Tag: Gejala

5 Gejala Kolesterol Tinggi yang Bisa Muncul di Wajah, Seperti Apa?

Jakarta

Kolesterol tinggi umumnya tak menimbulkan gejala yang signifikan. Namun penumpukan plak di beberapa bagian tubuh akibat kolesterol bisa menimbulkan keluhan kesehatan, termasuk dapat terlihat dari wajah.

Kolesterol sebenarnya merupakan salah satu zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Kolesterol terbagi menjadi dua, yakni kolesterol baik (high-density lipoprotein/HDL) dan kolesterol jahat (low-density lipoprotein/LDL).

Kolesterol HDL adalah jenis kolesterol yang dibutuhkan oleh tubuh. Fungsi utama kolesterol ini adalah untuk mencegah terjadinya penyempitan pembuluh darah akibat lemak. Sebaliknya, kolesterol LDL merupakan salah satu penyebab utama penyempitan pembuluh darah.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seseorang dikatakan mengidap kolesterol tinggi ketika jumlah whole kolesterol dan kolesterol LDL dalam tubuhnya melebihi batas regular. Kolesterol tinggi sering tidak menunjukkan gejala di awal, sehingga kondisi ini perlu diwaspadai.

Namun pada beberapa kasus, gejala kolesterol tinggi bisa muncul di wajah. Seperti apa saja gejala tersebut?

Gejala Kolesterol Tinggi yang Muncul di Wajah

Xanthelasma

Xanthelasma adalah bercak atau plak kekuningan yang muncul pada kelopak mata. Xanthelasma berbentuk seperti gumpalan lembut, atau seperti bintik bulat di sekitar kelopak mata.

Xanthelasma merupakan salah satu kondisi yang dipicu oleh kolesterol tinggi. Umumnya, kondisi ini menyerang wanita yang berusia 30-50 tahun.

Arcus Senilis

Gejala kolesterol tinggi yang juga bisa muncul di wajah adalah arcus senilis. Arcus senilis, atau yang disebut juga dengan arcus corneae, adalah lengkungan berbentuk cincin putih yang muncul di sisi luar kornea mata. Sekilas, kondisi ini mirip dengan katarak, hanya saja tidak memengaruhi penglihatan pengidapnya.

Arcus senilis disebabkan oleh timbunan lemak di kornea. Kondisi ini kerap dikaitkan dengan kolesterol atau trigliserida tinggi.

Lichen Planus

Lichen planus oral adalah bercak putih yang muncul di lidah atau di dalam pipi. Kondisi ini bisa menyebabkan gatal-gatal pada kulit atau di dalam mulut.

Menurut sebuah studi, lichen planus oral disebabkan oleh tingginya kadar lipid dalam tubuh, termasuk kolesterol tinggi. Selain bercak putih, lichen planus oral juga bisa memunculkan gejala seperti benjolan ungu atau merah di wajah, lengan, punggung, atau pergelangan kaki.

Psoriasis

Psoriasis adalah peradangan yang menyebabkan kulit menjadi menebal, bersisik, dan mudah mengelupas. Psoriasis bisa muncul di wajah, siku, punggung, dan kulit kepala.

Dikutip dari laman Northwestern College, psoriasis kerap muncul pada orrang yang mengidap kolesterol tinggi. Namun, koneksi antara kedua kondisi tersebut hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti.

Eruptive Xanthomatosis

Eruptive xanthomatosis adalah benjolan berisi lemak yang muncul di permukaan kulit. Kondisi ini disebabkan oleh kadar kolesterol atau trigliserida yang terlalu tinggi dalam darah. Benjolan akibat eruptive xanthomatosis biasanya menimbulkan gatal, kemerahan, dan nyeri saat disentuh. Pada beberapa kasus, benjolan eruptive xanthomatosis juga bisa mengeluarkan cairan saat ditekan.

Simak Video “Suggestions dari Dokter untuk Pengidap Kolesterol Agar Aman Jalankan Puasa
[Gambas:Video 20detik]
(ath/suc)

Pegiat Kebugaran Curhat Kena Kanker, Gejala Awal Diabaikan karena Merasa Sehat


Jakarta

Seorang pria 31 tahun menceritakan pengalamannya didiagnosis kanker stadium akhir. Kondisi kankernya telanjur mematikan karena gejala awal yang muncul seringkali diabaikan.

