejahteraan.

Simak Video “Prosesi Pemakaman Fajri Pria Obesitas Dibantu Basarnas dan Damkar
[Gambas:Video 20detik]
(naf/up)

Cegah Pneumonia Untuk Jalani Hidup Berkualitas Dengan Orang Tersayang

Pneumonia adalah kondisi inflamasi yang terjadi saat seseorang mengalami infeksi pada kantung-kantung udara dalam paru-paru.

Kantung udara yang terinfeksi tersebut akan terisi oleh cairan maupun pus (dahak purulen). Gangguan ini dapat menyebabkan batuk berdahak atau bernanah, demam, menggigil, hingga kesulitan bernapas

Infeksi yang ditimbulkan pneumonia bisa terjadi pada salah satu sisi paru-paru maupun keduanya. Penyebab utama dari gangguan inflamasi ini adalah infeksi virus, bakteri, ataupun jamur. Pneumonia lebih dikenal sebagai paru-paru basah di Indonesia. Penyakit ini bukan hanya dapat menimpa orang dewasa, melainkan juga terjadi pada anak-anak, bahkan bayi yang baru lahir.
Baik pneumonia virus dan bakteri adalah penyakit yang menular. Berarti, seseorang yang mengidapnya dapat menyebarkan ke orang lain melalui menghirup tetesan udara dari bersin atau batuk. Maka dari itu, pengidap gangguan ini perlu menghindari cairan keluar dari mulutnya dengan menggunakan masker.

Penyebab Pneumonia
Penyebab dari pneumonia beragam, tetapi berdasarkan organisme dan tempat penyebarannya, pneumonia dibedakan menjadi dua, yaitu pneumonia komunitas yang penyebarannya terjadi di komunitas (lingkungan umum) dan pneumonia yang ditularkan di rumah sakit.

Berikut beberapa kategori penyebab pneumonia:

1. Pneumonia yang didapat di lingkungan umum
Organisme yang bisa menjadi penyebab pneumonia ditularkan di lingkungan umum berbeda dengan di rumah sakit, umumnya organisme yang mengakibatkan pneumonia yang ditularkan pada rumah sakit lebih sulit untuk diobati.

Contoh organisme yang menyebabkan pneumonia yang ditularkan di tempat umum, antara lain:

•    Bakteri, yang paling sering adalah Streptococcus pneumoniae.
•    Organisme yang menyerupai bakteri, Mycoplasma pneumonia.
•    Jamur, biasanya jamur akan menyerang orang dengan gangguan sistem imun.
•    Virus.

2. Pneumonia yang didapat di rumah sakit
Beberapa orang dapat terkena gangguan pada paru-paru ini saat dirawat di rumah sakit karena penyakit lain. Penyakit ini bisa terjadi di rumah sakit dan menjadi serius karena bakteri yang menyebabkannya mungkin lebih kebal terhadap antibiotik.
Selain itu, hal ini juga bisa lebih berbahaya karena orang yang mengidapnya terkena suatu penyakit. Orang yang menggunakan mesin pernapasan (ventilator), sering digunakan di unit perawatan intensif, berisiko lebih tinggi terkena pneumonia jenis ini.

3. Pneumonia yang didapat dari perawatan kesehatan
Penyakit paru-paru yang didapat dari perawatan kesehatan ini rentan terjadi pada orang yang dirawat di fasilitas perawatan dalam jangka panjang atau rutin menerima perawatan di klinik rawat jalan, termasuk pusat dialisis ginjal. Layaknya penyebab infeksi yang didapat di rumah sakit, gangguan inflamasi pada paru-paru ini dapat disebabkan oleh bakteri yang lebih resisten terhadap antibiotik.
Faktor Risiko Pneumonia

Meskipun bisa terjadi pada siapa saja, tetapi beberapa orang lebih rentan untuk terkena pneumonia, seperti:

•    Anak-anak usia 2 tahun dan di bawah 2 tahun.
•    Orang dewasa di atas usia 65 tahun.
•    Dirawat di rumah sakit dalam waktu yang lama.
•    Dirawat di ruang ICU dan menggunakan ventilator (alat bantu napas).
•    Memiliki penyakit paru kronik atau penyakit jantung.
•    Merokok.
•    Orang yang memiliki imunitas tubuh rendah (seperti pengidap HIV) atau orang yang mengonsumsi obat yang mensupresi sistem imun, dan sedang berada di rangkaian pengobatan kemoterapi.

Gejala Pneumonia
Indikasi dan juga gejala ringan pneumonia umumnya menyerupai gejala flu, seperti demam dan batuk. Gejala tersebut memiliki durasi yang lebih lama bila dibandingkan flu biasa. Jika dibiarkan dan tidak diberikan penanganan, gejala yang berat dapat muncul, seperti:

•    Nyeri dada pada saat bernapas atau batuk.
•    Batuk berdahak.
•    Mudah lelah.
•    Demam dan menggigil.
•    Mual dan muntah.
•    Sesak napas.
•    Gangguan pada kesadaran (terutama pada pengidap yang berusia >65 tahun).
•    Pada pengidap yang berusia >65 tahun dan punya gangguan sistem imun, umumnya mengalami hipotermia.

