Tag: Pengobatan

Mengenal Hipertiroid: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Jakarta

Hipertiroid adalah gangguan akibat produksi hormon tiroid yang terllau banyak. Hormon triiodothyronine (T3) dan thyroxine (T4) diproduksi kelenjar tiroid, yang berbentuk seperti kupu-kupu dan terletak di depan leher.

Hormon tiroid memiliki peran penting untuk mengatur fungsi tubuh, mengontrol metabolisme, dan sebagainya. Hormon tiroid yang terlalu banyak atau sedikit, berdampak buruk pada fungsi tubuh. Karena itu, hipertiroid membutuhkan pengobatan secepatnya dari tenaga kesehatan.

Pengertian Hipertiroid

Dikutip dari Panduan Praktik Klinis Ikatan Dokter Anak Indonesia Analysis dan Tata Laksana Hipertiroid yang disusun oleh Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia, hipertiroid adalah hipersekresi produksi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penyebab Hipertiroid

Dikutip dari situs Nationwide Institutes of Well being, berikut ini beberapa penyebab dari hipertiroid:

1. Graves’ Illness

Graves’ Illness merupakan penyebab paling umum dari hipertiroid. Graves’ Illness adalah gangguan autoimun. Dengan kondisi ini, sistem kekebalan tubuh menyerang tiroid dan menyebabkan memproduksi terlalu banyak hormon tiroid.

2. Nodul tiroid yang terlalu aktif

Nodul tiroid yang terlalu aktif atau benjolan pada tiroid adalah hal yang umum dan biasanya tidak bersifat kanker. Namun, satu atau beberapa nodul dapat menjadi terlalu aktif dan menghasilkan terlalu banyak hormon tiroid. Nodul yang terlalu aktif sering ditemukan pada orang dewasa yang telah berusia lanjut.

3. Tiroiditis

Tiroiditis adalah peradangan pada kelenjar tiroid. Beberapa jenis tiroiditis dapat menyebabkan hormon tiroid bocor keluar dari kelenjar tiroid ke dalam aliran darah. Akibatnya, kamu mungkin mengalami gejala hipertiroid.

4. Terlalu banyak yodium

Tiroid menggunakan yodium untuk membuat hormon tiroid. Seberapa banyak yodium yang dikonsumsi dapat mempengaruhi seberapa banyak hormon tiroid yang dibuat oleh tiroid. Pada beberapa orang, mengonsumsi yodium dalam jumlah besar dapat menyebabkan tiroid membuat terlalu banyak hormon tiroid.

5. Terlalu banyak minum obat hormon tiroid

6. Tumor non-kanker

Gejala Hipertiroid

Dikutip dari Nationwide Well being Service, berikut ini beberapa gejala dari hipertiroid:

  • Gugup, cemas, dan mudah tersinggung
  • Perubahan suasana hati
  • Kesulitan tidur
  • Kelelahan yang terus menerus
  • Sensitif pada panas
  • Pembengkakan pada leher karena pembesaran kelenjar tiroid
  • Denyut jantung yang tidak teratur atau sangat cepat
  • Gemetar
  • Penurunan berat badan.

Cara Mengatasi Hipertiroid

Menurut Mayo Clinic, terdapat beberapa cara untuk mengatasi hipertiroid, yaitu:

1. Pemberian obat-obatan

Pemberian obat-obatan dapat meringankan gejala hipertiroid dengan mencegah kelenjar tiroid dengan mencegah kelenjar tiroid membuat terlalu banyak hormon. Dokter akan memberikan jenis obat anti tiroid, seperti methimazole dan propylthiouracil. Dokter juga akan memberikan obat berdasarkan gejala yang dialami. Biasanya, gejala akan membaik beberapa minggu hingga beberapa bulan.

2. Terapi radioiodin

Perawatan ini dapat menyebabkan kelenjar tiroid menyusut. Hal ini karena kelenjar tiroid menyerap radioiodin. Dengan pengobatan ini, biasanya gejala akan berkurang dalam beberapa bulan. Pengobatan ini biasanya menyebabkan aktivitas tiroid melambat sehingga kelenjar tiroid menjadi kurang aktif.

3. Operasi

Tindakan ini tidak sering dilakukan untuk mengobati hipertiroid. Namun, ini mungkin dapat menjadi pilihan bagi pasien yang tidak kunjung membaik setelah mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan dokter. Setelah pasien yang menjalani operasi, pasien membutuhkan terapi hormon tiroid dalam bentuk obat seumur hidup.

Pemberian obat-obatan dan terapi lain untuk mengatasi hipertiroid tentunya hanya bisa dilakukan dokter. Penanganan hipertiroid dan penegakan prognosis yang cepat serta tepat tentu berdampak baik pada pemulihan pasien.

Simak Video “Pakar: Dopamin Bisa Jadi Tanda ‘Purple Flag’
[Gambas:Video 20detik]
(row/row)

Lobotomi Viral di TikTok, Pengobatan Gangguan Psychological Sadis yang Kini Dilarang

Jakarta

Kini ramai di media sosial TikTok bahasan seputar prosedur pengobatan gangguan psychological lobotomi. Konten terkait lobotomi kebanyakan memperlihatkan video before-after pasien setelah menjalani prosedur tersebut.

Lobotomi merupakan prosedur pengobatan gangguan psychological dengan melubangi kepala pasien. Operasi ini lazim dilakukan pada pertengahan 1900-an, namun kini dilarang karena tindakannya yang sadis.

Apa itu lobotomi?

