Tag: Warga

Pneumonia ‘Misterius’ Merebak di China-Belanda, Kemenkes Imbau Warga Jangan Panik


Jakarta

Kementerian Kesehatan RI mengimbau masyarakat agar tak panik menyusul penyebaran undefined pneumonia atau disebut pneumonia misterius. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, dr Imran Pambudi mengatakan masyarakat sebaiknya meningkatkan kewaspadaan diri, terlebih bila melakukan perjalanan ke luar negeri.

“Masyarakat tetap tenang, jangan panik,” kata dr Imran, dalam konferensi pers, Rabu (29/11/2023).

Sebelumnya, negara China saat ini tengah mengalami ancaman serius terhadap penyebaran pneumonia misterius sejak November 2023. Selain China, penyakit ini juga telah dilaporkan di Belanda. Adapun sebagian besar kasus didominasi pada anak-anak.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut dr Imran, pneumonia yang saat ini merebak di China sebenarnya sama dengan pneumonia yang terjadi di masyarakat, yakni disebabkan oleh infeksi bakteri maupun virus. Berdasarkan laporan epidemiologi, kebanyakan kasus pneumonia di sana disebabkan oleh mycoplasma pneumoniae.

Mycoplasma merupakan bakteri penyebab umum infeksi pernapasan (respiratory) sebelum COVID-19. Bakteri ini diketahui memiliki masa inkubasi yang panjang, sehingga penyebarannya tak secepat virus penyebab pandemi COVID. Juga, tingkat fatalitasnya tergolong rendah.

Di sisi lain, Kementerian Kesehatan RI sudah melakukan berbagai upaya mitigasi untuk mengantisipasi merebaknya mycoplasma pneumonia di Indonesia. Salah satunya, menerbitkan Surat Edaran Nomor : PM.03.01/C/4632/2023 tentang Kewaspadaan Terhadap Kejadian Mycoplasma Pneumonia di Indonesia.

Surat Edaran yang ditandatangani Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Maxi Rein Rondonuwu pada 27 November 2023 ini memuat sejumlah langkah antisipasi yang harus dilakukan oleh seluruh jajaran kesehatan dalam menghadapi penyebaran mycoplasma pneumonia di Indonesia.

Melalui surat edaran tersebut, Kemenkes juga telah mendorong fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) dan pintu masuk negara untuk aktif pelaporan temuan kasus pneumonia melalui saluran yang disediakan, yakni Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon Occasion Primarily based Surveillance (SKDREBS)/Surveilans Berbasis Kejadian (SBK) maupun ke PHEOC.

“Kami mengimbau kepada Dinas Kesehatan, rumah sakit maupun pintu masuk negara agar segera melaporkan apabila ada indikasi kasus yang mengarah pada pneumonia,” terangnya.

dr Imran mengatakan, upaya mitigasi tidak bisa dilakukan pemerintah sendiri, melainkan harus dibarengi dengan komitmen seluruh masyarakat agar pengendalian pneumonia lebih optimum. Berikut adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan masyarakat untuk mengantisipasi penularan pneumonia di Indonesia.

  • Pertama, melakukan vaksin untuk melawan influenza, COVID-19, dan patogen pernapasan lainnya jika diperlukan
  • Kedua, tidak melakukan kontak atau menerapkan jaga jarak aman dengan orang yang sakit
  • Ketiga, memastikan memiliki ventilasi yang baik. Keempat, membudayakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti mencuci tangan memakai sabun antiseptik dan air mengalir
  • Kelima, apabila merasa kurang enak badan atau sakit, sebaiknya tidak keluar rumah dan tetap menggunakan masker dengan baik serta benar.

“Segera ke fasyankes terdekat jika ada tanda gejala, batuk dan/atau kesukaran bernapas disertai dengan demam,” kata dr Imran.

