Tag: Terjadi

Kemenkes Prediksi Puncak Kasus COVID-19 Terjadi Awal Januari 2024


Jakarta

Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) melaporkan lonjakan COVID-19 yang cukup signifikan dalam beberapa minggu terakhir. Walaupun tinggi, pihak Kemenkes mengatakan bahwa situasi saat ini masih sangat terkendali.

Jumlah kasus positif masih jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan masa pandemi. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu memprediksi bahwa puncak kasus COVID-19 pada fase ini akan muncul setelah liburan Natal dan Tahun Baru.

“Kalau melihat dari pengalaman sebelumnya, kita mulai awal tren naik itu awal bulan Desember. Akhir November dihitung dari situ paling lama enam sampai delapan minggu puncaknya. Jadi kalau saya hitung kalau dari Desember ya mungkin puncaknya di awal Januari 2024 nanti,” ucap Maxi ketika ditemui detikcom di Jakarta Pusat, Sabtu (16/12/2023).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Untuk proyeksi jumlah kasus yang muncul nantinya, Maxi mengungkapkan bahwa hal tersebut akan bergantung dengan jumlah testing. Ia menambahkan bahwa jumlah testing COVID-19 saat ini dilakukan dengan lebih masif.

“Testing kita alhamdulillah saat ini kan juga mulai naik. Tadinya kan ratusan atau seribu, sekarang kita sudah dua ribuan hampir tiga ribu. Kalau makin banyak orang testing, maka kasusnya naik,” jelas Maxi.

Maxi mengimbau masyarakat yang memiliki gejala COVID-19 untuk segera melakukan pemeriksaan di fasilitas kesehatan terdekat. Tidak hanya itu, ia juga meminta masyarakat untuk melengkapi vaksin COVID-19 untuk mencegah keparahan dan fatalitas dari penyakit tersebut.

“Sampai saat ini untuk melakukan testing COVID-19 itu masih free of charge ya. Saat ini kita masih ada logistik untuk speedy antigen, tapi kita memang dari pusat juga penyalurannya ke KKP terutama yang untuk datang ke luar negeri. Mereka sudah dapatkan itu dan memang kita wajibkan mereka untuk melakukan surveilans pada orang yang sakit,” pungkasnya.

Simak Video “Kasus Covid-19 Naik, Kemenkes Imbau Warga Pakai Masker di Keramaian
[Gambas:Video 20detik]
(avk/kna)

Yaya Unru Meninggal, Ini Alasan Serangan Jantung Terjadi Berulang

Jakarta

Aktor senior Yayu Unru meninggal dunia setelah dikabarkan terkena serangan jantung. Yayu mengembuskan napas terakhirnya pada Jumat (8/12/2023), pukul 07.05 WIB.

Anak Yayu, Naza Unru, menceritakan kronologinya saat ayahnya terkena serangan jantung. Karena kondisinya yang sangat parah, Yayu langsung tidak sadarkan diri.

“Jadi bapak kena dua kali serangan. Serangan pertama itu jam 21.00 WIB dan langsung dibawa ke IGD. Malam itu direncanakan untuk operasi pasang ring jam 07.00, tapi ternyata bapak kena serangan kedua jam 06.00 pagi,” ujarnya yang dikutip dari detikHot, Jumat (8/12/2023).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Itu serangannya parah banget dan langsung nggak sadarkan diri,” tuturnya.

Bagaimana serangan jantung bisa terjadi berulang?

Spesialis jantung dan pembuluh darah dari RS Siloam Lippo Karawaci dr Vito A Damay, SpJP, menjelaskan serangan jantung memang bisa terjadi secara berulang. Bisa terjadi dalam waktu beberapa bulan, tahun, atau bahkan beberapa bulan.

Serangan jantung berulang ini bisa terjadi karena adanya penyumbatan di pembuluh darah, yang terjadi pada serangan jantung yang pertama.