Menurut American Affiliation for the Development of Science (AAAS), lobotomi atau yang juga dikenal sebagai leucotomy, adalah operasi bedah saraf yang melibatkan kerusakan permanen pada bagian lobus prefrontal otak. Sejak awal kemunculannya, lobotomi selalu menjadi kontroversi, namun dilakukan secara luas selama lebih dari dua dekade sebagai pengobatan skizofrenia, manik depresi, gangguan bipolar, dan penyakit psychological lainnya.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dikutip dari WebMD, operasi lobotomi melibatkan pengangkatan sebagian lobus frontal otak pasien melalui lubang atau lubang yang dibuat di tengkorak. Salah satu pionirnya adalah Dr Walter Freeman, yang memulai prosedur ini di AS bekerja sama dengan ahli bedah saraf yang berkualifikasi.

Kemudian, dia mulai melakukan prosedur tersebut sendiri dan melakukan ribuan lobotomi, termasuk 19 pada anak-anak. Ia menggunakan dan mengajarkan pendekatan transorbital, yang dilakukan melalui rongga mata dengan menggunakan instrumen yang ia rancang sendiri.

Freedman sendiri melaporkan bahwa lebih dari seperempat pasien yang menjalani lobotomi mengidap epilepsi. Banyak orang mengalami dampak buruk lainnya, menjadi apatis atau menunjukkan perilaku sosial yang tidak pantas.

Tujuan prosedur lobotomi

Selama 1940an dan 1950an, lobotomi dilakukan untuk merawat pasien yang mengidap gangguan psychological selama bertahun-tahun. Beberapa kondisi yang ditangani dengan lobotomi meliputi:

  • Gangguan obsesif-kompulsif (OCD)
  • Penyakit depresi berat
  • Psikosis
  • Skizofrenia
  • Psikosis manik depresif
  • Neurosis kronis
  • Kepribadian psikopat

Lobotomi mengganggu hubungan antara korteks frontal dan seluruh otak, khususnya thalamus. Dokter percaya bahwa hal itu akan mengurangi rangsangan irregular yang mencapai space frontal. Rangsangan seperti itu diduga menimbulkan perilaku impulsif dan kekerasan. Lobotomi akan membuat pasien tenang dan patuh sehingga bisa dipulangkan untuk tinggal bersama keluarganya.

Sudah Dilarang

Puluhan ribu lobotomi dilakukan di Amerika Serikat antara tahun 1930-an dan 1960-an, seringkali tanpa persetujuan. Akhirnya, kurangnya bukti yang mendukung prosedur membuat prosedurnya ditinggalkan.

Uni Soviet secara resmi melarang prosedur ini pada tahun 1950. Para dokter di Uni Soviet menyimpulkan bahwa prosedur tersebut “bertentangan dengan prinsip-prinsip kemanusiaan”. Pada tahun 1970-an, banyak negara telah melarang prosedur ini, begitu pula beberapa negara bagian Amerika.

Pada 1977, Kongres AS, pada masa kepresidenan Jimmy Carter, membentuk Komite Nasional untuk Perlindungan Subyek Penelitian Biomedis dan Perilaku Manusia untuk menyelidiki tuduhan bahwa bedah psiko – termasuk teknik lobotomi – digunakan untuk mengendalikan kelompok minoritas dan membatasi hak-hak individu.

Simak Video “Menkes Ungkap 1 dari 10 Orang Indonesia Alami Gangguan Jiwa
[Gambas:Video 20detik]
(kna/vyp)

Kanker Limfoma: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

Jakarta

Pengertian Limfoma

Limfoma atau kanker kelenjar getah bening adalah jenis kanker darah yang menyebabkan pembengkakan di kelenjar getah bening (limfadenopati). Limfoma terjadi ketika sel kanker menyerang salah satu sel darah putih (limfosit) yang berfungsi untuk melawan infeksi.

Selain pembengkakan kelenjar getah bening, limfoma juga menimbulkan gejala-gejala seperti batuk, demam, sesak napas, hingga gangguan pencernaan.

Jenis Limfoma

Limfoma terdiri atas dua jenis, yakni limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin. Perbedaan utama antara keduanya adalah jenis sel limfosit yang diserang oleh sel kanker.

Limfoma non-Hodgkin lebih sering terjadi dan lebih berbahaya dibanding limfoma Hodgkin. Selain itu, tingkat kesembuhan limfoma non-Hodgkin lebih rendah dibandingkan limfoma Hodgkin.

Penyebab Limfoma

Limfoma terjadi ketika sel kanker menyerang limfosit yang ada dalam tubuh. Hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan sel bermutasi dan menyerang limfosit.

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena limfoma, antara lain:

  • Berusia 60 tahun ke atas (limfoma non-Hodgkin)
  • Berusia 15-40 tahun, atau lebih dari 55 tahun (limfoma Hodgkin)
  • Berjenis kelamin pria
  • Mengidap penyakit autoimun
  • Mengidap infeksi akibat Epstein-Barr, bakteri H. pylori, atau hepatitis C
  • Memiliki imunitas yang rendah, bisa karena akibat penyakit seperti HIV-AIDS atau efek samping obat-obatan tertentu
    Berhubungan seksual dengan aman dan tidak menggunakan narkoba agar terhindar dari HIV-AIDS, yang mana dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh
  • Rutin melakukan pemeriksaan kesehatan jika mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti imunosupresan dalam jangka panjang
  • Pernah menjalani radioterapi
  • Riwayat limfoma pada keluarga
  • Pernah terpapar benzene atau pestisida

Gejala Limfoma

Gejala limfoma yang paling khas adalah munculnya benjolan di beberapa bagian tubuh, seperti leher, ketiak, atau selangkangan akibat pembengkakan kelenjar getah bening. Selain benjolan, limfoma juga ditandai dengan:

  • Demam
  • Kelelahan
  • Batuk
  • Gatal
  • Berkeringat di malam hari
  • Sesak napas
  • Penurunan berat badan secara drastis

Analysis Limfoma

Selain melakukan pemeriksaan fisik untuk mengecek ada atau tidaknya pembengkakan kelenjar getah bening, dokter juga bisa melakukan pemeriksaan penunjang seperti:

  • Tes darah, untuk mendeteksi penurunan sel darah, fungsi ginjal dan hati, serta kadar LDH pada pasien
  • Aspirasi sumsum tulang, yakni menggunakan jarum untuk mengambil darah dan sampel jaringan sumsum tulang belakang
  • CT scan, MRI, USG, atau PET scan untuk melihat posisi, ukuran, dan penyebaran limfoma

Stadium Limfoma

Sama seperti kanker lainnya, limfoma memiliki tahapan atau stadium sesuai dengan tingkat keparahannya, yakni:

1. Stadium I

Sel kanker baru menyerang salah satu kelompok kelenjar getah bening.