Simak Video “Kasus Pneumonia ‘Misterius’ Anak Belanda Meningkat Hampir 25%
[Gambas:Video 20detik]
(suc/suc)

Kim Jong Un dan Warga Korut Dilanda Masalah Kebotakan dan Rambut Rontok


Jakarta

Korea Utara sedang mengalami peningkatan yang aneh dalam jumlah orang yang mengalami penipisan rambut atau kebotakan, demikian yang dilaporkan oleh para ahli Korea Selatan.

Kepada Radio Free Asia (RFA), para ahli ini membahas bahwa fenomena ini tampaknya berasal dari beberapa sumber, termasuk infeksi yang menyebabkan kerontokan rambut sebagai efek lanjut dan penggunaan sabun dan deterjen yang mengandung bahan kimia keras, lapor New York Submit.

Choi Jeong Hoon, seorang dokter dari Korea Utara yang melarikan diri ke selatan dan sekarang bekerja sebagai peneliti senior di Institut Penelitian Kebijakan Publik di Universitas Korea di Seoul, menjelaskan bahwa tidak mudah bagi warga Korea Utara untuk menemukan produk kimia yang ringan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Warga biasa tidak mampu untuk khawatir tentang kerontokan rambut,” jelasnya kepada RFA, dan menambahkan bahwa biaya perawatan untuk warga biasa terlalu mahal dan sering kali tidak terbukti efektif.

Perawatan ini sejalan dengan perawatan farmasi dan kosmetik, yang keduanya dapat membantu mempercepat kerontokan rambut.

Bahan-bahan tersebut, yang sering dipercaya memiliki efek menguntungkan pada rambut atau kulit, pada kenyataannya tidak memiliki bukti kemanjuran karena kondisi regulasi yang tidak jelas di negara tersebut.

Ahn Kyung Soo, pimpinan sebuah weblog yang membahas masalah kesehatan di Kerajaan Pertapa DPRKHealth.org, menulis bahwa banyak perawatan yang lebih mirip dengan “obat-obatan oriental”, merupakan tonik topikal berdasarkan ramuan obat yang cenderung memiliki efek minimal.

Perawatan tersebut termasuk mencelupkan sikat rambut seperti jarum ke dalam botol kaca dan kemudian mengoleskannya ke kulit kepala untuk menstimulasinya.

Pakar lain berpendapat bahwa topi militer juga dapat merusak rambut karena kurangnya ventilasi yang baik, menyebabkan penumpukan bakteri dan pori-pori tersumbat sehingga rambut menipis. Sedangkan semua pria berbadan sehat biasanya diwajibkan untuk menjalani wajib militer selama 10 tahun.

Kerontokan rambut bukan hanya masalah yang terjadi di Korea Utara. Dalam beberapa waktu terakhir, Korea Selatan juga mengalami kasus kerontokan rambut secara tiba-tiba dan meluas.

Simak Video “Kim Jong Un Disebut Alami Krisis Paruh Baya: Nangis setelah Mabuk
[Gambas:Video 20detik]
(naf/naf)

Warga Singapura Panik Diserang Kutu Busuk, Bayar Belasan Juta Buat Bersih-bersih


Jakarta

Setelah menyerang Prancis dan Inggris, kini wabah kutu busuk ikut merebak di negara tetangga Indonesia yakni Singapura. Warga di Prancis misalnya, ketar-ketir lantaran kutu busuk menyebar bukan hanya di rumah penduduk, melainkan juga di resort, rumah sakit, panti jompo, sekolah, bioskop, dan transportasi umum.

Seorang warga Singapura, Teh San San (41) menjelaskan rumahnya tengah diserang kutu busuk. Putranya pun mengalami benjolan kecil berwarna merah di sekujur tubuh, setelah melakukan perjalanan berlibur ke Hong Kong pada September 2023.

