Tag: PPDS

Menkes Kaget Korban Bully PPDS Tak Cuma ‘Kena’ Psychological, Dipalak Uang Puluhan Juta


Jakarta

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin melaporkan kasus bullying di kalangan dokter residen tidak hanya berimbas bagi fisik peserta didik, tetapi psychological dan bahkan finansial mereka. Dari sejumlah laporan, Menkes kerap menemui keluhan para mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) dimintai uang untuk kepentingan pribadi senior.

Tak tanggung-tanggung, nominalnya bahkan nyaris ‘setara’ uang kuliah. Padahal, tidak ada kaitan sama sekali dengan tugas semasa PPDS, baik dari sisi pendidikan maupun pelayanan.

“Yang saya juga kaget ini berkaitan dengan uang, jadi cukup banyak juga junior-junior ini suruh ngumpulin, ada yang jutaan, puluhan juta, kadang-kadang ratusan juta,” beber Menkes dalam konferensi pers Kemenkes RI Kamis (21/7/2023).

Bentuk perundungan dalam sifat finansial cukup beragam. Mulai dari sekadar menyiapkan makanan hingga kebutuhan senior.

“Macam-macam, bisa buat nyiapin rumah untuk kumpul, para senior kontraknya setahun 50 juta bagi rata ke juniornya,” terang dia.

“Atau ini kan di RS suka sampai malam, dikasih makan di RS tapi makan malamnya nggak enak, jadi disuruh pesan makan Jepang. Setiap malam keluarin 5-10 juta, mesti makan makanan Jepang,” tuturnya.

Contoh lainnya yang sering dilaporkan menurut Menkes adalah menyiapkan tempat untuk futsal atau petamdingan bola, bukan hanya lokasinya melainkan ikut menyediakan sepatu untuk mereka.

“Atau kadang-kadang aduh nih handphone saya sudah nggak bagus ipadnya nggak bagus. Dan itu nggak pernah berani dilaporkan oleh para junior, akhirnya kita ingin putuskan praktik perundungan yang sudah berjalan selama puluhan tahun ini,” tandasnya.

Kementerian Kesehatan RI menyedialan hotline pengaduan perundungan dokter yang bisa dilaporkan dengan dua cara berikut:

perundungan.kemenkes.go.id
0812-9979-9777

Sementara aturan mengenai sanksi perundungan sudah dikeluarkan dalam Instruksi Menteri Kesehatan Nomor HK.02.01/Menkes/1512/2023. Sejumlah sanksi berat diatur dalam kebijakan baru tersebut demi memberantas tradisi bullying berkedok pembentukan karakter.

Simak Video “Menkes Ungkap Pemicu Perundungan Calon Dokter Spesialis
[Gambas:Video 20detik]
(naf/naf)

Pengakuan Suami soal Istri Kena Bully saat PPDS, Kerap Didoktrin Aturan ‘Aneh’


Jakarta

Kasus bullying di kalangan calon dokter spesialis belakangan tengah menjadi sorotan. Berbagai pengalaman dan kesaksian tengah bermunculan, seperti cerita pria berinisial (G) yang menyebut istrinya mengalami perundungan saat menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di salah satu fakultas kedokteran Indonesia.

G mengaku kasus perundungan tersebut sampai membuat sang istri mengalami depresi, bahkan sampai mengajukan pengunduran diri alias ‘resign’ dari PPDS lantaran disarankan psikiater untuk segera memulihkan trauma terlebih dulu.

Akan tetapi, permintaan tersebut ditolak pihak kampus, hingga akhirnya saat ini istri G mengambil masa cuti.

Adapun kasus perundungan itu terjadi sesaat sang istri diterima di PPDS. G bercerita bahwa sang istri dan teman-teman seangkatannya dikumpulkan oleh senior-senior di suatu tempat yang kemudian didoktrin oleh aturan-aturan yang harus diikuti oleh mahasiswa residen.

“Seperti tidak boleh pulang sebelum senior pulang, harus respons 5 menit ketika di-WA, tidak boleh mengatakan ‘tidak ada’ ketika diminta suatu barang, tidak boleh mengatakan ‘tidak bisa’ ketika disuruh dan lain-lain,” ucap G kepada detikcom, Rabu (12/7/2023).

Tak hanya itu, G menyebut sang istri juga menerima perkataan kasar dan makian dari senior-senior yang sebenarnya tak pantas diutarakan. Pertemuan semacam ini disebutnya tidak diketahui oleh pihak kampus.

Terlebih, sang istri juga harus menyediakan barang yang diminta senior berapapun biayanya. Apabila ia tak sanggup untuk menyediakannya, sang istri bakal dicibir oleh senior dan dihukum dengan tugas tambahan. Karenanya G menyebut tak hanya kerugian fisik yang dialami sang istri, tetapi juga dari segi materil.

“Biaya kuliah saja sudah berpuluh-puluh juta, ditambah sering harus menyediakan barang yang diminta senior ‘in any respect price’,” cerita G.

Beban semacam itu semakin berat dilalui saat istri G, juga harus menyelesaikan tugas pekerjaan dari rumah sakit. Setiap hari, hanya ada sisa waktu istirahat sekitar dua hingga tiga jam dengan kebiasaan berangkat kampus pukul 5 pagi dan baru pulang pukul 11 atau 12 malam waktu setempat, beberapa kali bahkan sampai dini hari.

“Pernah assembly sampai dini hari hanya untuk mendengarkan omelan dari senior. Lalu jam 5 pagi harus kembali ke kampus atau RS,” lanjutnya.

Akibat stres, dalam dua bulan bobot istri G bahkan menyusut 8 kilogram.

“Sistem ‘kakak asuh’ dan ‘adik asuh’ di PPDS malah membuat senioritas semakin kuat. Bahkan cenderung disalahgunakan oleh senior-senior tersebut,” ceritanya

“Perlu diketahui, orang-orang yg masuk PPDS itu merupakan trah ‘darah biru’. Kalau Anda nggak punya keluarga spesialis atau backing jangan harap,” pungkasnya.

Simak Video “Apakah Rubella Bisa Ditularkan Melalui ASI?
[Gambas:Video 20detik]
(suc/kna)