Pria bernama Liam Griffiths di Middlesbrough, Inggris, itu mulai mengeluhkan beberapa gejala sejak Maret 2023. Gejala yang dirasakan seperti pembengkakan perut, sembelit kronis, kram, hingga muntah-muntah.

Namun, Griffiths merasa dirinya masih sehat-sehat saja. Ia terus berolahraga dan bekerja, sehingga mengabaikan gejala yang dirasakannya.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Semakin lama gejala yang dikeluhkan Griffiths tidak terkendali dan langsung pergi ke rumah sakit. Setelah menjalani pemeriksaan, ia didiagnosis mengidap penyakit Crohn atau radang usus.

“Tidak memeriksakan diri lebih awal adalah kesalahan terbesar yang pernah saya buat,” kata Griffiths yang dikutip dari Every day Mail, Senin (18/12/2023).

“Saya wiraswasta, dan saya membutuhkan uang, jadi saya terus bekerja. Saya melakukan apa yang saya pikir perlu dilakukan seorang pria. Aku sedang berjaga-jaga,” sambungnya.

Namun, sebulan kemudian Griffiths menerima telepon dari dokter yang memintanya untuk datang ke rumah sakit. Di sana ia diberitahu bahwa dirinya mengidap kanker peritoneum dan memerlukan kemoterapi.

“Mereka menemukan kanker saya pada stadium tiga stadium lanjut, tetapi jika saya pergi ke dokter lebih awal mungkin mereka bisa tertular,” tutur Griffiths.

“Yang saya ingat, saya bertanya berapa lama kesempatan hidup saya dan dokter mengatakan dia tidak ingin memberi saya jangka waktu kapan hidup saya akan berakhir, karena dia tidak ingin saya memfokuskan hidup pada hal itu,” lanjut dia.

Kanker peritoneum adalah jenis kanker langka yang menyerang lapisan tipis jaringan yang melapisi bagian dalam perut. Menurut Most cancers Analysis UK, kondisi ini lebih sering dialami wanita dan orang-orang berusia di atas 60 tahun.

Gejala awalnya berupa perut bengkak, sakit perut, sembelit, diare, mual, kembung, dan kehilangan nafsu makan.

Griffiths merasa itu adalah hal terburuk yang terjadi dalam hidupnya. Saat itu, ia merasa dirinya adalah pria ‘paling sehat di dunia’ karena selalu berolahraga.

Tetapi, kini untuk menaiki tangga saja ia sudah tidak sanggup. Secara psychological, Griffiths merasa kondisinya itu sangat berpengaruh.

“Saya harus memilih hal-hal yang membuat saya bisa duduk, karena secara fisik saya tidak dapat melakukan hal-hal yang awalnya saya inginkan,” pungkasnya.

Simak Video “Stigma Tentang Penyintas Kanker yang Diharapkan Hilang dari Masyarakat
[Gambas:Video 20detik]
(sao/vyp)

4 Gejala Hipertensi yang Sering Diabaikan, Bisa Picu Kondisi Deadly

Jakarta

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi ketika tekanan darah berada di atas ambang regular, atau lebih dari 140/90 mmHg. Jika tidak segera ditangani, kondisi ini bisa mengakibatkan dampak yang serius terhadap kesehatan.

Pasalnya, hipertensi merupakan faktor risiko yangn dapat memicu munculnya berbagai macam penyakit. Bahkan, tak sedikit dari penyakit tersebut yang bisa mengancam nyawa, mulai dari gangguan ginjal, serangan jantung, hingga stroke.

Karena itu, penting untuk mengenal gejala hipertensi agar bisa melakukan upaya penanganan sejak dini. Terlebih, beberapa gejala hipertensi mirip dengan kondisi yang dianggap ringan, seperti mual atau sakit kepala, sehingga kerap terabaikan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gejala Hipertensi

1. Mual dan Muntah

Mual dan muntah merupakan juga termasuk gejala hipertensi yang sering terabaikan. Normalanya, mual dan muntah disebabkan oleh kondisi seperti pusing atau begah.

Namun, tekanan darah tinggi ternyata juga bisa memicu gejala ini. Hal ini terjadi ketika hipertensi menimbulkan kerusakan pada pembuluh darah di otak, sehingga meningkatkan tekanan di dalam kepala yang kemudian memicu rasa pusing, mual, dan muntah.

