Tag: Disadari

7 Makanan Sehari-hari yang Tak Disadari Picu Tensi Tinggi

Jakarta

Makanan bisa menjadi salah satu faktor penyebab tensi atau tekanan darah tinggi. Tanpa disadari, berbagai jenis makanan yang kita konsumsi sehari-hari dapat memicu tensi tinggi, atau yang dikenal juga dengan sebutan hipertensi.

Dikutip dari laman Mayo Clinic, hipertensi adalah kondisi ketika tekanan darah seseorang berada di atas ambang regular, atau lebih dari 140/90 mmHg. Jika kondisi ini dibiarkan berlarut-larut dan tidak segera ditangani, dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang bisa mengancam nyawa, mulai dari stroke hingga serangan jantung.

Salah satu faktor penyebab tensi tinggi bisa berasal dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Faktanya, tidak sedikit dari makanan yang kita konsumsi mengandung zat yang dapat meningkatkan risiko hipertensi, seperti lemak, gula, garam, dan lain sebagainya. Lantas, apa saja makanan penyebab tensi tinggi yang kerap dikonsumsi sehari-hari?


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Makanan Penyebab Tensi Tinggi

1. Daging Merah

Daging merah adalah salah satu sumber utama protein hewani. Daging merah seperti daging sapi, kambing, atau domba sebaiknya dibatasi.

Meskipun mengandung protein yang dibutuhkan tubuh, daging merah juga menjadi makanan penyebab tensi tinggi yang tidak disarankan dikonsumsi dalam jumlah berlebihan. Pasalnya, daging merah memiliki kandungan kolesterol dan lemak yang bisa meningkatkan tekanan darah. Selain itu, kolesterol dan lemak tersebut juga berpotensi memicu penumpukan plak dalam pembuluh darah, yang kemudian bisa mengganggu peredaran darah ke seluruh tubuh serta memicu tensi tinggi.

2. Makanan Manis

Bagi sebagian orang, makan tanpa diakhiri dengan dessert atau makanan penutup seperti kue kering, cake, dan lain sebagainya terasa tidak lengkap. Namun, dessert ternyata juga bisa menyebabkan tensi tinggi loh.

Rata-rata, dessert diolah menggunakan gula dan zat pemanis lainnya. Mengonsumsi terlalu banyak gula dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah dan menghambat produksi oksida nitrat (NO). Oksida nitrat merupakan senyawa yang dibutuhkan tubuh untuk menjaga kesehatan pembuluh darah dan mempertahankan fleksibilitas.

Selain itu, makanan manis seperti dessert juga bisa menyebabkan obesitas dan diabetes, yang menjadi faktor risiko hipertensi.

3. Gorengan

Camilan satu ini merupakan salah satu jenis makanan yang bisa menyebabkan beragam penyakit kardiovaskular, termasuk tensi tinggi. Ini karena gorengan umumnya memiliki kandungan lemak trans dan kolesterol tinggi yang berasal dari minyak yang digunakan dalam proses penggorengan.

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, lemak jenuh dan kolesterol dapat meningkatkan tekanan darah, serta memicu penumpukan plak pada pembuluh darah. Jika pembuluh darah mengalami penyumbatan, jantung harus bekerja lebih keras untuk bisa memompa darah melalui pembuluh darah yang tersumbat. Kondisi inilah yang pada akhirnya meningkatkan risiko tensi tinggi.

4. Roti

Sama seperti dessert, roti mengandung karbohidrat, gula, dan kalori. Jika dikonsumsi secara berlebihan, roti dapat meningkatkan risiko tensi tinggi.

Roti juga termasuk makanan dengan indeks glikemik tinggi, sehingga bisa meningkatkan risiko diabetes. Diabetes sendiri merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko hipertensi. Pasalnya, diabetes lambat laun bisa memicu kerusakan pada pembuluh darah yang pada akhirnya menyebabkan peningkatan tekanan darah.

5. Susu Full Cream

Susu full cream merupakan sumber protein hewani yang juga bisa menyebabkan tensi tinggi. Pasalnya, susu full cream umumnya memiliki kandungan lemak jenuh yang cukup tinggi, sehingga dapat meningkatkan risiko hipertensi.