“Serangan jantung bisa terjadi dua bahkan tiga kali. Karena serangan yang pertama terjadi penyumbatan di pembuluh darah dan bisa diikuti dengan penyumbatan selanjutnya,” jelas dr Vito saat dihubungi detikcom, Jumat (8/12).

“Dan yang berikutnya terjadi kerusakan pada otot jantung, sehingga bisa menyebabkan korslet pada irama jantung, seperti aritmia yang berakibat deadly,” sambungnya.

Kemenkes Sebut Dugaan Kasus Korupsi APD Terjadi Sebelum Period Budi Gunadi Sadikin


Jakarta

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tengah mengusut kasus dugaan penyalahgunaan dana terkait pengadaan alat pelindung diri (APD) di Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI). Pihaknya disebut sudah mengantongi nama tersangka.

“Pengadaan APD apa sudah ada tersangka? Ya sudah ada,” kata Wakil Ketua KPK Alexander Marwata saat jumpa pers di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan, dikutip dari detikNews, Jumat (10/11/2023).

Alex bahkan menyebut KPK sudah menandatangani surat perintah penyidikan kasus dugaan korupsi APD di Kemenkes RI. Meski begitu, identitas tersangka belum diungkap.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi juga mengaku belum mendapatkan informasi lebih lanjut terkait diduga tersangka kasus korupsi. Namun, pihaknya meyakini kasus tersebut terjadi jauh sebelum Budi Gunadi Sadikin menjabat sebagai Menteri Kesehatan RI.

dr Nadia menegaskan pengaturan pencegahan kasus korupsi di lingkup Kemenkes RI sebetulnya sudah berjalan. Namun, dirinya tidak menampik kemungkinan sejumlah oknum yang memanfaatkan wewenang.

Hal ini kemudian menjadi evaluasi serius pihak Kemenkes RI.

“Mekanisme sudah ada dan sudah berjalan hanya kalau peluang individu, mungkin saja tentu ini akan menjadi evaluasi untuk terus meningkatkan upaya Kemkes untuk mencegah korupsi, kolusi, dan nepotisme,” sambungnya.

“Kami menunggu informasi lebih lanjut dari KPK ya. Sepemahaman kami ini terjadi sebelum masa Pak Budi Gunadi Sadikin sebagai Menkes RI,” pungkasnya.

Simak Video “Varian Eris Masuk RI, Menkes: Tak Usah Panik
[Gambas:Video 20detik]
(naf/vyp)

Studi Bawa Kabar Nggak Enak, Ini yang Terjadi pada Tubuh Pasca Kena COVID-19


Jakarta

Beberapa orang yang pernah terkena COVID-19 mengalami gejala berkepanjangan atau disebut lengthy COVID. Dalam kondisi sudah sembuh dari COVID-19, mereka tetap merasakan sejumlah gejala yang berlangsung dalam waktu lama.

Sebuah studi yang diterbitkan di jurnal ilmiah Lancet Respiratory, mengamati 259 pasien yang sakit parah karena COVID-19, sehingga mereka perlu dirawat di rumah sakit. Lima bulan setelah pulang dari RS, pemindaian MRI pada organ-organ utama mereka menunjukkan perbedaan signifikan dibanding mereka yang tak pernah terkena COVID.

Dampak paling besar terlihat pada paru-paru, saat pemindaian 14 kali lebih mungkin menunjukkan keabnormalan. Pemindaian MRI juga tiga kali lebih mungkin untuk menunjukkan suatu abnormalitas pada otak, serta dua kali lebih mungkin pada ginjal pada di pasien yang mengalami COVID parah. Tidak ada perbedaan signifikan dalam kesehatan jantung atau liver.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun temuan-temuan ini adalah bagian dari studi yang lebih besar untuk mengamati dampak jangka panjang COVID pada pasien yang dirawat di rumah sakit, dikenal sebagai studi Phosp-COVID.