2. Sakit Kepala

Sakit kepala merupakan gejala dari beragam jenis penyakit. Namun pada hipertensi, sakit kepala adalah pertanda kondisi tekanan darah tinggi sudah memasuki tingkat yang sangat parah.

Dikutip dari Healthline, pengidap hipertensi umumnya tidak mengalami sakit kepala. Namun jika tekanan darahnya sudah berada di angka yang sangat tinggi, maka bisa menyebabkan gejala sakit kepala yang hebat. Biasanya, sakit kepala akibat hipertensi terasa di dua sisi kepala dan semakin memburuk saat beraktivitas.

3. Pandangan Kabur

Pandangan kabur juga menjadi gejala hipertensi yang sering diabaikan. Padahal, pandangan kabur merupakan pertanda hipertensi sudah memasuki tingkatan yang mulai parah.

Dikutip dari laman American Coronary heart Affiliation, pandangan kabur terjadi karena adanya kerusakan pembuluh darah di mata akibat tekanan darah tinggi. Kondisi ini disebut juga dengan istilah retinopati hipertensi.

Selain itu, dalam jangka panjang hipertensi juga dapat memicu penyumbatan pada pembuluh darah dan menyebabkan kerusakan pada saraf optik.

4. Sesak Napas

Pada beberapa kasus, gejala hipertensi juga bisa berupa sesak napas. Secara spesifik, sesak napas adalah gejala yang disebabkan oleh salah satu jenis hipertensi, yakni hipertensi pulmonal.

Hipertensi pulmonal disebabkan oleh tekanan darah tinggi yang terjadi pada arteri di paru-paru. Kondisi ini dapat menyebabkan penyempitan pada arteri paru-paru, sehingga menghambat aliran darah dan oksigen dari jantung menuju paru-paru.

Akibatnya, jantung harus bekerja lebih keras untuk bisa memompa darah dan oksigen yang dibutuhkan paru-paru. Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa meningkatkan risiko serangan jantung.

Simak Video “Indra Bekti Punya Riwayat Hipertensi Setahun Terakhir
[Gambas:Video 20detik]
(ath/kna)

Gejala Khas Diabetes yang Bisa Muncul Pagi Hari Setelah Bangun Tidur


Jakarta

Banyak orang memandang diabetes sebagai momok mengerikan. Sebab, berangkat dari kebiasaan yang seringkali tak disadari seperti banyak meminum minuman manis atau camilan bergula, pengidap diabetes berisiko mengalami komplikasi penyakit dengan risiko deadly.

Banyak yang memahami, bahwa gejala diabetes paling umum tak lain poliuri yakni sering buang air kecil, polifagi yakni mudah lapar, dan polidipsi berarti pasien muda haus. Namun di samping itu ada sejumlah gejala khas diabetes yang seringkali muncul pagi hari setelah seseorang bangun tidur. Apa saja?

Sederhananya, hati melepaskan gula darah untuk mempersiapkan tubuh menghadapi hari dengan aktif. Karena itulah, pengidap diabetes mungkin mengalami kadar glukosa tinggi di pagi hari.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada kemungkinan, mereka bangun tidur dengan gejala berupa dengan mulut dan tenggorokan kering, kandung kemih penuh bahkan setelah sering buang air kecil sepanjang malam, penglihatan kabur, lemas, dan lapar.

“Gejalanya akan sepanjang hari. Perihal gejala khusus pagi hari bisa berupa buang air kecil banyak, mungkin kalau malam bisa mengganggu tidur lalu bangun dengan mulut agak kering,” ungkap Direktur Pelaksana dan Konsultan, Ahli Diabetes di Pusat Spesialisasi Diabetes Dr Mohan, kata Dr R M Anjana, dikutip dari Hindustan Instances, Rabu (13/12/2023).

“Tapi selebihnya sama saja seperti gatal-gatal, capek, lemas, lapar berlebih, haus berlebih, dan ini bisa terjadi siang atau malam, berat badan turun, luka tak kunjung sembuh, gatal-gatal di kemaluan, semua itu sama gejala umum,” ujarnya lebih lanjut.

Simak Video “Peringatan Hari Diabetes Sedunia Besama Tropicana Slim
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/naf)

Kronologi Wanita 24 Tahun Meninggal Kena Kanker, Gejala Awalnya Dikira Ambeien


Jakarta

Seorang wanita berusia 24 tahun meninggal dunia karena kanker usus stadium 4. Wanita bernama Mia Brehme, di Leigh, Larger Manchester, Inggris, itu awalnya tak sadar dan menganggap kondisi yang dialami merupakan gejala ambeien.