2. Stadium II

Kanker sudah menyerang dua kelenjar getah bening atau menyebar ke organ di sekitarnya. Penyebaran masih sebatas di tubuh bagian atas atau bagian bawah dengan diafragma sebagai batasan.

3. Stadium III

Kanker sudah menyerang tubuh bagian atas dan bawah.

4. Stadium IV

Kanker sudah menyebar melalui sistem getah bening dan masuk ke berbagai organ, seperti hati, paru-paru, atau tulang.

Pengobatan Limfoma

Beberapa metode yang bisa dilakukan untuk mengobati limfoma, antara lain:

  • Obat-obatan, seperti obat kemoterapi atau imunoterapi untuk membunuh sel limfoma
  • Radioterapi, yakni penyinaran dengan sinar khusus untuk membunuh sel kanker
  • Transplantasi sumsum tulang belakang, dilakukan jika limfoma sudah menyebar ke sumsum tulang belakang

Komplikasi Limfoma

Limfoma dapat memicu sejumlah risiko jika tidak segera ditangani. Adapun komplikasi-komplikasi yang bisa terjadi antara lain:

  • Meningkatkan risiko penyakit jantung dan paru-paru
  • Infeksi akibat penurunan daya tahan tubuh
  • Kemandulan, biasanya akibat kemoterapi atau radioterapi
  • Kemunculan sel kanker yang baru

Pencegahan Limfoma

Meskipun sulit dicegah, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko terkena limfoma, di antaranya:

  • Menggunakan alat pelindung diri di tempat kerja, jika tempat bekerja memiliki risiko paparan zat kimia seperti benzene dan pestisida
  • Berhubungan seksual dengan aman dan tidak menggunakan narkoba agar terhindar dari HIV-AIDS, yang mana dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh
  • Rutin melakukan pemeriksaan kesehatan jika mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti imunosupresan dalam jangka panjang

Kapan Harus ke Dokter?

Periksakan diri ke dokter jika menemukan ada benjolan di leher, ketiak, atau selangkangan. Benjolan tersebut bisa saja disebabkan oleh pembengkakan kelenjar getah bening yang merupakan salah satu gejala limfoma.

Pengidap HIV-AIDS, serta orang yang mengonsumsi obat imunosupresan dalam jangka panjang juga perlu memeriksakan diri ke dokter secara berkala. Dengan begitu, dokter bisa memantau perkembangan penyakit dan mendeteksi lebih dini bila muncul limfoma.

Pasien limfoma yang sudah selesai menjalani pengobatan juga perlu rutin memeriksakan diri ke dokter. Hal ini untuk mengantisipasi efek samping yang mungkin muncul akibat pengobatan limfoma.

Simak Video “Ari Lasso Terapkan Pola Hidup Sehat Usai Sembuh dari Kanker Limfoma
[Gambas:Video 20detik]
(ath/suc)

Kanker Ginjal: Gejala, Stadium, hingga Pengobatan

Jakarta

Pengertian Kanker Ginjal

Kanker ginjal adalah kondisi ketika sel-sel ginjal tumbuh secara tidak regular dan membentuk massa atau tumor. Kanker terjadi ketika ada sesuatu yang memicu perubahan pada sel tersebut dan menyebabkannya tumbuh secara tidak terkendali.

Seiring berjalannya waktu, sel kanker tersebut dapat menyebar ke jaringan atau organ important lain. Fase ini disebut dengan metastasis.

Kanker ginjal umumnya terjadi pada orang berusia 60 tahun ke atas. Tingkat keparahan kanker ginjal tergantung pada letak sel kanker, ukuran, dan sudah sejauh apa sel kanker tersebut bermetastasis.

Penyebab Kanker Ginjal

Kanker ginjal terjadi karena perubahan (mutasi) gen pada sel-sel ginjal. Mutasi tersebut membuat sel ginjal tumbuh secara tidak regular dan tidak terkendali.

Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti penyebab kanker ginjal. Namun, ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan kanker ginjal, antara lain:

  • Merokok
  • Obesitas
  • Berusia lebih dari 60 tahun
  • Laki-laki
  • Tekanan darah tinggi (hipertensi)
  • Riwayat kanker ginjal pada keluarga
  • Paparan bahan kimia tertentu
  • Penyakit genetik, seperti Von Hippel-Lindau atau Tuberous Sclerosis complicated
  • Menjalani pengobatan ginjal jangka panjang, seperti cuci darah (dialisis)

Gejala Kanker Ginjal

Saat masih stadium awal, kanker ginjal kerap tidak menunjukkan gejala. Setelah memasuki stadium lanjut, gejala yang dapat muncul di antaranya:

  • Demam
  • Nyeri di sekitar punggung bawah dan pinggang
  • Benjolan di sekitar pinggang atau perut
  • Gampang kelelahan
  • Selera makan menurun
  • Berat badan turun tanpa alasan yang jelas
  • Kencing berdarah (hematuria)
  • Anemia
  • Tekanan darah tinggi
  • Keringat berlebih, terutama di malam hari
  • Analysis Kanker Ginjal

Analysis dilakukan dengan cara menanyakan seputar keluhan, kapan gejala muncul, riwayat penyakit pasien, dan lain sebagainya. Dokter kemudian akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mendeteksi ada tidaknya benjolan atau pembengkakan di sekitar pinggang atau punggung bagian bawah.

