Jakarta –
Masyarakat yang kerap terpapar polusi udara dihantui sejumlah risiko penyakit. Beberapa yang sering disebut-sebut oleh praktisi kesehatan yakni batuk dan sesak, masalah pada paru, hingga risiko stroke. Memang sebenarnya, apa hubungannya paparan polusi dengan stroke?
Dokter spesialis saraf sekaligus anggota Dewan Pembina Perhimpunan Hipertensi Indonesia (InaSh) Prof Dr dr Yuda Turana, SpS, menjelaskan, polusi memang terbukti memiliki kaitan dengan risiko penyakit pada otak. Dalam hal ini penyakit yang dimaksud bukan hanya stroke, melainkan juga risiko demensia.
“Polusi itu banyak hal. Karena di dalam polusi itu kita bicara zat yang berbeda-beda. Itu harus baca dulu. Tapi yang agak unik dalam konteks kesehatan otak, memang outcome-nya disebutnya fungsi kognitif itu polusi udara termasuk yang evidence-nya cukup kuat,” terangnya saat ditemui detikcom di Jakarta Selatan, Selasa (24/10/2023).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Artinya pada kondisi polusi yang tinggi, risiko demensia lebih besar. Kalau mungkin di Lancet, itu faktor risiko kesehatan otak kan ada pendidikan, bodily inactivity, depresi, obesitas, ada DM, kemudian dimasukkan selain merokok ada polusi udara,” imbuh dr Yuda.
Di samping itu dr Yuda juga menjelaskan, hipertensi atau tekanan darah tinggi menjadi faktor risiko utama penyakit stroke. Seringkali, hal ini dipicu oleh kebiasaan asupan garam yang tinggi, dibarengi kondisi obesitas, minim aktivitas fisik, merokok, dan konsumsi minuman beralkohol.
“Bukan hanya garam banyak, tapi juga obesitas dan bodily inactivity. Bisa saja langsing, berat badannya sempurna tapi dia nggak aktif bergerak, itu juga faktor risiko. Merokok, alkohol,” tutur dr Yuda dalam kesempatan tersebut.
Simak Video “Ini 5 Aplikasi Cek Kualitas Udara di Android-IOS“
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/naf)