“Lima bulan setelah dirawat di rumah sakit karena COVID, kami menemukan lebih banyak abnormalitas di paru-paru, otak, dan ginjal pada pasien-pasien tersebut dibandingkan grup yang tidak pernah mengalami COVID,” ungkap salah satu peneliti utama dalam studi tersebut, Dr Betty Raman, dari Universitas Oxford, dikutip dari BBC.

“Usia pasien, seberapa parah COVID mereka, serta apakah mereka juga mengidap penyakit lain pada waktu yang sama, semuanya menjadi faktor signifikan dalam apakah kami menemukan kerusakan pada organ-organ penting ini di dalam tubuh,” lanjutnya lagi.

Peneliti menemukan, beberapa gejala cocok dengan tanda-tanda kerusakan organ yang diungkap oleh pemindaian MRI, misalnya dada sesak dan batuk-batuk dengan abnormalitas di paru-paru. Namun, tidak semua gejala yang dialami mereka yang mengalami lengthy COVID dapat secara langsung dihubungkan dengan yang terlihat pada pemindaian.

Dr Raman mengatakan, kelainan pada lebih dari satu organ lebih umum terjadi pada orang yang pernah dirawat di rumah sakit dan masih melaporkan masalah kesehatan fisik dan psychological setelah mereka pulih dari infeksi awal.

“Apa yang kami lihat adalah orang-orang dengan kelainan multi-organ pada MRI, yaitu mereka punya lebih dari dua organ yang dampak, empat kali lebih mungkin melaporkan gangguan psychological dan fisik yang parah dan sangat parah,” ujarnya.

“Temuan kami juga menyoroti perlunya layanan tindak lanjut multidisiplin jangka panjang yang berfokus pada kesehatan paru dan ekstraparu (ginjal, otak, dan psychological), khususnya bagi mereka yang dirawat di rumah sakit karena COVID,” sambungnya lagi.

Di sisi lain, Prof Chris Brightling, dari Universitas Leicester dan pemimpin penelitian Phosp-COVID, mengatakan penelitian ini adalah bagian dari upaya yang lebih luas untuk memahami kelompok gejala berbeda yang membentuk sindrom yang dikenal sebagai lengthy COVID.

Simak Video “BPJS Kesehatan Tanggung Biaya Perawatan Pasien Covid-19
[Gambas:Video 20detik]
(suc/vyp)

Sering Terjadi Tiba-tiba, 5 Gejala Asam Urat Ini Muncul di Pagi Hari


Jakarta

Penyakit asam urat (Hyperuricemia) adalah suatu kondisi yang ditandai dengan tingginya kadar asam urat dalam darah. Kondisi ini ditandai dengan konsentrasi asam urat plasma yang melampaui 6,8 mg/dL.

Ketika kadar asam urat menjadi terlalu tinggi, asam urat dapat membentuk kristal seperti jarum yang dapat menumpuk di persendian, menyebabkan rasa sakit dan pembengkakan yang tiba-tiba dan parah, dikenal sebagai gout.

Menurut penelitian yang diterbitkan dalam Arthritis Rheumatology, risiko terkena serangan gout 2,4 kali lebih tinggi pada malam dan dini hari dibandingkan pada siang hari. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk suhu tubuh yang lebih rendah dan dehidrasi semalaman yang dapat membuat asam urat lebih mudah terakumulasi. Oleh karena itu, gejala asam urat dapat muncul ketika bangun tidur di pagi hari.

Dikutip dari Mayo Clinic, berikut adalah gejala yang terjadi ketika kadar asam urat meningkat.

Nyeri sendi menyiksa

Nyeri sendi ini biasanya menyerang jempol kaki, tetapi dapat terjadi pada sendi mana pun. Sendi lainnya termasuk pergelangan kaki, lutut, siku, pergelangan tangan, dan jari. Rasa sakit cenderung menjadi semakin parah dalam 4 hingga 12 jam pertama setelah serangan muncul.