Lebih lanjut, analysis kanker ginjal juga bisa ditunjang lewat pemeriksaan seperti:

  • Tes darah
  • Tes urine
  • Pemindaian dengan USG, CT scan, atau MRI
  • Biopsi ginjal

Stadium Kanker Ginjal

Setelah dilakukan pemeriksaan di atas, dokter bisa menentukan tingkat keparahan kanker ginjal yang dialami pasien. Stadium kanker ginjal terbagi atas:

Stadium 1

Tumor berdiameter tidak lebih dari 7 cm dan belum menyebar ke kelenjar di sekitarnya

Stadium 2

Kanker berdiametes lebih dari 7 cm, tetapi belum menyebar ke kelenjar di sekitarnya

Stadium 3

Kanker ginjal sudah menyebar ke kelenjar getah bening

Stadium 4

Kanker telah menyebar ke organ-organ lain, seperti pankreas, paru-paru, atau usus

Pengobatan Kanker Ginjal

Pengobatan kanker ginjal disesuaikan dengan ukuran, letak, tingkat keparahan, dan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan. Pada stadium awal, kanker ginjal bisa ditangani dengan melakukan operasi:

  • Nefrektomi parsial untuk mengangkat bagian tertentu di ginjal yang terkena kanker
  • Nefrektomi radikal untuk mengangkat seluruh bagian ginjal yang terkena kanker

Bagi pasien yang tidak bisa menjalani operasi, maka opsi pengobatan lain yang bisa dilakukan antara lain:

Ablasi

Ablasi dapat dilakukan dengan dua cara:

  • Krioterapi, yaitu membekukan dan menghancurkan sel-sel kanker menggunakan nitrogen cair
  • Ablasi radiofrekuensi, yaitu terapi dengan gelombang suara berkekuatan tinggi untuk menghancurkan tumor

Radioterapi

Radioterapi bertujuan untuk membunuh sel kanker menggunakan sinar-X berkekuatan tinggi. Meski tidak bisa menyembuhkan kanker ginjal, terapi ini bisa memperlambat perkembangan sel kanker dan membantu mengendalikan gejala.

Terapi Obat yang Ditargetkan

Terapi ini dilakukan dengan cara memberikan obat-obat khusus untuk mengatasi perkembangan sel kanker. Misalnya, pemberian obat Sunitib yang dapat menghambat protein kinase yang membantu pertumbuhan sel kanker.

Obat-obatan lain yang dapat digunakan di antaranya Pazopanib untuk menghambat pertumbuhan sel kanker, Sorafenib untuk menghentikan pembentukan pembuluh darah yang dibutuhkan sel kanker, dan Everolimus yang bisa menghambat fungsi protein MTOR dalam membantu sel kanker tumbuh dan membelah diri.

Selain terapi di atas, kanker ginjal juga bisa ditangani dengan imunoterapi untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap sel kanker. Pada kasus yang langka, kemoterapi juga bisa dilakukan.

Cara Mencegah Kanker Ginjal

Karena penyebab kanker ginjal masih belum diketahui secara pasti, tidak ada metode yang bisa menjamin pencegahan penyakit ini. Meski begitu, risiko kanker ginjal dapat dikurangi dengan menjalani pola hidup sehat seperti:

  • Tidak merokok
  • Menjaga tekanan darah tetap regular
  • Menjaga berat badan yang sehat dan ultimate
  • Mengonsumsi sayur dan buah
  • Rutin berolahraga

Simak Video “Simak Cara Perpanjang STR Seumur Hidup di SATUSEHAT SDMK
[Gambas:Video 20detik]
(ath/suc)

Vidi Aldiano Curhat Jadi ‘Most cancers-Warrior’, 3 Tahun Jalani Pengobatan Kanker


Jakarta

Penyanyi Vidi Aldiano membagikan perjalanannya menjadi ‘cancer-warrior’. Baru-baru ini dia mengunggah fotonya menjalani terapi ditemani sang bunda untuk memulihkan kondisinya.

“Sudah memasuki tahun ketiga dimana gue menjadi ‘Most cancers-warrior’. Jarang sebenernya mau replace hal-hal seperti ini, tapi hari ini I simply really feel like sharing. Mungkin banyak yang belum tahu bahwa tahun lalu, titipan Tuhan berupa kanker ini sudah menyebar ke beberapa titik,” tulis Vidi di akun Instagram pribadinya dilihat detikcom, Senin (18/9/2023).

Penyanyi berusia 33 tahun itu masih menjalani serangkaian perawatan usai mengetahui kanker yang sempat diidapnya telah menyebar ke beberapa titik. Meski demikian, dia tak gentar dan tetap menjalani hidupnya dengan ikhlas.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Selama gue masih diberikan kekuatan melawan penyakit ini, gue ga boleh cupu. Gue harus bisa residing my life,” tambah Vidi.

Sebagai informasi, suami Sheila Dara ini telah menjalani operasi pengangkatan satu ginjalnya usai terkena kanker pada Desember 2019 lalu. Dia menjalani operasi kanker ginjal di Singapura.

Pelantun Standing Palsu itu juga masih menjalani perawatan rutin setiap bulannya karena masih suka merasakan sakit. Ada kalanya sakit pada ginjalnya kambuh.

Simak Video “Inggris Luncurkan Obat Suntik untuk Kanker Pertama di Dunia
[Gambas:Video 20detik]
(kna/kna)

Penyakit Arteri Koroner (CAD) Adalah: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

Jakarta

Coronary Artery Illness atau disingkat CAD adalah penyakit pada arteri koroner yaitu pembuluh yang mengalirkan darah ke jantung. CAD juga dikenal dengan nama penyakit jantung koroner.

CAD merupakan penyakit yang perlu diwaspadai karena dapat berakibat deadly seperti serangan jantung. Simak lebih lanjut mengenai penyakit CAD melalui artikel berikut ini.