Mia awalnya mengeluhkan perdarahan di dubur pasca melahirkan putrinya yang kini berusia tiga tahun, Kyla Mae. Akan tetapi, perdarahan tersebut terus-menerus dialaminya hingga kondisinya semakin memburuk. Ia juga mengalami gejala kelelahan, mual, diare, hingga sembelit.

Ia menduga perdarahan itu akibat dari ambeien karena sempat melahirkan sebelumnya, mengingat kondisi tersebut umum terjadi pada ibu baru. Menurut Nationwide Well being Service UK, ambeien kerap hilang dalam beberapa hari setelah melahirkan. Namun ada pula yang bertahan hingga beberapa bulan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada Juni 2023, Mia memutuskan pergi ke dokter untuk memeriksakan diri. Namun karena dikira ambeien, ibu anak satu itu diberi obat krim oles di anusnya.

Setelah obatnya habis, perdarahannya tak kunjung berhenti. Mia akhirnya menjalankan tes lanjutan di rumah sakit. Hasilnya, ibu muda tersebut mengidap kanker usus stadium empat dan sudah menyebar ke bagian tubuh lain.

“Kami tidak pernah berpikir bahwa gejala yang dialami Mia bisa menjadi sesuatu yang serius, karena dia adalah seorang ibu muda yang sehat. Saya berharap, atas namanya, generasi muda dapat diperiksa dan nyawa dapat diselamatkan,” imbuh Kakak Mia, Alice (28) , dikutip dari Every day Mail.

“Itu sangat cepat. Kanker menyebar dengan sangat cepat pada orang muda, dan hal ini tidak saya sadari. Kondisinya memburuk dengan cepat, dan saya menghabiskan setiap hari di rumah sakit,” imbuhnya lagi.

Sebelum meninggal, Mia juga sempat menjalani kemoterapi. Akan tetapi, pengobatan tersebut tak menunjukkan hasil yang baik. Mia meninggal dunia pada bulan lalu di usianya yang masih muda, empat bulan setelah didiagnosis.

“Mia merayakan ulang tahunnya yang ke 24 di rumah sakit, pada tanggal 27 September. Kurang dari satu bulan kemudian, dia meninggal,” imbuh Alice.

Simak Video “Stigma Tentang Penyintas Kanker yang Diharapkan Hilang dari Masyarakat
[Gambas:Video 20detik]
(suc/naf)

Ada 6 Kasus Mycoplasma Pneumoniae di RI, Begini Gejala yang Dikeluhkan


Jakarta

Kementerian Kesehatan RI melaporkan ada 6 kasus infeksi Mycoplasma pneumoniae di Indonesia, bakteri yang disebut-sebut memicu merebaknya pneumonia ‘misterius’ di China. Ditegaskannya, penyakit ini sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.

“Bukan penyakit baru. Umumnya ada sejak dulu sebelum COVID, itu insidensinya 8,5 persen. Jadi penyakit ini memang sudah lama ada, jadi bukan penyakit baru. Cuma memang naik di China. Naiknya karena apa belum tahu,” tegas Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI, dr Maxi Rein Rondonuwu dalam konferensi pers, Rabu (6/12/2023).

Dokter spesialis anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr Nastiti Kaswandani, SpA(Ok) menjelaskan, gejala infeksi bakteri Mycoplasma pneumoniae ini sebenarnya mirip dengan infeksi saluran pernapasan (ISPA) lainnya.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Biasanya diawali dengan demam, kemudian batuk. Batuk ini yang sangat mengganggu sehingga bisa sampai dua sampai tiga pekan,” jelasnya juga dalam konferensi pers.

“Gejala-gejala lainnya nyeri tenggorok. Kalau anak besar terkadang sampai nyeri dada, kemudian ada gejala fatigue atau lemah. Itu yang menonjol pada pneumonia karena Mycoplasma,” pungkas dr Nastiti.

Simak Video “Pneumonia ‘Misterius’ di China Picu Pandemi? Ini Kata Kemenkes
[Gambas:Video 20detik]
(vyp/kna)

Kronologi Pria di Peru Terinfeksi ‘Virus Baru’, Keluhkan Gejala Demam-Nyeri Otot


Jakarta

Ilmuwan baru-baru ini mengungkap virus yang belum pernah terlihat sebelumnya, menyebabkan penyakit mirip malaria dan demam berdarah dengue (DBD). Adapun virus ini terdeteksi di hutan Peru dan menginfeksi seorang pria berusia 20 tahun.