Selain susu full cream, produk olahan susu lainnya seperti mentega, margarine, keju, hingga mayonaise juga bisa memicu kenaikan kolesterol, yang kemudian meningkatkan risiko tensi tinggi.

6. Kopi

Selain susu, minuman lain yang bisa menyebabkan tensi tinggi adalah kopi. Ini dikarenakan kandungan kafein yang ada dalam minuman pahit tersebut.

Jika dikonsumsi secara regular, kopi memang dapat memberikan beragam manfaat positif bagi kesehatan. Bahkan, kopi termasuk salah satu yang disarankan untuk pengidap darah rendah atau hipotensi.

Memang, efek kafein dalam meningkatkan tekanan darah hanya bersifat sementara. Kendati demikian, hasil sejumlah penelitian menyarankan untuk membatasi asupan kopi setiap harinya.

7. Minuman Bersoda

Minuman bersoda atau berkarbonasi ternyata juga menjadi salah satu penyebab tensi tinggi. Hal ini disebabkan oleh kandungan kalori dan gula yang ada dalam minuman tersebut.

Dalam jangka panjang, kebiasaan mengonsumsi minuman bersoda dapat meningkatkan risiko obesitas dan diabetes. Kedua faktor tersebut lah yang pada akhirnya bisa memicu tensi tinggi.

Simak Video “Hal-hal yang Perlu Diperhatikan saat Memanaskan Ulang Makanan
[Gambas:Video 20detik]
(ath/naf)

6 Gejala Leukemia Stadium Awal, Kerap Tak Disadari

Jakarta

Leukemia adalah kanker darah akibat tubuh terlalu banyak memproduksi sel darah putih irregular. Leukemia dapat terjadi pada orang dewasa dan anak-anak.

Sel darah putih merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh yang diproduksi di dalam sumsum tulang. Ketika fungsi sumsum tulang terganggu, maka sel darah putih yang dihasilkan akan mengalami perubahan dan tidak lagi menjalani perannya secara efektif.

Sama seperti kanker lainnya, leukemia disebabkan oleh mutasi genetik di sel-sel darah yang membuatnya tumbuh menjadi tidak terkendali hingga membentuk tumor ganas. Bahayanya lagi, leukemia yang masih dalam stadium awal kerap tidak bergejala sehingga terlambat disadari dan mendapat penanganan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi pada beberapa kasus, gejala leukemia stadium awal bisa saja muncul dan menyerupai gejala penyakit biasa. Untuk memudahkan penanganan dan mencegah kondisinya semakin parah, yuk kenali 6 gejala leukemia stadium awal berikut.

Gejala Leukemia Stadium Awal

1. Luka Berdarah yang Sulit Mengering

Leukemia dapat menyerang trombosit, yakni sel darah yang berperan penting dalam proses pembekuan darah. Trombosit ini pula yang membantu luka untuk kering dan tidak lagi mengeluarkan darah.

Tapi jika trombosit bermasalah, maka darah yang keluar lewat luka menjadi sulit berhenti. Selain itu, warna darah yang dikeluarkan tidak berwarna merah pekat seperti luka pada umumnya, melainkan merah terang.

2. Sering Mimisan

Sering mengalami mimisan? Waspada, hal tersebut bisa saja menjadi gejala leukemia.

Dikutip dari laman My Leukemia Crew, mimisan merupakan salah satu gejala yang paling sering terjadi pada leukemia stadium awal. Mimisan disebabkan oleh perkembangan sel darah putih yang tidak regular, sehingga menggantikan sel-sel yang sehat dalam sumsum tulang, termasuk trombosit.

Jika jumlah trombosit tidak cukup, maka darah akan sulit membeku. Inilah yang membuat pengidap leukemia kerap mengalami mimisan.

3. Sering Mengalami Memar dan Pendarahan

Memar dan pendarahan yang terjadi secara berulang juga bisa menjadi salah satu gejala leukemia stadium awal. Pada leukemia, sel darah putih yang bermutasi akan menyerang sel-sel sehat dalam tubuh, termasuk trombosit. Jika jumlah trombosit berada di bawah regular, maka dapat memicu terjadinya memar dan pendarahan.