Petunjuk pertama Nyonya Teh San San bahwa kutu busuk telah menyerang rumahnya adalah munculnya benjolan kecil berwarna merah pada putranya yang berusia delapan tahun setelah berlibur ke Hong Kong pada bulan September.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

San san kemudian menemukan noda hitam kecil di sprei tempat tidurnya, yang diketahuinya sebagai kutu busuk. Ia pun segera mengontak layanan profesional dan membayar sekitar Rp 11 juta untuk membasmi kutu busuk.

“Tidak ada yang sebanding dengan istirahat malam yang nyenyak. Sudah berminggu-minggu berlalu, dan kehidupan kami telah kembali regular dari mimpi buruk,” ungkap San san dikutip dari The Straits Instances, Minggu (26/11/2023).

Gegara kutu busuk merebak, perusahaan pengendalian hama di Singapura ‘kebanjiran pesanan’. Sebagaimana dilaporkan The Straits Instances, sebanyak lima perusahaan pengendalian hama mengaku pesanan yang mereka terima melonjak sebanyak 30 hingga 50 persen sepanjang November 2023. Kebanyakan pelanggan adalah warga Singapura yang habis melakukan perjalanan wisata, kemudian takut membawa kutu busuk pulang ke rumah.

Salah satu perusahaan mengatakan, seorang pelanggan bersedia membayar sebanyak sekitar Rp 200 juta untuk pembersihan whole dari serangan kutu busuk.

“Sebagian besar panggilan datang dari mereka yang baru kembali dari perjalanan, yang pernah melihat kutu busuk atau telurnya, atau hanya ingin mengambil tindakan pencegahan,” kata direktur salah satu perusahaan pengendali serangga bernama Eminent Pest, Ian Wong. Seraya ia menambahkan, jumlah kasus yang ditanganinya kini melonjak 40 hingga 50 persen.

“Bagi mereka (masyarakat), ini bukan soal uang. Mereka khawatir dengan wabah ini, bahkan ada yang paranoid, dan pembersihan dua kali saja tidak cukup bagi mereka,” pungkasnya.

Simak Video “Geger Wabah Pneumonia di China
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/vyp)

Cerita Warga DIY Satu Dasawarsa Hidup ‘Berdampingan’ dengan Nyamuk Wolbachia


Jakarta

Pelepasan nyamuk wolbachia untuk menurunkan kasus demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia masih menuai sejumlah polemik. Tidak sedikit masyarakat yang ragu karena dikhawatirkan bisa memicu mutasi genetik pada nyamuk.

Sebelum Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) melakukan pilot venture implementasi Wolbachia sebagai inovasi penanggulangan DBD, nyamuk ber-wolbachia sudah lebih dulu dilepaskan di Yogyakarta di tahun 2015.

Seorang tokoh masyarakat Kelurahan Cokrodiningratan, Totok Pratopo, menceritakan pengalamannya saat tim World Mosquito Program (WMP) yang melakukan riset wolbachia melakukan uji coba di wilayah Yogyakarta. Awalnya banyak yang bingung karena selama bertahun-tahun, warga hanya diminta untuk melakukan 3M (menguras, menutup, mengubur) untuk mencegah DBD.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Kemudian saya tanyakan, saya minta jaminan andaikata nyamuk dilepas dan ada warga kami yang tertular DBD, apakah ada jaminan atau santunan dari tim ini? Dan waktu itu mohon maaf tidak ada jawaban yang memuaskan dan dikatakan riset ini baru berjalan,” kata Totok dalam webinar Selebrasi Sedasawarsa Warga Yogyakarta Hidup bersama Nyamuk Ber-Wolbachia’ di UGM, Sleman, Rabu (22/11/2023).

Perjalanannya pun bukan tanpa tantangan. Namun dia bersama sejumlah peneliti terus melakukan sosialisasi untuk memberitahu masyarakat tentang manfaat nyamuk wolbachia demi memberantas DBD.

Sebelum penerapan program WMP, kondisi penyebaran DBD di kampung Cokrodiningratan, tempat tinggalnya, bisa dibilang memprihatinkan. Kasus baru selalu muncul menjelang akhir tahun, bahkan hingga mengakibatkan kematian.