Rasa tidak nyaman pada sendi berkepanjangan

Setelah rasa sakit yang paling parah mereda, beberapa ketidaknyamanan sendi dapat berlangsung dari beberapa hari hingga beberapa minggu. Serangan selanjutnya cenderung berlangsung lebih lama dan memengaruhi lebih banyak sendi.

Peradangan dan kemerahan

Sendi yang terganggu menjadi bengkak, terasa lunak, menghangat, dan memerah.

Keterbatasan gerak

Seiring dengan berkembangnya asam urat, seseorang mungkin tidak dapat menggerakkan sendi secara regular.

Kapan Harus ke Dokter?

Jika mengalami nyeri yang terjadi nyeri hebat dan tiba-tiba pada sendi, segera temui dokter. Gangguan asam urat yang tidak diobati dapat menyebabkan rasa sakit yang semakin parah dan kerusakan sendi.

Simak Video “Fuji Ngaku Kesulitan Syuting karena Idap Skoliosis
[Gambas:Video 20detik]
(naf/naf)

Kebiasaan Bisa Bikin Gairah Bercinta ‘Mati’, No 3 Sering Terjadi!


Jakarta

Ternyata kebiasaan sehari-hari juga bisa berpengaruh pada gairah seks seseorang. Tak jarang, itu membuat seseorang merasa lemas bahkan ogah untuk bercinta.

Kebiasaan tersebut dapat mengakibatkan rendahnya libido dan rendahnya keinginan untuk melakukan hubungan intim dengan pasangan. Namun, begitu bisa mengidentifikasinya, akan lebih mudah untuk memperbaikinya.

Dikutip dari laman Lybrate, berikut beberapa kebiasaan yang membuat gairah seks anjlok:

Kurang Nutrisi

Alasan utama yang bisa membuat gairah seks adalah rendahnya libido. Ini bisa terjadi karena pilihan makanan yang buruk untuk kesehatan.

Untuk meningkatkannya lagi, diperlukan tambahan afrodisiak dalam menu makan. Umumnya, makanan tersebut kaya akan zinc, magnesium, dan mineral, seperti:

  • Tiram
  • Coklat hitam
  • Pisang
  • Stroberi
  • Yogurt

Keseringan Masturbasi

Terlalu sering melakukan stimulasi diri atau masturbasi dalam sehari bisa menyebabkan kelelahan dan masalah kesehatan lainnya. Frekuensi masturbasi yang boleh dilakukan seseorang dalam sehari adalah sekitar 2-3 kali.

Namun, jika melakukan masturbasi lebih dari itu, pria dalam mengalami masalah seperti penis lemas, lembek, dan berkurangnya gairah seksual.

Kebanyakan Konsumsi Gula

Jika terlalu banyak mengkonsumsi gula di siang hari bisa menyebabkan lonjakan insulin atau kadar gula darah dalam tubuh. Hal ini akhirnya membuat tubuh lebih lesu.

Baru-baru ini, ditemukan bahwa pada pria, insulin meningkatkan hormon ‘estrogen’. Kondisi itu menyebabkan libido rendah, bahkan pada kasus yang lebih parah bisa memicu terjadinya disfungsi ereksi.

Penelitian lain mengaitkan kelebihan glukosa atau gula darah dengan penurunan kadar testosteron. Itu membuat seseorang lemas sebelum atau sesudah berhubungan intim.

Kebanyakan Stres

Meskipun sejumlah stres dianggap regular, tingkat stres yang tinggi bisa membuat tubuh seseorang lemas dan mempengaruhi kinerja seksual. Alih-alih menghilangkan stres, seks justru malah terasa seperti beban yang bisa mengakibatkan kesulitan ereksi atau orgasme.

Simak Video “WHO Soroti Hal Ini Terkait Ancaman Cacar Monyet yang Kian Serius
[Gambas:Video 20detik]
(sao/vyp)

Ternyata Ini yang Terjadi pada Tubuh Setelah Bercinta Sekian Lama

Jakarta

Seringkali menjadi pertanyaan, sebenarnya adakah efek yang timbul pada tubuh jika berhenti bercinta sementara waktu? Rupanya memang ada lho hal-hal yang bisa terjadi pada tubuh jika intensitas aktivitas seksual menurun. Seperti apa?