Trombosit yang rendah juga membuat proses penyembuhan memar dan pendarahan menjadi lebih lama. Jika hal ini sering terjadi, segera periksakan diri ke dokter untuk mengetahui kondisi fisik secara pasti.

4. Rentan Terkena Infeksi

Sel darah putih memiliki tugas untuk melawan zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Tapi pada pasien leukemia, sel darah putih bermutasi dan malah menyerang sel-sel yang masih sehat.

Akibatnya, fungsi untuk melawan infeksi menjadi terbengkalai. Alhasil, virus, bakteri, dan zat asing lainnya dapat dengan mudah masuk dan menginfeksi tubuh.

5. Anemia

Anemia atau kurang darah terjadi akibat jumlah sel darah merah yang terlalu rendah. Pada pasien leukemia, anemia bisa terjadi lantaran sel darah putih yang telah bermutasi menyerang sel-sel darah merah dalam tubuh.

Akibatnya, pengidap leukemia juga kerap mengalami defisiensi sel darah merah. Gejala ini biasanya juga disertai kelelahan, wajah pucat, hingga sesak napas.

6. Nyeri Sendi dan Tulang

Pengidap leukemia stadium awal juga kerap mengalami nyeri pada persendian atau tulang bagian belakang. Rasa nyeri tersebut disebabkan oleh tumor yang terbentuk pada jaringan sumsum tulang belakang tempat diproduksinya sel darah. Ketika tumor tersebut menekan saraf di sekitarnya, maka dapat menimbulkan nyeri pada sendi atau tulang.

Simak Video “Leukemia Jadi Kasus Kanker Tertinggi pada Anak, Kenali Gejalanya!
[Gambas:Video 20detik]
(ath/suc)

dr Boyke Ungkap Bahaya Gonore, Awalnya Tak Disadari hingga Berujung Deadly

Jakarta

Ramai jadi pembahasan di media sosial, gonore (gonorrhea) atau kencing nanah merupakan infeksi menular seksual yang dipicu bakteri. Pakar seks dr Boyke Dian Nugraha menyebut penyakit gonore bisa saja muncul kembali pasca pengidapnya dinyatakan sembuh.

Hal ini dikarenakan kemungkinan awal mula penyebaran gonore tanpa disadari tak kunjung diatasi, yakni dari pasangan yang bisa saja tidak mengeluhkan gejala apapun.

Pada pria, gejala gonore yang timbul adalah rasa terbakar ketika buang air kecil, keluar cairan kekuningan atau kehijauan dari penis, dan terkadang disertai testikel yang sakit serta bengkak. Namun, ada sebagian pria yang tidak merasakan gejala apapun.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berbeda dengan wanita, justru sebagian besar wanita tidak bergejala atau bergejala ringan. Jika bergejala, penyakit ini sering salah prognosis menjadi infeksi saluran kemih atau infeksi vagina.

“Gonore itu bertempat tinggal di saluran kencing pria maupun saluran kencing wanita. Kalau salah satu terkena kemudian berhubungan seks dengan pasangan yang tidak ada gonore, ya jadi kena,” beber dr Boyke.

Hal itu yang kemudian menyebabkan pasangan tetap berisiko terkena gonore meskipun tidak melalui kontak urine. Pasalnya, sperma maupun cairan dari vagina berpotensi membawa gonore.

“Hubungan seks ketika sperma disemoprotkan, atau ketika keluar cairan dari pembasahan vagina, itu sudah mulai keluar gonorenya. Gejala mereka ada yang sakit, ada yang tidak saat kencing,” sambungnya.

Karenanya, dalam beberapa kasus, dr Boyke selalu meminta pengobatan gonore dilakukan pada kedua pasangan agar infeksi tidak terus menerus dilaporkan, meskipun penularan melalui media lain tidak bisa dihindari.

“Kalau pun tidak dari pasangan, bisa saja dari air, bisa jadi dari bathroom, tapi kalau pasangannya tidak diobati yang bisa jadi percuma semua pengobatannya,” tegasnya.