“Kampung di pinggir Kali Code sebenarnya memiliki potensi yang tinggi karena tingkat kebersihan lebih rendah dan banyak genangan. Bersyukur teknologi ini ditemukan. Hari ini kampung saya Jetisharjo nol kasus. Tidak ada yang sampai masuk rumah sakit dan meninggal, ini sungguh melegakan bagi kami masyarakat,” kata Totok.

Simak Video “Kata Kemenkes soal Keamanan Program Pengendalian DBD Lewat Wolbachia
[Gambas:Video 20detik]
(kna/kna)

Curhat Warga Korsel ‘Diserang’ Kutu Busuk, Jadi Waswas Duduk di Transportasi Umum


Jakarta

Setelah Prancis, wabah kutu busuk juga membuat panik warga Korea Selatan. Wabah ini kembali ke Korea untuk pertama kalinya sejak tahun 1970-an.

Hal yang sangat mengejutkan banyak orang adalah ketangguhan makhluk ini, yang dapat bertahan hidup bahkan ketika dimasukkan ke dalam botol insektisida. Tak sedikit warga yang akhirnya mengubah keseharian mereka untuk menghindari keberadaan kutu busuk.

“Sejujurnya, saya ragu untuk duduk di bangku sembarangan,” kata salah satu warga pada Korea JoongAng Day by day.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Saat ini, saya mencoba untuk tidak meletakkan pakaian saya langsung di tempat tidur,” kata warga lainnya.

Untuk mengatasi kondisi ini, pemerintah Metropolitan Seoul meluncurkan rencana untuk memerangi kutu busuk di transportasi umum. Salah satunya dengan kursi berbahan kain di kereta bawah tanah ‘dipanasi’ dan didesinfeksi secara teratur.

Meski begitu, banyak penumpang transportasi umum yang memilih untuk berdiri saat banyak orang. Bahkan, mereka cenderung menghindari keramaian dan lebih sering bersih-bersih.

“Saya lebih sering bersih-bersih dan cenderung menghindari keramaian,” kata narasumber lainnya.

Namun, tidak semua orang begitu khawatir. Beberapa orang merasa situasi saat ini masih baik-baik saja.

“Saya mendengar ada masalah di kalangan wisatawan yang berkunjung ke negara lain. Tinggal di Korea, saya rasa saya tidak pernah memikirkannya,” katanya.

Simak Video “Kutu Busuk Serang Paris, Ini Bahayanya Jika Digigit
[Gambas:Video 20detik]
(sao/naf)

Warga Muda Korsel Pilih Jadi Generasi N-Po, Menikah-Punya Bayi Tak Lagi Prioritas


Jakarta

Generasi muda Korea Selatan tengah dijuluki ‘N-Po era’. Sebutan ini disematkan pada mereka yang terpaksa berhenti menikah, memiliki anak, dan banyak mimpi lain imbas pekerjaan belum ‘settle’ di tengah biaya hidup terlampau tinggi.

Seperti kisah Kim Jaram, pria berusia 32 tahun itu mengambil lebih dari dua pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pagi hingga siang hari, dirinya bekerja sebagai desainer internet, sementara di malam hari, Kim Jaram bertugas di dua toko. Dirinya juga tidak pernah absen bekerja saat akhir pekan.

Terhitung lebih dari 100 jam dihabiskan untuk bekerja dalam sepekan. Lebih dari dua kali lipat jam kerja pada umumnya yakni ‘9 to five’ atau pukul 9 pagi hingga 5 sore waktu setempat.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Di Korea Selatan saat ini, jika Anda ingin bertahan hidup dengan gaji bulanan, Anda harus bekerja di perusahaan besar atau di pekerjaan tertentu,” kata pria yang tinggal di Seongnam, kota di bagian tenggara Seoul.