Pada anak-anak dan bayi, biasanya gejala yang muncul berupa demam tinggi, anak tampak selalu kelelahan, tidak mau makan, batuk produktif, dan sesak napas, hingga napas anak menjadi cepat.
Prognosis Pneumonia

Pertama-tama, dokter akan bertanya tentang gejala dan riwayat kesehatan yang pernah dialami, termasuk juga kebiasaan tidak sehat yang rutin dilakukan. Setelahnya, dokter akan mendengarkan suara dari paru-paru. Pengidap pneumonia umumnya mengalami adanya suara retak, menggelegak, atau bahkan gemuruh saat menarik napas.
Beberapa pemeriksaan yang umum dilakukan adalah:

•    Tes darah.
•    Rontgen dada.
•    Oksimetri nadi.
•    Tes dahak.

Selain itu, ada beberapa pemeriksaan lebih dalam jika seseorang memiliki masalah kesehatan lain atau dicurigai tertular saat di rumah sakit, yaitu:

•    Tes fuel darah arteri.
•    Bronkoskopi.
•    CT Scan.
•    Kultur cairan pleura.

Memang, pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan adalah melalui pencitraan, yaitu foto rontgen dada. Dari hasil pemeriksaan tersebut, dokter melihat lokasi dari infeksi yang terjadi. Selain itu, pemeriksaan laboratorium darah dilakukan untuk mengetahui organisme apa yang menyebabkan terjadinya infeksi.

Pengobatan Pneumonia
Pengobatan dan penanganan untuk kasus pneumonia adalah dengan mengatasi infeksi yang terjadi dan memberikan terapi suportif. Dokter akan memberikan antibiotik yang harus dikonsumsi sampai habis jika infeksi disebabkan karena bakteri. Sedangkan terapi suportif yang diberikan dapat berupa:

•    Obat penurun demam jika pengidap menderita demam tinggi dan membuat aktivitas terganggu.
•    Obat batuk untuk mengurangi frekuensi batuk maupun mencairkan dahak yang tidak bisa keluar.

Dokter juga menganjurkan agar pengidap dirawat inap, jika terjadi beberapa kondisi ini:

•    Berusia >65 tahun.
•    Mengalami gangguan kesadaran.
•    Memiliki fungsi ginjal yang tidak baik.
•    Tekanan darah sangat rendah (<90/<60 mmHg).
•    Napas sangat cepat (pada devassa >30 x/menit).
•    Suhu tubuh di bawah regular.
•    Denyut nadi <50x/menit atau >100x/menit.
 
Komplikasi Pneumonia
Komplikasi pneumonia lebih sering terjadi pada anak kecil, orang tua dan mereka yang sudah memiliki kondisi kesehatan sebelumnya, seperti diabetes. Komplikasi pneumonia yang mungkin bisa terjadi yaitu:

•    Radang selaput dada, yaitu kondisi yang terjadi saat lapisan tipis antara paru-paru dan tulang rusuk (pleura) meradang. Hal ini dapat menyebabkan kegagalan pernapasan.
•    Tulang rusuk (pleura) meradang, yang dapat menyebabkan kegagalan pernapasan.
•    Abses paru-paru, yaitu komplikasi langka yang kebanyakan ditemukan pada orang dengan penyakit serius yang sudah ada sebelumnya atau memiliki riwayat penyalahgunaan alkohol yang parah.
•    Keracunan darah (sepsis), juga merupakan komplikasi yang jarang tapi berakibat serius.
 

Pencegahan Pneumonia
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya pneumonia, yaitu:

•    Mendapatkan vaksinasi: Hal ini adalah cara paling utama untuk mencegah terjadinya pneumonia. Pastikan kamu mendapatkannya agar kemungkinan untuk terserang penyakit ini semakin kecil. Vaksin perlu diberikan pada anak-anak, terutama yang di

bawah usia 2 tahun dan usia 2-5 tahun dengan jenis yang berbeda. Perlu juga untuk memberikan suntikan flu pada anak di atas usia 6 bulan.

•    Mempraktekkan kebersihan yang baik: Pastikan untuk melindungi diri dari gangguan ini dengan mencuci tangan secara teratur atau menggunakan hand sanitizer.
•    Berhenti merokok agar pelindung paru-paru tidak terganggu dan ampuh menghadapi infeksi pernapasan.
•    Jaga sistem kekebalan tubuh tetap kuat dengan tidur yang cukup, berolahraga teratur, serta mengonsumsi makanan sehat.
 
Referensi:
WebMD. Diakses pada 2022. Pneumonia.
NHS. Diakses pada 2022. Pneumonia.
Mayo Clinic. Diakses pada 2022. Pneumonia.
Healthline. Diakses pada 2022. Every part You Must Know About Pneumonia.

Assessment : dr. Jeffery Malachi Candra, Sp. PD, FINASIM