NEXT: Bahaya Gonore

Simak Video “Bukan Mitos! Sering Menahan Kencing Bisa Sebabkan Batu Ginjal
[Gambas:Video 20detik]

5 Kebiasaan Tanpa Disadari Bisa Merusak Ginjal, Termasuk Jarang Minum Air Putih

Jakarta

Ginjal merupakan salah satu organ tubuh yang sangat penting. Organ tersebut berfungsi menyaring racun yang masuk ke dalam tubuh.

Ginjal yang rusak akan berdampak pada seluruh organ tubuh hingga memicu berbagai masalah kesehatan. Untuk itu, penting menjaga kebiasaan sehari-hari yang berpotensi merusak ginjal.

Sebab kerusakan ginjal sering kali tidak disadari. Gejala baru dirasakan saat penyakit ginjal yang dialami sudah masuk tingkat stadium lanjut.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari Nationwide Kidney Basis, ternyata ada kebiasaan sepele yang dapat memicu kerusakan ginjal di usia muda. Apa saja itu?

1. Kurang Minum Air Putih

Mungkin beberapa orang sudah tau, kurang minum air putih bisa menyebabkan sakit ginjal. Penting untuk tetap terhidrasi agar ginjal berfungsi optimum untuk menyaring kadar garam berlebih dan racun dari tubuh. Bagi orang dewasa, disarankan untuk minum air putih sebanyak 1,5 sampai 2 liter air per hari. Minum air yang cukup menjadi cara terbaik untuk menjaga kesehatan ginjal.

2. Sering Begadang

Kurang tidur dapat memengaruhi fungsi ginjal. Saat tidur, organ tubuh bekerja untuk memperbaiki masalah yang terjadi. Kurang tidur yang berlangsung dalam jangka waktu panjang dapat terus menambah beban kerja pada ginjal sehingga ginjal akan rusak.

3. Malas Gerak dan Sering Rebahan

Menurut sebuah penelitian dari College of Leicerster, sering duduk dalam waktu yang terlalu lama dapat meningkatkan risiko kerusakan ginjal. Malas bergerak dan sering rebahan juga menjadi faktor penyebabnya.

Mulailah dengan aktivitas fisik yang ringan seperti jalan kaki. Aktivitas fisik dapat meningkatkan metabolisme glukosa yang baik untuk kesehatan ginjal.

4 Hal yang Tak Disadari Bikin Performa Seks Makin Loyo


Jakarta

Suatu hal yang regular saat kehilangan gairah seksual. Namun, jika terus menerus dalam jangka waktu yang panjang itu bisa disebabkan oleh masalah kondisi kesehatan.

Penting untuk mengetahui penyebabnya agar tidak mengganggu keharmonisan bersama pasangan. Beberapa hal umum yang menjadi penyebab menurunnya gairah seksual, di antaranya:

1. Masalah Hormon

Testosteron berguna untuk membangun otot dan massa tulang, serta merangsang produksi sperma. Tingkat testosteron juga menjadi faktor dalam dorongan gairah seksual.

Ketika kadar testosteron menurun, keinginan untuk berhubungan seksual juga menurun.

Penurunan testosteron adalah hal yang regular seiring penuaan. Namun, penurunan drastis testosteron dapat menyebabkan penurunan libido.

2. Efek Samping Obat

Ada beberapa obat yang dapat menurunkan kadar testosteron juga dapat menyebabkan libido rendah. Berikut obat-obat yang mungkin bisa berpengaruh pada libido seseorang,

– Antidepresan dengan efek serotonergik.
– Antipsikotik yang meningkatkan kadar prolaktin.
– Obat kanker prostat termasuk finasteride dan dutasteride.
– Kemoterapi
– Cimetidine (Tagamet) obat untuk gastroesophageal reflux illness (GERD).
– Kontrasepsi hormonal.
– Obat darah tinggi.
– Anabolic steroids yang digunakan atlet untuk menambah massa otot.

Konsumsi alkohol yang berlebihan juga dapat menyebabkan penurunan gairah seksual.

3. Penyakit Kronis

Saat mengidap penyakit kronis, seperti kanker kemungkinan besar aktivitas hubungan seksual tidak lagi menjadi prioritas. Kanker juga dapat mengurangi jumlah produksi sperma.
Penyakit lain yang dapat mengurangi gairah seksual, meliputi:

– Diabetes tipe 2
– Obesitas
– Tekanan darah tinggi
– Kolesterol tinggi
– Gagal ginjal, jantung, hati, dan paru-paru kronis.