Pada dasarnya, adalah regular jika intensitas aktivitas bercinta berubah dari waktu ke waktu. Misalnya dipengaruhi oleh faktor usia, fluktuasi gairah seksual, dan standing hubungan.

Perubahan tersebut juga bisa berdampak kepada kondisi fisik dan psikologis seseorang. Lantas, seperti apa saja efeknya?

Efek pada kesehatan tubuh

Pada beberapa kasus, pasutri mungkin harus berhenti berhubungan seksual dalam waktu yang lama, misalnya karena sedang menjalani pengobatan, sedang terpisah jarak jauh, atau pasca melahirkan regular.

Efek yang dapat muncul di antaranya berupa penurunan sistem kekebalan tubuh, peningkatan risiko darah tinggi, mudah stress hingga resiko sakit jantung yang lebih besar. Pada pria, risiko kanker prostat juga meningkat akibat jarang ejakulasi.

Efek pada kesehatan psychological

Ada mengatakan bahwa melakukan hubungan seks secara teratur dapat meningkatkan kesejahteraan emosional seseorang. Walhasil pada beberapa orang, tidak berhubungan seksual untuk sementara waktu dapat memicu perasaan tidak nyaman dan cemas.

Namun juga pada beberapa kasus lainnya, menurunnya intensitas seks juga bisa disebabkan oleh kondisi psikis seperti dorongan seks yang rendah, atau memang pilihan pribadi.

Efek pada hubungan pasutri

Sering mendengar bahwa kualitas seks memiliki pengaruh yang kuat terhadap keintiman suami-istri? Nyatanya bagi sebagian orang, seks memang bisa meningkatkan perasaan kedekatan. Tak jarang orang yang merasa tidak cukup berhubungan seks merasa khawatir dan takut pasangannya sudah kehilangan ketertarikan seksual.

Di samping aktivitas seksual, ada juga aktivitas yang bisa meningkatkan kerekatan pasutri. Misalnya dengan berpelukan, atau memberikan gesture penuh kasih sayang lainnya, serta berkomunikasi membuka diri satu sama lain. Hal ini dapat meningkatkan kesehatan suatu hubungan, terlepas dari ada atau tidak adanya aktivitas seksual.

Simak Video “Situasi Sekolah di Jepang yang Terpaksa Tutup Imbas Resesi Seks
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/vyp)

Merinding! 5 Kematian Ini Terjadi saat Memuaskan Hasrat Seks

Jakarta

Seks adalah aktivitas yang memberikan ‘kenikmatan’ bagi pasangan yang melakukannya. Meski begitu, ternyata tidak sedikit orang yang meninggal karena seks.

Bahkan, orang-orang berikut ini meninggal setelah melakukan hal memalukan saat bercinta, atau melakukan seks yang sangat ekstrem sehingga kehilangan nyawanya. Tak cukup sampai di situ, kasus mereka pun dimuat sehingga menjadi bahan cemooh orang-orang di seluruh dunia.

Dikutip dari 11points, berikut kematian memalukan yang dipicu oleh seks.

1. Tewas ‘Ditusuk’ Kuda

Kasus yang terjadi pada 2015 silam ini belakangan kembali mendapat perhatian masyarakat. Kenneth Pinyan, insinyur boeing asal AS, meninggal setelah melakukan seks anal dengan seekor kuda berjulukan ‘Large D**Okay’.

Pinyan mengalami perforasi atau bolong pada ususnya usai ‘ditusuk’ kuda tersebut. Meski sempat dibawa ke RS, nyawanya tak bisa ditolong lagi. Kasus Pinyan ini bahkan membuat negara bagian Washington mengeluarkan peraturan yang melarang bestialitas atau berhubungan seks dengan hewan.