“Bagi orang regular, jika ingin menabung untuk masa depan, memiliki dua pekerjaan adalah suatu keharusan,” sambung dia.

Namun, jadwal yang padat ini berdampak buruk pada Kim, yang memegang gelar affiliate di bidang makanan dan nutrisi, tetapi belakangan beralih karier setelah mengambil kursus desain internet. Sering kehilangan fokus berujung amukan bos. Berat badan bertambah karena kurang berolahraga dan yang lain.

Dirinya ingin memiliki cukup uang membuka toko sendiri dalam waktu setahun.

“Saya tidak berencana hidup seperti ini seumur hidup saya,” katanya.

“Tujuan saya adalah mencapai kebebasan finansial antara usia 40 dan 45 tahun. Mengapa tidak bekerja sekeras yang saya bisa sekarang?”

Korea Selatan adalah negara maju yang berkembang pesat. Namun, ada kecenderungan seperti yang terjadi di beberapa wilayah Asia lain, yakni generasi muda merasa lebih sulit dibandingkan orang tua mereka untuk mencapai kemajuan meskipun memiliki pendidikan lebih tinggi.

Kaum muda di negara ini disebut sebagai ‘generasi N-Po’, yang harus meninggalkan banyak hal karena ketidakamanan pekerjaan dan tingginya biaya rumah, juga hidup. Istilah ini dimulai dengan ‘generasi Sampo’, mengacu pada generasi muda yang terpaksa berhenti berkencan, menikah, dan memiliki anak karena ketidakamanan ekonomi yang diperburuk oleh krisis keuangan world di 2008.

Ada istilah lain yakni Neraka Joseon, yang diciptakan sekitar delapan tahun lalu, menggambarkan masyarakat fashionable Korea sebagai versi buruk dari dinasti Joseon dan sistem kelasnya yang tidak setara.

Kisah Kim, dan kisah remaja lainnya yang baru-baru ini terjadi di Korea Selatan, menyoroti dampak dari sistem yang tidak kenal ampun dan sangat kompetitif, dimulai di sekolah dan berlanjut hingga masa dewasa.

Faktor-faktor di balik terjebaknya generasi muda di negara ini berakar kuat pada budaya.

Simak Video “Anak Muda yang Kesepian di Korea Selatan Akan Diberi Tunjangan
[Gambas:Video 20detik]
(naf/kna)

Pilu Derita Warga Gaza Sebulan Lebih Krisis Air-Pangan Imbas Digempur Israel

Jakarta

Tercatat lebih dari sebulan warga Gaza menghadapi krisis air, makanan, dan nihil akses ke layanan kesehatan. Sumber sanitasi dan yang lainnya mencapai titik puncak krisis.

Pengeboman intensif Israel di Jalur Gaza menewaskan 10.328 warga Palestina, termasuk di antaranya 4.237 anak-anak, sejak 7 Oktober. Kementerian Kesehatan di Gaza menyebutkan jumlah orang yang terluka bertambah menjadi 25.965 kasus.

Pada 9 Oktober, militer Israel mengumumkan blokade whole terhadap wilayah yang sudah terkepung, termasuk larangan air dan makanan. Dua hari kemudian, listrik padam dan masuknya bantuan serta bahan bakar dibatasi.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diperkirakan 1,5 juta orang terpaksa mengungsi dan kondisi mereka semakin genting karena kurangnya pasokan kebutuhan pokok.

Krisis Air Mengkhawatirkan

Kelompok hak asasi manusia telah memperingatkan selama bertahun-tahun tentang memburuknya situasi air di Jalur Gaza. Pada 2021, Institut World untuk Air, Lingkungan dan Kesehatan dan Monitor Hak Asasi Manusia Euro-Mediterania menggambarkan air di Gaza tidak dapat diminum, sekitar 97 persen airnya tidak layak untuk dikonsumsi.

Saat ini, kurangnya listrik menyebabkan instalasi desalinasi dan pengolahan air limbah tidak dapat berjalan, sehingga semakin mengurangi akses terhadap air minum aman.