4. Menopause

Tingkat testosteron berada pada puncaknya ketika pria berusia akhir remaja.

Di usia tua, mungkin butuh waktu lebih lama untuk mengalami orgasme, ejakulasi, dan terangsang. Ereksi mungkin tidak sekeras itu dan mungkin butuh waktu lebih lama bagi penis untuk ereksi.

Bagi wanita yang menua akan mengalami menopause. Testosteron pada wanita yang jumlahnya minim juga bisa menurun karna itu. Setelah menopause, kadar estrogen rendah menyebabkan penipisan dan kekeringan pada vagina sehingga menghasilkan rasa nyeri saat berhubungan seksual.

Itulah beberapa situasi dan kondisi yang mengakibatkan penurunan gairah seksual. Jika mengalami itu penting untuk mencari solusi bersama dan konsultasikan ke dokter. Agar hubungan harmonis dengan pasangan bisa terus terjaga.

Simak Video “Situasi Sekolah di Jepang yang Terpaksa Tutup Imbas Resesi Seks
[Gambas:Video 20detik]
(naf/naf)

Viral Anak Primary Roleplay di TikTok, Psikiater Wanti-wanti Bahaya yang Tak Disadari

Jakarta

Baru-baru ini jagat media sosial dibikin heboh oleh sebuah video di TikTok. Cuplikan video tersebut memperlihatkan seorang ayah yang memarahi anak perempuannya karena bermain roleplay (RP) di platform media sosial tersebut.

Setelah ditelusuri, si anak ternyata melakukan RP dengan sejumlah pengguna TikTok yang bahkan tidak dikenalnya. Parahnya lagi, konten RP yang dilakukan sudah berbau dewasa sampai-sampai bocah tersebut diceritakan sudah memiliki anak yang perannya dimainkan oleh person TikTok lain.

Fenomena ini pun menarik perhatian psikiater dr Lahargo Kembaren, SpKj. Ia menilai permainan roleplay di media sosial seperti itu bisa mengganggu perkembangan kepribadian anak.

“Jadi anak dan remaja itu jelas masih ada pertumbuhan dan perkembangannya. Pertumbuhan dan perkembangan ini bukan hanya fisik saja, tapi juga pertumbuhan dan perkembangan psychological emosional,” ungkapnya saat dihubungi detikcom, Minggu (18/6/2023).

dr Lahargo menyebut roleplay di media sosial bisa memicu terjadinya hal-hal yang tidak diharapkan, seperti pelecehan seksual dan kekerasan verbal. Dampaknya bisa menimbulkan efek traumatis pada anak.

“Itu akan tersimpan di alam bawah sadar anak, menjadi traumatis gitu. Setiap anak di fase umurnya bisa berkembang ke arah positif atau negatif tergantung bagaimana interaksi dan konflik yang terjadi di fase umur itu,” paparnya.

“Misalnya di melakukan permainan roleplay tadi, pembentukan jati dirinya itu menjadi rusak karena yang tadinya harusnya sesuai dengan norma nilai tapi menjadi kacau, dan menimbulkan kebingungan terhadap masalah psikologisnya,” sambungnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan permainan roleplay seperti yang sedang viral itu berpotensi mempengaruhi kemampuan anak dalam menilai realitas.

“Kemampuan menilai realitas yang terganggu ini bisa jatuh pada keadaan yang namanya psikotik. Psikotik itu dia tidak bisa membedakan mana yang nyata dan tidak nyata karena dia semakin meyakini bahwa dia sudah memiliki ataupun menjadi seseorang dalam roleplay tersebut. Maturitas atau kematangan sel-sel sarafnya masih belum cukup untuk bisa memahami situasi ini dan dalam pertumbuhan perkembangannya juga jadinya terganggu,” pungkasnya.