Apa itu Penyakit CAD?

Dilansir dari laman Penn Medication, CAD atau Coronary Artery Illness adalah penyakit arteri koroner yang terjadi ketika arteri koroner (pembuluh darah yang memasok darah ke jantung) mengalami penyempitan. CAD lebih dikenal dengan nama penyakit jantung koroner (PJK).

Menurut Glassman dan Shapiro (2014), ketika arteri koroner menyempit, aliran darah akan terhambat. Kondisi ini akan membuat jantung tidak mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang diperlukan. Akibatnya, akan muncul gejala seperti nyeri dada yang disebut sebagai angina.

Jika salah satu atau lebih arteri koroner benar-benar tersumbat, maka dapat terjadi serangan jantung yang menyebabkan kerusakan pada otot jantung.

Penyakit ini menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia, terutama di kalangan usia produktif yang tinggal di wilayah perkotaan.

Dalam tulisan kali ini akan dibahas pengertian, gejala, penyebab, dan pengobatan CAD atau penyakit arteri koroner. Simak sampai akhir, ya!

Gejala CAD

Pada tahap awal, gejala mungkin tidak dapat dirasakan. Namun, seiring dengan penumpukan plak yang membatasi aliran darah ke otot jantung, akan muncul gejala seperti sesak napas atau lelah berlebih, terutama saat berolahraga.

Tanda lain dari CAD, meliputi gejala-gejala berikut.

1. Nyeri Dada (Angina)

Ini adalah gejala paling umum terjadi. Angina akan datang dan pergi dengan pola yang dapat diprediksi. Seperti nyeri dada tengah atau kiri ketika sedang melakukan aktivitas fisik atau tekanan emosional. Rasa nyeri biasanya akan hilang beberapa menit setelah pemicunya berakhir.

2. Kelelahan

Kelelahan ini akan sangat terasa bahkan hanya dengan aktivitas fisik sederhana. Kelelahan disebabkan oleh terhambatnya aliran darah ke otot jantung karena penyempitan arteri koroner.

Hal ini membuat jantung tidak bisa memompa oksigen dan nutrisi secara optimum kepada tubuh.

3. Napas Pendek

Kesulitan bernapas atau sesak napas sering disebut dengan dispnea. Penderita CAD tidak bisa bernapas dengan nyaman ketika melakukan aktivitas fisik yang memerlukan peningkatan aliran darah ke jantung.

4. Serangan Jantung

Serangan jantung terjadi ketika aliran darah menuju otot jantung terganggu karena penyumbatan pada salah satu arteri koroner. Gejala ini sudah masuk sebagai keadaan gawat darurat medis yang memerlukan perawatan segera.

Penyebab CAD

Dikutip dari Medical Information At the moment, CAD terjadi karena adanya timbunan plak lemak yang menumpuk di arteri yang memasok darah ke jantung (arteri koroner).

Timbunan plak terdiri dari kolesterol, lemak, dan zat-zat lain. Penumpukan plak lemak tersebut disebut dengan aterosklerosis.

Timbunan plak tersebut dapat menyebabkan penebalan dan pengerasan lapisan dalam arteri, mengurangi elastisitas arteri, dan mempersempit aliran darah ke otot jantung.

Jika plak tersebut pecah, darah akan terkumpul pada satu space dan menggumpal. Gumpalan akan menyumbat arteri hingga menyebabkan serangan jantung.

Faktor Risiko CAD

Risiko terkena CAD semakin tinggi pada orang yang bergaya hidup tidak sehat. Beberapa kebiasaan dan kondisi kesehatan yang dapat menyebabkan CAD, antara lain:

  • Memiliki kolesterol tinggi
  • Tekanan darah tinggi
  • Merokok
  • Konsumsi alkohol
  • Obesitas
  • Diabetes
  • Kurang olahraga
  • Kebiasaan makan makanan tidak sehat
  • Kebiasaan kurang tidur yang kronis

Beberapa faktor risiko tinggi terkena CAD yang tidak berhubungan dengan gaya hidup adalah:

  • Pria berusia lanjut
  • Menopause dini
  • Riwayat keluarga terkena CAD

Pengobatan CAD

Upaya pengobatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi dan mencegah penyakit CAD adalah sebagai berikut.

1. Perubahan Gaya Hidup

Gaya hidup sangat mempengaruhi terjadinya CAD sehingga perubahan gaya hidup yang sehat dapat menjadi salah satu solusi pengobatan dan mengurangi risiko komplikasi CAD.

Pola makan rendah lemak dan kolesterol, olahraga rutin, dan menjaga berat badan merupakan komitmen jangka panjang pengobatan CAD.

2. Obat-obatan

Penggunaan obat-obatan bertujuan untuk mengendalikan risiko dan menjaga kesehatan jantung. Obat-obatan yang diresepkan bertujuan untuk menurunkan kadar kolesterol, mengontrol tekanan darah, mengurangi pembentukan plak, dan mencegah komplikasi.

3. Prosedur Operasi

Pengobatan penyakit arteri koroner (CAD) juga dapat melibatkan prosedur invasif atau intervensi seperti angioplasti dan bypass jantung.

Angioplasti adalah prosedur menggunakan kateter dengan balon di ujungnya akan dimasukkan melalui sistem pembuluh darah ke dalam arteri yang tersumbat.

Bypass jantung dilakukan pada kasus CAD yang kompleks untuk membuat jalur baru aliran darah melewati arteri tersumbat.

Penentuan cara pengobatan bervariasi sesuai dengan tingkat keparahan penyakit arteri koroner (CAD), posisi penyempitan pada arteri, dan kondisi kesehatan pasien.

Itulah informasi seputar CAD. Mulai dari pengertian, penyebab, gejala, hingga upaya pengobatannya. Penyakit CAD adalah penyakit yang berakibat deadly, tetapi bisa diatasi dengan memperbaiki pola hidup.