Pada 4 November, Israel menghancurkan reservoir air di Gaza utara serta tangki air umum yang memasok ke beberapa lingkungan di selatan.

Banyak orang meminum air tercemar, asin, dan mengantre berjam-jam dengan harapan mendapatkan air yang layak diminum.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut dibutuhkan antara 50 dan 100 liter air per orang dalam hari, tetapi mereka memperkirakan rata-rata alokasi air harian di Gaza hanya tiga liter untuk semua kebutuhan sehari-hari, termasuk minuman dan kebersihan.

Kekurangan air berdampak pada tubuh, pertama pada ginjal, hingga akhirnya jantung. Dehidrasi terjadi dengan cepat pada anak-anak dan seringkali berujung deadly. Seseorang dapat mengalami sakit kepala ringan dan denyut nadi berdebar kencang karena jantung harus memompa lebih cepat untuk mempertahankan oksigen.

Krisis Pangan

Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) mengatakan 80 persen populasi di Jalur Gaza sudah mengalami kerawanan pangan sebelum dimulainya serangan pada tanggal 7 Oktober. Hampir separuh populasi dari 2,3 juta orang bergantung pada bantuan makana dari Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).

Sebelum tanggal 7 Oktober, rata-rata sekitar 500 truk diizinkan masuk ke Gaza setiap hari.

Menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) PBB, sejak 21 Oktober, setidaknya 451 truk telah memasuki Gaza, 158 di antaranya membawa makanan, termasuk ikan kaleng, pasta, tepung terigu, pasta tomat kalengan, dan kacang kalengan. Sementara 102 truk di antaranya membawa perbekalan kesehatan.

Truk-truk yang tersisa membawa muatan campuran. Pasokan bahan bakar masih belum diperbolehkan masuk ke Gaza, yang berdampak serius pada rumah sakit yang masih beroperasi. Hal ini tentu membahayakan nyawa ribuan orang.

NEXT: Tak Ada Akses ke Layanan Kesehatan

4 Makanan yang Harus Dihindari Kalau Ingin Panjang Umur Bak Warga Blue Zone

Jakarta

Ada beberapa makanan yang dapat merusak kualitas hidup sehingga memperpendek umur. Makanan ini tak biasa dikonsumsi orang yang bermukim di wilayah Blue Zone atau Zona Biru.

Kita bisa mencontoh pola asupan makanan orang zona biru agar bisa memperpanjang umur. Mereka juga membatasi beberapa makanan yang bisa meningjatkan risiko penyakit kronis, seperti sakit jantung, kanker, dan penyakit kronis lainnya.

Dikutip dari Insider, berikut sederet makanan yang perlu dihindari kalau ingin panjang umur.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

1. Makanan olahan

Makanan pokok seperti nasi, kacang-kacangan, dan sayuran lebih diutamakan daripada makanan olahan, yang penuh dengan lemak jahat, garam, gula, dan pengawet sebaiknya dibatasi jika ingin berumur panjang.

Makanan ultra-processed meals seperti pizza, keripik, dan makanan kemasan lainnya telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian dini akibat penyakit jantung atau kanker.

2. Makanan dengan gula tambahan

Salah satu penyebab umur pendek adalah terlalu banyak gula. Kurangi makanan, seperti kue, permen, dan es krim.

Terlalu banyak makanan manias dapat menyebabkan kenaikan berat badan, masalah temper, kulit, dan risiko diabetes, liver, serta risiko penyakit jantung yang lebih tinggi.

Alih-alih nyemil yang manis, masyarakat zona biru cenderung makan kacang-kacangan dengan serat dan lemak sehat, atau buah-buahan untuk rasa manis alami.

3. Makanan biji-bijian olahan

Makanan seperti roti putih, pasta, dan kue kering harus dihindari karena lebih baik konsumsi biji-bijian utuh berserat tinggi.