Pria tanpa disebutkan identitasnya itu pergi ke rumah sakit setelah mengalami gejala demam, menggigil, sakit kepala, nyeri otot, dan gejala lainnya selama dua hari. Dokter tidak dapat mengidentifikasi penyebab penyakit misterius yang diidap pria tersebut. Namun, penyelidikan laboratorium lebih lanjut mengungkapkan patogen yang sebelumnya tidak diketahui.

Virus ini digolongkan sebagai phlebovirus, yang menyebabkan penyakit demam akut, termasuk malaria dan demam Rift Valley. Demam Rift Valley bisa berakibat deadly jika berkembang menjadi sindrom demam berdarah, menyebabkan perdarahan dari mulut, telinga, mata, dan organ dalam.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Phlebovirus biasanya menyebar melalui gigitan serangga, seperti lalat pasir, nyamuk, atau kutu. Ada 66 spesies phlebovirus, sembilan di antaranya ditemukan menyebabkan penyakit demam di Amerika Tengah dan Selatan.

Namun dari complete spesies tersebut, hanya tiga yang terdeteksi di Peru, yakni virus Echarate (ECHV), virus Maldonado, dan virus Candiru.

Berdasarkan hasil analisis, virus yang terdeteksi Rumah Sakit De La Merced Chanchamayo pada tahun 2019 itu benar-benar baru, terbentuk oleh virus ECHV yang bertukar fragmen DNA dengan virus lain, dikenal sebagai ‘peristiwa rekombinan’.

“Temuan kami menunjukkan bahwa varian baru ECHV sedang beredar di hutan Peru tengah,” kata ilmuwan Dalam jurnal Rising Infectious Illnesses, dikutip dari Mirror. Mereka mengimbau agar kepala kesehatan seluruh dunia melakukan pemantauan ketat terhadap virus tersebut.

Juga, mereka menyoroti penyakit yang disebabkan virus baru tersebut tampak serupa dengan penyakit tropis lainnya, sehingga mungkin sulit untuk diidentifikasi.

“Karena gejala klinis dari infeksi varian ini juga [mirip dengan] demam berdarah dengue, malaria, dan penyakit menular tropis lainnya yang umum terjadi di wilayah ini, pengawasan biologis yang berkelanjutan diperlukan untuk mendeteksi patogen baru,” lanjut peneliti.

Penelitian lebih lanjut juga diperlukan untuk menentukan seberapa luas varian baru ini di wilayah Peru, serta mengidentifikasi vektor dan reservoir potensial yang terlibat dalam penularannya.

Simak Video “Kata Kemenkes soal Keamanan Program Pengendalian DBD Lewat Wolbachia
[Gambas:Video 20detik]
(suc/kna)

Gejala Varian EG.5, Picu Kasus COVID-19 Singapura ‘Ngegas’ Naik 2X Lipat

Jakarta

Kasus COVID-19 di Singapura tiba-tiba melonjak. Kementerian Kesehatan Singapura (MOH) mengatakan infeksi COVID naik dua kali lipat pada periode 19-25 November 2023.

Sebagian besar kasus disebabkan oleh subvarian Omicron EG.5 dan KH.3. Kedua subvarian ini bahkan mencakup lebih dari 70 persen kasus yang ditemukan.

“Saat ini, tidak ada indikasi bahwa subvarian utama lebih mudah menular atau menyebabkan penyakit lebih parah dibandingkan varian lain yang beredar,” kata Kemenkes Singapura dikutip dari Channel Information Asia.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gejala Varian EG.5

Varian EG.5 pertama kali muncul pada Februari 2023 dan merupakan sublinier dari XBB subvarian omicron. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga telah menjadikan varian ini sebagai Variant of Curiosity.

Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis WHO untuk COVID-19, mengatakan EG.5 memiliki peningkatan penularan tetapi tidak lebih parah dibandingkan varian Omicron lainnya.

“Kami tidak mendeteksi adanya perubahan tingkat keparahan EG.5 dibandingkan sublineage Omicron lain yang telah beredar sejak akhir tahun 2021,” ujarnya.