Simak Video “Waspadai Penyakit Jantung pada Anak!
[Gambas:Video 20detik]
(inf/inf)

Pria Swiss Jadi Orang Ke-6 Dinyatakan ‘Sembuh’ HIV, Sempat Jalani Pengobatan Ini


Jakarta

Seorang pria yang dijuluki sebagai pasien Jenewa dinyatakan ‘sembuh secara efektif’ dari Human Immunodeficiency Virus (HIV). Pria di Swiss itu mengalami remisi jangka panjang HIV pasca menerima terapi berisiko pada 2018.

Sebelumnya, ada lima kasus serupa lainnya yang telah dinyatakan ‘sembuh’ dari HIV. Namun, kasus pasien Jenewa ini terbilang paling unik.

Terapi yang Dilakukan

Diketahui, pasien tersebut ‘sembuh’ setelah menjalani terapi pengobatan sel punca di tahun 2018. Ia menerima transplantasi sel punca untuk melawan kanker leukemia yang sangat agresif dan ganas.

Uniknya, pasien Jenewa itu menerima sel punca dari donor yang tidak memiliki mutasi gen langka, CCR5. Gen tersebut berguna untuk menghalangi virus HIV memasuki sistem kekebalan seseorang, serta membuat sel secara alami kebal terhadap virus tersebut.

Setelah menjalani pengobatan tersebut, pasien Jenewa itu dinyatakan ‘sembuh’ dari HIV. Di dalam tubuhnya sudah tidak terdeteksi virus setelah menghentikan pengobatan antiretroviral atau obat yang berguna mengurangi jumlah virus di dalam darah.

Pria itu menggunakan terapi antiretroviral itu hingga November 2021, dan dokter menyuruh berhenti setelah menjalani transplantasi sumsum tulang atau sel punca.

“Apa yang terjadi pada saya luar biasa, ajaib,” ucapnya dikutip dari Euronews, dalam sebuah pernyataan.

Peneliti Belum Yakin Pasien Bisa ‘Sembuh Whole’

Meski sampai saat ini pasien Jenewa itu telah menghentikan pengobatan antiretroviral, para peneliti belum sepenuhnya yakin bahwa virus HIV tidak akan kembali pada pasien.

Sebab, pada dua kasus HIV di Boston yang menggunakan sel punca yang tidak mengandung gen CCR5. Efeknya, virus itu muncul lagi beberapa bulan setelah mereka berhenti menggunakan antiretroviral.

“jika masih belum ada tanda-tanda virus setelah 12 bulan kemungkinan virus itu tidak terdeteksi di masa mendatang akan meningkat secara signifikan,” ucap Asier Saez-Cirion, seorang ilmuwan di Institut Pasteur Prancis yang mempresentasikan kasus tersebut di Brisbane.

“Pasien Jenewa tetap ‘bebas’ HIV karena mungkin transplantasi menghilangkan semua sel yang terinfeksi tanpa memerlukan mutasi yang terkenal atau mungkin pengobatan imunosupresifnya, yang diperlukan setelah transplantasi, berperan,” pungkasnya.

Simak Video “HIV Meningkat Lagi, Mulai Lakukan Ini untuk Pencegahan
[Gambas:Video 20detik]
(sao/suc)

Varises: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

Jakarta – Beberapa orang mungkin pernah melihat pembuluh darah berwarna biru atau ungu di kaki. Ini disebut dengan varises. Kondisi ini terjadi ketika katup di pembuluh darah lemah atau rusak sehingga darah ke belakang dan menggenang di pembuluh darah dan menyebabkan pembuluh darah meregang atau memutar. Simak penjelasan lebih lanjut terkait varises berikut ini.

Apa Itu Varises?

Varises, disebut juga varicose vein, adalah kondisi ketika pembuluh darah menonjol dan membesar tepat di bawah permukaan kulit. Tonjolan berwarna biru atau ungu ini biasanya muncul di kaki atau pergelangan kaki. Kondisi ini sangat umum, terutama pada wanita. Sekitar 25 persen dari semua orang dewasa memiliki varises.

Varises bisa membuat pengidapnya gatal atau sakit. Kondisi ini paling sering mempengaruhi pembuluh darah di kaki. Hal ini karena berdiri dan berjalan meningkatkan tekanan pada pembuluh darah di tubuh bagian bawah.

Gejala Varises

Varises mungkin tidak menyebabkan rasa sakit. Tanda-tanda varises meliputi:

  • Vena yang berwarna ungu tua atau biru
  • Vena yang tampak bengkok dan menonjol, seringkali muncul seperti tali di kaki

Ketika tanda dan gejala varises yang mungkin menyakitkan terjadi, mereka mungkin akan berbentuk:

  • Perasaan pegal atau berat di kaki
  • Rasa terbakar, berdenyut, kram otot, dan bengkak di kaki bagian bawah
  • Nyeri yang semakin parah setelah duduk atau berdiri dalam waktu lama
  • Gatal di sekitar satu atau lebih pembuluh darah
  • Perubahan warna kulit di sekitar varises

Vena laba-laba mirip dengan varises, tetapi lebih kecil. Vena laba-laba ditemukan lebih dekat ke permukaan kulit dan seringkali berwarna merah atau biru. Vena laba-laba sering ditemukan di kaki, tetapi bisa juga di wajah. Ukurannya bervariasi dan seringkali terlihat seperti jaring laba-laba.

Penyebab Varises

Katup yang lemah atau rusak dapat menyebabkan varises. Arteri membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh. Vena mengembalikan darah dari seluruh tubuh ke jantung. Untuk mengembalikan darah ke jantung, pembuluh darah di kaki harus bekerja melawan gravitasi.

Kontraksi otot di kaki bagian bawah berfungsi sebagai pompa dan dinding vena yang elastis membantu darah kembali ke jantung. Katup kecil di pembuluh darah terbuka saat darah mengalir ke jantung. Jika katup ini lemah atau rusak, darah dapat mengalir ke belakang dan menggenang di pembuluh darah sehingga menyebabkan pembuluh darah meregang atau memutar.