Zona Biru terkenal dengan weight loss program karbohidrat, mereka lebih menyukai biji-bijian daripada makanan tepung-tepungan. Ketika biji-bijian diproses, nutrisi seperti serat, vitamin, dan mineral berkurang dan tekstur makanan menjadi lebih halus agar memiliki umur simpan yang lama. Seringkali, zat kimia juga dicampur untuk meningkatkan rasa.

Kurangnya serat dalam biji-bijian olahan dapat membuat tubuh merasa mudah lapar sehingga banyak makan dan memicu lonjakan gula darah.

4. Minuman manis

Hindari minuman manis seperti soda, jus kemasan, minuman berenergi, dan sejenisnya. Kebiasaan mengonsumsi ini dapat meningktkan risiko kanker dan penyakit kronis lainnya.

Perbanyak air putih untuk menghidrasi tubuh. Lalu, bisa konsumsi kopi dan teh dengan kandungan tinggi antioksidan, mikronutrien yang meminimalisir risiko penyakit kronis.

Simak Video “Kenalan Sama Keju Mazaraat, Keju Organik Produk Lokal
[Gambas:Video 20detik]
(kna/kna)

Singapura Dinobatkan Jadi Warga ‘Blue Zone’ 2.0, Ternyata Ini Alasannya

Jakarta

Singapura baru-baru ini dinobatkan sebagai wilayah blue zone atau zona biru 2.0. Masyarakat di sana disebut memiliki peluang hidup lebih lama imbas pola hidup lebih sehat.

Namun tidak seperti populasi blue zone atau zona biru lain, yang berumur panjang berkat cara hidup tradisional secara alami. Konon, siasat di Singapura menjadi populasi blue zone adalah rekayasa.

Pakar kesehatan terkait umur panjang mempertimbangkan apa yang sejauh ini berhasil memperpanjang angka harapan hidup dan bagaimana masyarakat Singapura bisa menjalani hidup lebih sehat.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Okinawa, Sardinia, dan Singapura.

Jika dibandingkan, apa persamaan tempat-tempat di wilayah ini sehingga menjadi populasi blue zone? Selain tentu semuanya kepulauan, Okinawa ada di Jepang, Sardinia di Italia, dan Singapura di Asia Tenggara.

Dalam serial Netflix terbaru berjudul Reside to 100: Secrets and techniques of the Blue Zones, mereka termasuk di antara enam tempat yang diberi nama ‘Blue Zones’. Istilah ini dipopulerkan oleh penulis buku terlaris New York Occasions Dan Buettner, Blue Zones adalah wilayah dengan tingkat penduduk terbanyak, berusia seratus tahun atau bahkan lebih dari 100 tahun.

Artinya, menjadi tempat saat orang-orang dapat hidup lebih lama dan menikmati kesehatan lebih baik hingga usia lanjut. Dalam bukunya The Blue Zones, Buettner menyebutkan lima Blue Zones asli selain Okinawa dan Sardinia, ada di Ikaria di Yunani, Loma Linda di California, dan Semenanjung Nicoya di Kosta Rika.

Masing-masing wilayah dengan catatan umur panjang ini telah menjalani cara hidup sederhana seperti mengonsumsi pola makan nabati, aktif setiap hari, juga selalu bersosialisasi.

Singapura dinobatkan sebagai blue zone 2.0 keenam tahun ini dalam empat bagian movie dokumenter di Netflix, tetapi Menteri Kesehatan Ong Ye Kung menekankan bahwa fakta warga di Singapura saat ini menunjukkan yang sebaliknya.

“Singapura mencatat salah satu angka harapan hidup dan rentang kesehatan tertinggi di dunia tampaknya merupakan sebuah anomali,” katanya, dikutip dari Channel Information Asia, Selasa (17/10/2023).