Kristina Ok. Bryant, MD, spesialis penyakit menular anak di Norton Youngsters’s Infectious Ailments, mengatakan kepada Well being bahwa dia kebanyakan menemui pasien dengan gejala yang mirip dengan subvarian Omicron pada mereka yang terinfeksi EG.5.

Gejala-gejala tersebut terutama melibatkan keluhan saluran pernapasan atas, seperti sakit tenggorokan, batuk, hidung tersumbat, dan pilek.

“Beberapa orang bahkan mengatakan mereka mengira mereka memiliki alergi,” kata Bryant. “Tapi EG.5 perlu diperhatikan. Ini adalah subvarian yang dominan.”

Gejala varian EG.5 cenderung sama dengan varian sebelumnya. Orang yang mengidap COVID-19 melaporkan berbagai gejala, mulai dari penyakit ringan hingga berat. Gejala yang paling sering dilaporkan meliputi:

  • Demam atau menggigil
  • Batuk
  • Sesak napas atau kesulitan bernapas
  • Kelelahan
  • Nyeri otot atau badan
  • Sakit kepala
  • Hilangnya rasa atau bau baru
  • Sakit tenggorokan
  • Hidung tersumbat atau meler
  • Mual atau muntah
  • Diare

Simak Video “Kasus COVID-19 di Singapura Naik 2 Kali Lipat dalam Sepekan
[Gambas:Video 20detik]
(kna/kna)

Mengenal Hipertiroid: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Jakarta

Hipertiroid adalah gangguan akibat produksi hormon tiroid yang terllau banyak. Hormon triiodothyronine (T3) dan thyroxine (T4) diproduksi kelenjar tiroid, yang berbentuk seperti kupu-kupu dan terletak di depan leher.

Hormon tiroid memiliki peran penting untuk mengatur fungsi tubuh, mengontrol metabolisme, dan sebagainya. Hormon tiroid yang terlalu banyak atau sedikit, berdampak buruk pada fungsi tubuh. Karena itu, hipertiroid membutuhkan pengobatan secepatnya dari tenaga kesehatan.

Pengertian Hipertiroid

Dikutip dari Panduan Praktik Klinis Ikatan Dokter Anak Indonesia Analysis dan Tata Laksana Hipertiroid yang disusun oleh Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia, hipertiroid adalah hipersekresi produksi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penyebab Hipertiroid

Dikutip dari situs Nationwide Institutes of Well being, berikut ini beberapa penyebab dari hipertiroid:

1. Graves’ Illness

Graves’ Illness merupakan penyebab paling umum dari hipertiroid. Graves’ Illness adalah gangguan autoimun. Dengan kondisi ini, sistem kekebalan tubuh menyerang tiroid dan menyebabkan memproduksi terlalu banyak hormon tiroid.

2. Nodul tiroid yang terlalu aktif

Nodul tiroid yang terlalu aktif atau benjolan pada tiroid adalah hal yang umum dan biasanya tidak bersifat kanker. Namun, satu atau beberapa nodul dapat menjadi terlalu aktif dan menghasilkan terlalu banyak hormon tiroid. Nodul yang terlalu aktif sering ditemukan pada orang dewasa yang telah berusia lanjut.

3. Tiroiditis

Tiroiditis adalah peradangan pada kelenjar tiroid. Beberapa jenis tiroiditis dapat menyebabkan hormon tiroid bocor keluar dari kelenjar tiroid ke dalam aliran darah. Akibatnya, kamu mungkin mengalami gejala hipertiroid.

4. Terlalu banyak yodium

Tiroid menggunakan yodium untuk membuat hormon tiroid. Seberapa banyak yodium yang dikonsumsi dapat mempengaruhi seberapa banyak hormon tiroid yang dibuat oleh tiroid. Pada beberapa orang, mengonsumsi yodium dalam jumlah besar dapat menyebabkan tiroid membuat terlalu banyak hormon tiroid.

5. Terlalu banyak minum obat hormon tiroid

6. Tumor non-kanker

Gejala Hipertiroid

Dikutip dari Nationwide Well being Service, berikut ini beberapa gejala dari hipertiroid:

  • Gugup, cemas, dan mudah tersinggung
  • Perubahan suasana hati
  • Kesulitan tidur
  • Kelelahan yang terus menerus
  • Sensitif pada panas
  • Pembengkakan pada leher karena pembesaran kelenjar tiroid
  • Denyut jantung yang tidak teratur atau sangat cepat
  • Gemetar
  • Penurunan berat badan.