2. Meninggal Tersentrum

Kirsten Taylor tak pernah mengira fetish anehnya berubah menjadi ‘pedang bermata dua’ yang mengakhiri hidupnya. Wanita berusia 29 tahun itu meninggal karena tersentrum klem listrik yang menjepit putingnya.

Tak hanya itu, Taylor dan suaminya, Toby, ternyata sudah melakukan aksi gila itu selama sekitar dua tahun. Toby mengatakan tindakan ekstrem itu dilakukan untuk menambah ‘bumbu’ di ranjang.

3. Fetish Sesak Napas

Jika Taylor punya fetish kesentrum, maka Ralph Santiago juga punya fetish yang tak kalah aneh. Pria berusia 31 tahun itu ditemukan meninggal di sebuah rest room perkantoran dalam keadaan yang memalukan.

Dari hasil autopsi, Santiago meninggal karena sesak napas. Konyolnya, pria yang berprofesi sebagai petugas keamanan itu ternyata memiliki fetish membuat dirinya sesak napas agar bisa terangsang.

4. Salah Sebut Nama

Salah menyebut nama saat sedang bercinta ternyata bisa mendatangkan maut, setidaknya itu yang terjadi pada Tracey Scully. Saat sedang bercinta dengan Suaminya, Collin, Tracey secara tidak sengaja menyebut nama laki-laki lain.

Mengira Scully selingkuh dengan laki-laki lain, Collin kemudian mencekik Tracey hingga tewas. Collin pun mendekam di penjara dengan dakwaan pembunuhan.

5. Orgy Terakhir

Segey Tuganov, pria berusia 28 tahun asal Rusia, meninggal dengan cara yang mungkin membuat kaum adam iri. Ia meninggal setelah melakukan threesome selama 12 jam continuous.

Hal itu berawal saat kedua teman wanitanya bertaruh US$4.300 kalau Sergey tidak bisa memuaskan mereka dengan threesome selama 12 jam. Sergey pun menyanggupi taruhan tersebut dan menenggak banyak viagra. Saat akan menerima uang kemenangannya, ia mendadak meninggal karena serangan jantung.

Simak Video “Kronologi Tewasnya Binaragawan Justyn Vicky Usai Tertimpa Barbel 210 Kg
[Gambas:Video 20detik]
(ath/kna)

Fakta-fakta Sexomnia, Gangguan Seks yang Terjadi Saat Tidur

Jakarta

Biasanya seseorang ketika tidur cenderung tidak melakukan aktivitas apapun. Namun, beberapa orang ternyata memiliki gangguan tidur yang dapat menyebabkan perilaku seksual yang disebut sexsomnia.

Apa itu sexsomnia? sexsomnia ialah gangguan tidur di mana seseorang secara tidak sadar melakukan perilaku seksual. Sexsomnia diklasifikasikan sebagai parasomnia, yaitu sekelompok gangguan yang meliputi tidur sambil berjalan, mengigau, dan meneror saat malam hari.

Dikutip dari Dwell Science, sexsomnia terjadi ketika sebagian otak tiba-tiba terbangun dari tidur nyenyak. Menurut laporan tahun 2010 di jurnal Scientific Neurology and Neurosurgery, pengidap sexsomnia secara teknis masih tertidur, namun mulai melakukan perilaku seksual tertentu.

Menurut dr Rexford Muza, seorang dokter yang fokus dengan masalah tidur di Man’s and St Thomas Hospital di Inggris, pengidap sexsomnia ketika tidur, akan mungkin membelai dirinya sendiri maupun pasangannya, atau si pengidap akan membuat suara dan gerakan seksual.

Jurnal Present Opinion in Pulmonary oleh dr Muza menyebut ketika sexsomnia, wanita lebih cenderung melakukan masturbasi. Sementara pada pria, lebih sering memulai hubungan seksual dengan orang yang tertidur di sampingnya, meskipun orang dengan sexsomnia masih tertidur dan tidak ingat pada pagi hari.