Dinding dan katup vena bisa menjadi lemah karena beberapa alasan, antara lain:

  • Hormon
  • Proses penuaan
  • Kelebihan berat
  • Pakaian yang ketat
  • Tekanan di dalam vena akibat berdiri dalam waktu lama

Faktor Risiko Varises

Beberapa faktor berikut dapat meningkatkan risiko memiliki varises:

1. Usia

Penuaan menyebabkan keausan pada katup di pembuluh darah yang membantu mengontrol aliran darah. Akhirnya, keausan tersebut menyebabkan katup memungkinkan sebagian darah mengalir kembali ke pembuluh darah, tempat darah terkumpul.

2. Jenis kelamin

Wanita lebih mungkin untuk memiliki varises. Perubahan hormon sebelum periode menstruasi, kehamilan, dan menopause mungkin menjadi faktor penyebabnya karena hormon wanita cenderung mengendurkan dinding pembuluh darah.

Perawatan hormon, seperti pil KB, dapat meningkatkan risiko varises.

3. Kehamilan

Selama kehamilan, quantity darah dalam tubuh meningkat. Perubahan ini mendukung pertumbuhan bayi, tetapi juga dapat memperbesar pembuluh darah di kaki.

4. Riwayat keluarga

Jika anggota keluarga lain mengidap varises, kemungkinan besar seseorang juga akan mengalaminya.

5. Kegemukan

Kelebihan berat badan memberi tekanan tambahan pada pembuluh darah.

6. Berdiri atau duduk dalam waktu lama

Karenanya, bergerak dapat membantu aliran darah.

Komplikasi Varises

Meskipun jarang, komplikasi varises dapat meliputi:

1. Bisul

Bisul yang menyakitkan dapat terbentuk pada kulit di dekat varises, terutama di dekat pergelangan kaki. Bintik yang berubah warna pada kulit biasanya dimulai sebelum bisul dimulai.

2. Darah beku

Kadang kala, pembuluh darah jauh di dalam kaki membesar dan dapat menyebabkan nyeri kaki dan bengkak. Segera pergi ke dokter jika pembengkakan kaki terjadi terus menerus karena bisa menjadi tanda gumpalan darah.

3. Berdarah

Pembuluh darah yang dekat dengan kulit bisa pecah. Meskipun hal ini biasanya hanya menyebabkan sedikit pendarahan, komplikasi ini memerlukan perhatian medis.

Prognosis Varises

Dokter kemungkinan akan memeriksa kaki dan vena yang terlihat saat pasien duduk atau berdiri untuk mendiagnosis varises. Mereka mungkin akan menanyakan rasa sakit atau gejala yang dialami.

Dokter mungkin juga akan melakukan USG untuk memeriksa aliran darah. Ini adalah tes non invasif yang menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi. USG memungkinkan dokter untuk melihat bagaimana darah mengalir di pembuluh darah.

Bergantung pada lokasinya, venogram dapat dilakukan untuk menilai lebih lanjut pembuluh darah. Selama tes ini dilakukan, dokter akan menyuntikkan pewarna khusus ke kaki dan melakukan rontgen di space tersebut. Pewarna tersebut muncul di sinar-X sehingga memberi dokter pandangan yang lebih baik tentang bagaimana darah mengalir.

Tes seperti ultrasound atau venogram membantu memastikan bahwa gangguan lain seperti gumpalan darah atau penyumbatan tidak menyebabkan rasa sakit dan bengkak di kaki.

Pengobatan Varises

Perawatan untuk varises mungkin termasuk tindakan perawatan diri, kompres, atau operasi. Prosedur untuk mengobati varises seringkali dilakukan sebagai prosedur rawat jalan. Secara umum, dokter biasanya akan menyarankan untuk mengubah gaya hidup.

Perubahan berikut dapat membantu mencegah varises atau menjadi lebih parah:

  • Hindari berdiri untuk waktu yang lama
  • Menurunkan berat badan atau mempertahankan berat badan yang sehat
  • Berolahraga untuk meningkatkan sirkulasi
  • Gunakan kaus kaki atau stocking kompres
  • Jika sudah memiliki varises, seseorang juga harus meninggikan kaki saat beristirahat atau tidur.

Kapan Harus ke Dokter?

Meskipun varises biasanya tidak berbahaya, seseorang harus mengunjungi penyedia layanan kesehatan untuk memeriksakannya. Jika khawatir dengan tampilan varises, perawatan dapat membantu. Seseorang juga harus sesegera mungkin pergi ke dokter jika kulit atau pembuluh darahnya:

  • Berdarah
  • Berubah warna
  • Nyeri, merah atau hangat saat disentuh
  • Bengkak

Jutaan orang hidup dengan varises. Bagi kebanyakan orang, varises tidak menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Perubahan gaya hidup dan pengobatan di rumah dapat meredakan gejala dan mencegahnya menjadi lebih buruk.

Bicaralah dengan dokter tentang perawatan invasif minimal yang aman dan dapat mengurangi rasa sakit dan memperbaiki tampilan varises.

Simak Video “KuTips: Cegah Kaki Melepuh Saat Berhaji di Tengah Cuaca Panas Arab!
[Gambas:Video 20detik]
(suc/suc)

Wilson’s Illness: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

Jakarta – Faktor genetik memegang peran yang sangat besar. Pasalnya, terdapat sejumlah penyakit langka yang disebabkan oleh faktor genetik. Salah satunya adalah Wilson’s Illness. Apa itu Wilson’s Illness? Simak penjelasan selengkapnya.

Apa Itu Penyakit Wilson’s Illness?

Wilson illness adalah kondisi genetik langka yang menyebabkan adanya penumpukan tembaga di organ tubuh, seperti hati, otak, dan organ very important lainnya.