Cara Mengatasi Hipertiroid

Menurut Mayo Clinic, terdapat beberapa cara untuk mengatasi hipertiroid, yaitu:

1. Pemberian obat-obatan

Pemberian obat-obatan dapat meringankan gejala hipertiroid dengan mencegah kelenjar tiroid dengan mencegah kelenjar tiroid membuat terlalu banyak hormon. Dokter akan memberikan jenis obat anti tiroid, seperti methimazole dan propylthiouracil. Dokter juga akan memberikan obat berdasarkan gejala yang dialami. Biasanya, gejala akan membaik beberapa minggu hingga beberapa bulan.

2. Terapi radioiodin

Perawatan ini dapat menyebabkan kelenjar tiroid menyusut. Hal ini karena kelenjar tiroid menyerap radioiodin. Dengan pengobatan ini, biasanya gejala akan berkurang dalam beberapa bulan. Pengobatan ini biasanya menyebabkan aktivitas tiroid melambat sehingga kelenjar tiroid menjadi kurang aktif.

3. Operasi

Tindakan ini tidak sering dilakukan untuk mengobati hipertiroid. Namun, ini mungkin dapat menjadi pilihan bagi pasien yang tidak kunjung membaik setelah mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan dokter. Setelah pasien yang menjalani operasi, pasien membutuhkan terapi hormon tiroid dalam bentuk obat seumur hidup.

Pemberian obat-obatan dan terapi lain untuk mengatasi hipertiroid tentunya hanya bisa dilakukan dokter. Penanganan hipertiroid dan penegakan prognosis yang cepat serta tepat tentu berdampak baik pada pemulihan pasien.

Simak Video “Pakar: Dopamin Bisa Jadi Tanda ‘Purple Flag’
[Gambas:Video 20detik]
(row/row)

Mengenal Apa Itu Mioma Uteri: Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya

Jakarta

Mendengar kata tumor bisa membuat sebagian orang khawatir dan ketakutan. Apa sih sebenarnya tumor itu? Tumor adalah benjolan irregular yang tumbuh pada bagian tubuh manapun, termasuk rahim (uterus). Dalam istilah medis, kondisi ini dikenal dengan mioma uteri atau fibroid rahim.

Mioma uteri merupakan sebuah kondisi medis di mana, tumbuh tumor atau jaringan tidak regular pada bagian dalam maupun luar rahim. Apakah mioma uteri berbahaya? Mioma uteri termasuk dalam tumor yang bersifat jinak, tidak seperti kanker ganas.

Meskipun bersifat jinak, mioma uteri tetap perlu untuk diwaspadai, karena bisa menimbulkan komplikasi lainnya jika tidak segera ditangani. Nah, untuk tahu lebih lanjut mengenai mioma uteri, mulai dari penyebab, gejala, hingga pengobatannya, simak penjelasannya di bawah ini.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pengertian Mioma Uteri

Dikutip melalui buku berjudul Asuhan Keperawatan Gangguan Maternitas ditulis oleh Rina dan Arni (2018), mioma uteri adalah tumor jinak pada rahim yang berasal dari otot rahim. Mioma uteri tumbuh pada bagian dinding rahim dan memiliki bentuk menonjol ke permukaan rahim.

Jumlah dan ukuran dari mioma uteri bervariasi, terkadang bisa ditemukan lebih dari satu. Mioma uteri biasanya menyerang wanita yang memasuki usia produktif. Terutama pada wanita-wanita yang berusia sekitar 30-40 tahun.

Pada beberapa kasus, mioma uteri tidak menimbulkan gejala, khususnya bagi perempuan berusia 35 tahun. Oleh karena itu, sebaiknya melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, agar mioma uteri bisa terdeteksi lebih awal dan tidak menjadi semakin ganas.

Apabila mioma uteri berkembang menjadi ganas, maka bisa menyebabkan keguguran dan pengangkatan rahim. Mioma yang berubah menjadi ganas disebut sebagai leiomiosarkoma.

Jenis Mioma Uteri

Mioma uteri dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan letaknya. Berikut ini jenis mioma uteri dikutip melalui buku berjudul Organ Reproduksi Wanita ditulis oleh Ernawati, dkk (2023).