“Kebiasaan sehat yang baik tidak melekat dalam budaya dan gaya hidup tradisional kita. Singapura tidak seperti Okinawa atau Sardinia. Sebaliknya, kami makan makanan yang kaya gula, garam, dan santan, seringkali digoreng. Kita tidak diberkahi dengan hamparan alam luas yang mendorong aktivitas luar ruangan, juga laju kehidupan yang cepat dan penuh tekanan termasuk di pekerjaan.”

“Banyak keluarga yang menyendiri dan bahkan tidak berbicara dengan tetangga dekat mereka.”

RS Penuh, Krisis Air sampai Ancaman Kelaparan Warga Gaza Imbas Blokade Israel


Jakarta

Antrean di depan kamar mandi wilayah Jalur Gaza bagian selatan tampak mengular. Mereka bahkan belum mandi berhari-hari setelah Israel memutus aliran air, listrik, bahkan sampai pasokan makanan.

Ahmed Hamid (43) meninggalkan kota Gaza bersama istri dan tujuh anaknya, menuju ke Rafah setelah tentara Israel pada hari Jumat memperingatkan penduduk di utara wilayah kantong tersebut menuju ke selatan, demi keselamatan mereka sendiri.

“Sudah berhari-hari kami tidak mandi. Bahkan pergi ke rest room pun harus mengantre,” kata Hamid kepada AFP.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Tidak ada makanan. Semua barang tidak tersedia dan harga makanan yang tersedia melonjak. Satu-satunya makanan yang kami temukan hanyalah tuna kalengan dan keju.”

“Saya merasa seperti beban, tidak mampu berbuat apa-apa,” curhatnya.

PBB memperkirakan sekitar satu juta orang telah mengungsi sejak Israel memulai pemboman udara tanpa henti di Gaza. Di wilayah Gaza, setidaknya 2.670 orang tewas dalam pemboman tanpa henti tersebut, sebagian besar dari mereka adalah warga biasa Palestina.

Mona Abdel Hamid (55) meninggalkan rumahnya di Kota Gaza, menuju rumah kerabatnya di Rafah. Sebaliknya, dia mendapati dirinya berada di rumah orang yang tidak dia kenal.

“Saya merasa terhina dan malu. Saya mencari perlindungan. Kami tidak mempunyai banyak pakaian dan sebagian besar pakaian sekarang kotor, tidak ada air untuk mencucinya,” katanya.

“Tidak ada listrik, tidak ada air, tidak ada web. Saya merasa seperti kehilangan rasa kemanusiaan saya.”

Kisah pilu lain dialami Sabah Masbah (50) yang tinggal bersama suami, putrinya, dan 21 kerabat lain di rumah teman yang berlokasi di Rafah.

“Hal terburuk dan paling berbahaya adalah kami tidak dapat menemukan air. Saat ini tidak ada dari kami yang mandi karena air sangat langka,” katanya kepada AFP.

Di samping itu kondisi rumah sakit di Gaza juga di ambang kolaps. Imbas blokade Israel, pasokan obat-obatan cepat habis dan rumah sakit tak bisa merawat pasien karena listrik diputus.

Kondisi yang sangat memprihatinkan juga terjadi di Rumah Sakit Shifa, kompleks medis terbesar di Kota Gaza. Para dokter Palestina memperingatkan akan terjadinya wabah penyakit menular karena kepadatan penduduk yang mendatangi rumah sakit tersebut.

“Ada ribuan,bahkan puluhan ribu orang yang berbondong-bondong ke rumah sakit,” kata ahli bedah Ghassan Abu Sitta seperti kepada Al Jazeera.

“Mereka tidur di lantai, di koridor, di antara tempat tidur pasien. Mereka sangat ketakutan. Mereka mengira ini adalah tempat paling aman dan segala sesuatu di sekitar mereka menegaskan hal itu,” ujarnya.

Simak Video “WHO Kritik Israel soal Evakuasi 1 Juta Warga Gaza: Itu Akan Jadi Bencana!
[Gambas:Video 20detik]
(naf/kna)