Jakarta

Kondisi Jalur Gaza semakin mencekam di tengah serangan Israel. Hal itu membuat rumah sakit yang berada di sana tidak bisa beroperasi dengan baik dan kehabisan obat-obatan, termasuk obat pereda nyeri.

Seorang wanita di Gaza bahkan harus melahirkan tanpa menggunakan obat penghilang rasa sakit. Ini dialami oleh Kefaia Abu Asser.

Wanita 24 tahun itu terpaksa meninggalkan rumahnya dalam keadaan hamil besar setelah militer Israel memperingatkan warga sipil untuk pindah ke selatan Jalur Gaza demi keselamatan mereka.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Awalnya kami pergi ke Kamp Nuseirat. Tapi ada bom di dekat kami. Saya melihat mayat-mayat yang terkoyak. Itu sangat sulit,” kata Kefaia yang dikutip dari BBC, Rabu (15/11/2023).

“Itu sangat berbahaya bagi bayi saya yang belum lahir. Saya selalu merasa takut,” lanjutnya.

Keluarga tersebut akhirnya sampai di Rumah Sakit Kuwait di kota Rafah, namun bangsal bersalinnya telah ditutup. Kefaia kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Emirat terdekat.

Di rumah sakit tersebut, Kefaia melihat banyak sekali wanita yang akan melahirkan. Banyak yang datang dari seluruh penjuru Gaza, dari utara ke selatan. Karena kekurangan obat penghilang rasa sakit, Kefaia dan ibu lainnya terpaksa melahirkan tanpa obat pereda nyeri.

“Ada kekurangan obat penghilang rasa sakit,” beber Kefaia.

“Jadi mereka hanya memberikannya jika rasa sakitnya benar-benar tak tertahankan dan hanya diberikan kepada mereka yang paling membutuhkan,” ungkapnya.

NEXT: Bayi Lahir Prematur