Mioma Uteri Subserosum

Mioma uteri subserosum adalah mioma yang lokasi tumornya terletak pada subserosa korpus uteri. Biasanya, mioma jenis ini dapat berbentuk tonjolan yang dihubungkan melalui tangkai dengan uterus. Mioma yang ukurannya cukup besar akan mengisi rongga peritoneum. Mioma jenis ini sering dikenal dengan mioma parasitik.

Mioma Uteri Intramural

Mioma uteri intramural disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Apabila mioma ini masih berukuran kecil, maka tidak akan merubah bentuk dari uterus. Namun, apabila ukurannya sudah membesar, maka uterus menjadi menonjol dan bertambah besar bentuknya.

Mioma Uteri Submukosum

Mioma uteri submukosum adalah mioma yang berada pada bagian bawah lapisan mukosa uterus, dan tumbuh mengarah ke kavum uteri. Hal inilah yang menyebabkan adanya perubahan bentuk dan besar pada kavum uteri.

Apabila tumor ini tumbuh bertangkai, maka tumor bisa keluar dan masuk ke dalam vagina, hal ini disebut mioma geburt. Mioma uteri submukosum meskipun ukurannya kecil, namun seringkali menimbulkan keluhan pendarahan di vagina.

Penyebab Mioma Uteri

Penyebab mioma belum diketahui secara pasti. Pasalnya, mioma jarang sekali ditemukan sebelum pubertas. Dikutip melalui laman Mayo Clinic, meskipun belum diketahui penyebab pastinya mioma uteri, tetapi ada beberapa kondisi yang menjadi faktor munculnya mioma uteri, yaitu:

  • Perubahan genetik
  • Keturunan
  • Gangguan hormon
  • Kehamilan
  • Kebiasaan merokok
  • Kekurangan vitamin D.

Gejala Mioma Uteri

Gejala mioma uteri tergantung pada ukuran, lokasi, dan jumlah tumor yang ada. Berikut ini gejala mioma uteri dikutip melalui laman Healthline:

  • Terjadi pendarahan berat selama menstruasi
  • Adanya gumpalan pada menstruasi
  • Menstruasi berlangsung lebih lama daripada biasanya
  • Mengalami nyeri dan kram pada perut saat menstruasi
  • Nyeri pada bagian panggul atau punggung bawah
  • Perut terasa tertekan atau penuh
  • Terjadi pembengkakan dan pembesaran perut
  • Frekuensi buang air kecil meningkat
  • Terasa sakit saat sedang berhubungan intim.

Pengobatan Mioma Uteri

Sebelum dokter menyarankan sebuah pengobatan, biasanya akan dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu meliputi tes laboratorium, tes kehamilan, ultrasonografi, dan pielogram intravena.

Setelah dilakukan pemeriksaan, dokter akan melakukan beberapa pilihan pengobatan mioma uteri. Berikut ini pengobatannya dikutip melalui jurnal berjudul Asuhan Keperawatan pada Klien Submit Operasi Mioma Uteri dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut ditulis oleh Rahayu dan Dian (2020).

1. Pengobatan Konservatif

Dalam beberapa dekade terakhir, belum ada usaha untuk mengobati mioma uteri dengan Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) agonis. Pengobatan ini dilakukan selama 16 minggu pada mioma uteri, sampai menghasilkan degenerasi hialin di miometrium sehingga uterus menjadi kecil.

2. Pengobatan Operatif

Pengobatan operatif dilakukan apabila mioma uteri menimbulkan gejala yang tidak bisa ditangani. Tindakan operatif yang dilakukan yakni:

a. Miomektomi

Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa perlu melakukan pengangkatan uterus. Miomektomi biasanya dilakukan pada wanita yang tetap ingin mempertahankan fungsi dari sistem reproduksinya. Tindakan ini bisa dilakukan pada mioma submukosum dengan menggunakan cara ekstirpasi lewat vagina.

b. Histerektomi

Histerektomi adalah pengobatan yang dilakukan dengan pengangkatan uterus. Histerektomi bisa dilaksanankan pada perabdomen atau pervaginum. Tindakan ini baik dilakukan bagi wanita berusia 40 tahun dan sudah tidak menghendaki adanya keturunan.

Demikian penjelasan mengenai mioma uteri. Semoga bermanfaat!

Simak Video “Kemenkes Minta Edukasi Kesehatan Reproduksi Dimulai Sejak SMP
[Gambas:Video 20detik]
(fds/fds)