Simak Video “Menakuti Bocah Pakai Suara ‘Cekikikan’ Hantu Bisa Timbulkan Trauma
[Gambas:Video 20detik]
(naf/naf)

5 Kebiasaan yang Tak Disadari Bikin Badan ‘Jompo’ di Usia 30-an

Jakarta

Seiring pertambahan usia, manusia perlu mengatur pola makan menjadi lebih sehat. Penelitian menemukan manusia yang mulai memasuki dekade usia 30-an harus mengatur kebiasaan sehat dan menjaga diri, termasuk makan dengan baik, eating regimen seimbang, dan sehat. Hal ini karena kebiasaan makan tertentu mungkin dapat menyebabkan kerusakan tubuh.

Pasalnya, tubuh manusia di usia 30-an mengalami banyak perubahan. Dikutip dari Eat This, Not That! perubahan tersebut termasuk meningkatnya lemak tubuh, menurunnya kesehatan tulang, dan jantung karena hipertensi.

Selain itu, wanita mulai memasuki masa perimenopause dan menopause di usia 30-an. Kondisi ini menyebabkan perubahan tubuh dan penurunan kadar hormon estrogen.

Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui kebiasaan yang dapat merusak tubuh di usia 30-an. Berikut daftarnya.

1. Kekurangan kalsium atau vitamin D

Tulang mulai kehilangan kepadatan di usia 30-an. Salah satu cara untuk membantu memperlambat proses ini dan mempertahankan kekuatan tulang adalah mendapatkan nutrisi pendukung tulang dalam makanan, seperti kalsium dan vitamin D.

Tubuh membutuhkan kalsium untuk kekuatan dan perkembangan tulang. Sementara itu, vitamin D memberikan fungsi serupa sekaligus memiliki efek perlindungan pada patah tulang dan peradangan.

“Konsumsi kalsium dan vitamin D yang tidak memadai dapat mengurangi kepadatan tulang, meningkatkan risiko osteoporosis dan patah tulang,” kata ahli eating regimen Katherine Gomez, RD

“Karena itu, sangat penting untuk mengonsumsi makanan kaya kalsium seperti produk susu, sayuran hijau, dan makanan yang diperkaya, serta mendapatkan sinar matahari yang cukup atau mengonsumsi suplemen vitamin D,” sambungnya.

Kemudian, sebuah penelitian dalam American Journal of Scientific Vitamin mencatat bahwa makan buah plum setiap hari membantu wanita pascamenopause.

2. Tidak mengonsumsi makanan yang menyehatkan jantung dan usus

Para ahli mengatakan seseorang sebaiknya mengonsumsi makanan bernutrisi yang menyehatkan jantung. Hal ini dilakukan untuk menjaga kesehatan jantung, terutama di usia 30-an.

“Berfokus pada biji-bijian utuh, lemak ‘baik’, buah-buahan, sayuran, ikan air dingin yang berminyak dapat membantu mendukung kesehatan jantung, dan mengambil pendekatan proaktif untuk mendukung jantung Anda sebelum mencapai usia menopause adalah ide yang bijak,” kata Lauren Manaker, MS, RDN.

Serat adalah nutrisi utama untuk menyehatkan jantung. Serat dapat mengurangi kolesterol, menurunkan tekanan darah, dan membantu mengelola peradangan dalam tubuh. Selain itu, serat merupakan nutrisi penting untuk kesehatan usus.

3. Mengonsumsi terlalu banyak gula

Penting untuk memantau jumlah gula yang dikonsumsi secara teratur setiap hari untuk membantu mengatur berat badan dan gula darah di usia 30-an.

“Mengkonsumsi karbohidrat indeks glikemik tinggi di usia 30-an menyebabkan kadar gula darah terus melonjak, mengakibatkan kelebihan insulin yang dibutuhkan untuk membantu memindahkan glukosa dari darah, dan akibatnya dapat dikaitkan dengan penyimpanan lemak berlebih,” ungkap pakar nutrisi Kara Landau, RD.

Ia menyarankan agar masyarakat beralih ke karbohidrat indeks glikemik rendah dan memilih karbohidrat yang mengandung jenis probiotik tertentu (pati resisten). Karbohidrat tersebut membantu mendukung pengaturan kadar gula darah dan sel menjadi lebih responsif terhadap insulin.

NEXT: Kekurangan protein

Simak Video “Food plan dengan Obat Pelangsing, Yakin Aman?
[Gambas:Video 20detik]