Apa Penyebab Sexsomnia?

dr Muza menjelaskan sebagian besar penyebab sexsomnia dipicu oleh pasangan yang berpindah tempat tidur. Hal ini kemungkinan menyebabkan gairah parsial di otak. Namun, apapun yang dapat mengganggu tidur, mendengkur, kebisingan eksternal atau perubahan suhu mendadak, bisa menjadi pemicu sexsomnia.

Selain itu, dikutip dari Mayo Clinic, orang dengan sleep anea, dapat mengalami sesxsomnia karena kesulitan bernapas yang meyebabkan pengidapnya mengeluarkan suara terengah-engah atau tersedak. Di malam hari, hal tersebut bisa membangungkan sebagian otak.

Perlu dicatat, libido yang tinggi bukan menjadi pemicu sexsomnia. Menurut Schenck, tidak ada korelasi antara dorongan seksual yang tidak terpuaskan dan sexsomnia.

Apa Saja Gejala Sexsomnia?

Gejala sexsomnia dapat bervariasi, tergantung pada orangnya. Tetapi, ciri yang mendasari parasomnia ini adalah orang yang sedang tidur menunjukkan perilaku seksual yang tidak mereka sadari dan tidak dapat dikendalikan, seperti:

  • Masturbasi
  • Membelai
  • Mendesah
  • Melakukan gerakan seksual
  • Memulai aktivitas seksual
  • Agresi seksual
  • Pelecehan seksual

Simak Video “Menjaga Kecantikan Lewat Tidur Cukup dan Berkualitas
[Gambas:Video 20detik]
(kna/kna)

Menkes Buka-bukaan Tradisi Bullying di Kedokteran Sudah Terjadi Puluhan Tahun

Jakarta

Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menyoroti praktik perundungan di lingkungan pendidikan kedokteran yang sudah mengakar selama puluhan tahun. Aksi perundungan yang sudah lama terjadi tersebut mengakibatkan berbagai kerugian bagi korban.

“Praktik perundungan ini baik untuk dokter umum, internship, maupun pendidikan dokter spesialis itu sudah terjadi berulang kali dan ini tidak hanya menyebabkan kerugian psychological, tapi fisik dan juga finansial pada peserta didik,” ucap Menkes Budi dalam konferensi pers, Kamis (20/7/2023).

Menkes Budi mengatakan bahwa aksi perundungan ini dilakukan dengan dalih pembentukan karakter. Menurutnya pembentukan karakter dokter bisa dibentuk tanpa harus melakukan perundungan.

Adapun lebih lanjut, Menkes Budi menjabarkan bentuk praktik perundungan di lingkungan kedokteran yang ia temukan. Ia mengatakan bahwa banyak peserta didik yang kerap dijadikan asisten pribadi senior.

“Contoh yang paling saya sering dengar yang pertama kelompok di mana peserta didik dijadikan asisten pribadi bisa disuruh bayarin laundry, anterin laundry, nganterin anak, ambilin itu ini,” jelasnya.

Tidak hanya itu saja, banyak peserta didik yang juga diminta untuk mengerjakan tugas milik senior. Padahal hal tersebut tentu akan menghambat proses belajar peserta didik.

“Nomor dua saya juga menemukan peserta didik dijadikan pekerja pribadi nulis tugas, atau nulis jurnal, penelitian. Karena ada juniornya, padahal itu tugas kakak kelasnya,” kata Menkes Budi.

“Akibatnya kasian juga juniornya untuk belajar memperdalam spesialisasi malah disuruh ngerjain tugas dari seniornya yang tidak ada hubungan dengan spesialisasinya kadang-kadang,” sambungnya.

Banyak peserta didik kedokteran yang juga mengalami kerugian secara finansial selama mengikuti proses pendidikan. Hal itu disebabkan oleh berbagai permintaan ‘nyeleneh’ yang kerap diminta senior.

Simak Video “Menkes Ungkap Pemicu Perundungan Calon Dokter Spesialis
[Gambas:Video 20detik]