Penyakit ini umumnya didiagnosis pada usia 5 sampai 35 tahun, namun juga bisa berdampak pada usia lebih muda atau lebih tua. Dikutip dari Cleveland Clinic, penyakit ini diketahui menyerang 1 di antara 30.000 orang.

Gejala Wilson’s Illness

Penyakit ini umumnya sudah berada dalam tubuh sejak lahir, namun tanda-tanda atau gejala baru akan muncul ketika tembaga mulai menumpuk pada organ-organ very important. Sejumlah gejala yang banyak dialami adalah:

  • Rasa lelah
  • Menurunnya nafsu makan atau rasa sakit pada perut
  • Jaundice atau kulit dan mata yang menguning
  • Perubahan warna pada space kornea mata menjadi emas kecokelatan (cincin Kayser-Felischer)
  • Penumpukan cairan di kaki atau perut
  • Gangguan pada kemampuan berbicara, menelan, atau koordinasi fisik
  • Pergerakan yang tidak terkontrol atau otot yang kaku

Penyebab Wilson’s Illness

Wilson’s illness adalah penyakit genetik langka yang bisa diturunkan dari riwayat keluarga. Penyakit ini disebabkan oleh penumpukan tembaga pada organ-organ very important tubuh.

Mutasi gen ATP7B menjadi penyebab dari wilson’s illness. Gen ini bertugas untuk mengeluarkan sisa-sisa tembaga dalam tubuh. Umumnya, organ hati akan mengeluarkan tembaga yang berlebih dari tubuh. Namun, dalam kondisi wilson illness, organ hati tidak mengeluarkan sisa tembaga dan terjadi penumpukan tembaga dalam tubuh.

Faktor Risiko Wilson’s Illness

Faktor yang bisa meningkatkan risiko mengalami penyakit ini adalah adanya riwayat keluarga yang mengalami kondisi wilson’s illness.

Komplikasi Wilson’s Illness

Bila dibiarkan tanpa pengobatan, penyakit ini bisa berakibat deadly. Sejumlah komplikasi serius yang bisa dipicu oleh penyakit ini adalah:

  • Sirosis
  • Gagal hati
  • Gangguan saraf
  • Gangguan ginjal
  • Gangguan psikologis
  • Gangguan darah yang bisa mengarah pada anemia atau jaundice

Prognosis Wilson’s Illness

Mengenali penyakit ini berdasarkan gejalanya bisa menjadi tantangan karena seringkali terkesan mirip dengan gangguan hati lainnya, seperti hepatitis. Untuk itu, dokter akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti:

  • Tes darah
  • Tes urine
  • Pemeriksaan mata
  • Biopsi atau pemeriksaan sampel jaringan hati
  • Pemeriksaan genetik

Pengobatan Wilson’s Illness

Pengobatan penyakit ini dilakukan secara terus-menerus karena pada dasarnya penyakit ini tidak bisa 100 persen sembuh complete, namun dapat dikontrol dengan pengobatan dan penanganan yang tepat.

Pengobatan akan meliputi obat-obatan yang bisa mengontrol atau mengeluarkan kelebihan tembaga dalam tubuh melalui urin. Setelah itu, pengobatan akan berfokus pada pencegahan terjadinya penumpukan tembaga pada tubuh lagi.

Pada beberapa kondisi, operasi, seperti operasi transplantasi hati, juga dibutuhkan untuk menangani kerusakan hati yang sudah terlalu parah.

Kapan Harus ke Dokter?

Segera konsultasikan pada dokter bila mengalami gejala-gejala wilson illness, terutama jika memiliki riwayat keluarga yang mengalami penyakit tersebut.

Simak Video “Suggestions Eating regimen ala Fadli Zon yang Berat Badannya Turun 32 Kg
[Gambas:Video 20detik]
(suc/suc)

Gagal Ginjal: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

Jakarta – Ginjal merupakan salah satu organ tubuh terpenting untuk menyaring limbah dalam darah dan dikeluarkan oleh tubuh melalui urine. Ginjal yang kehilangan kemampuan untuk menyaring limbah berakibat pada gagal ginjal. Berikut penjelasannya.

Apa Itu Gagal Ginjal?

Gagal ginjal artinya salah satu atau kedua ginjal tidak lagi berfungsi dengan baik dengan sendirinya. Ginjal menyaring darah dan mengeluarkan racun dari tubuh. Racun ini masuk ke kandung kemih dan dihilangkan saat buang air kecil. Gagal ginjal terjadi ketika kehilangan kemampuannya untuk cukup menyaring limbah dalam darah.

Kondisi ini dapat bersifat sementara dan berkembang dengan cepat (akut). Gagal ginjal dapat semakin memburuk menjadi kondisi kronis (jangka panjang).

Gagal ginjal adalah tahap penyakit ginjal yang paling parah, bahkan dapat berakibat deadly tanpa perawatan. Jika mengalami gagal ginjal, pasien dapat bertahan beberapa hari atau minggu tanpa pengobatan.

Gejala Gagal Ginjal

Banyak orang mengalami sedikit atau tidak ada gejala pada tahap awal gagal ginjal. Namun, penyakit ginjal kronis dapat menyebabkan kerusakan meskipun seseorang merasa baik-baik saja.

Gejala gagal ginjal bervariasi pada setiap orang. Jika ginjal tidak berfungsi dengan baik, orang mungkin mengalami tanda-tanda berikut:

  • Kelelahan yang ekstrem
  • Mual dan muntah
  • Kebingungan atau kesulitan berkonsentrasi
  • Pembengkakan (edema), terutama di sekitar tangan, pergelangan kaki, atau wajah
  • Lebih sering buang air kecil
  • Kram (kejang otot)
  • Kulit kering atau gatal
  • Hilang nafsu makan. Makanan mungkin terasa seperti logam

Penyebab Gagal Ginjal

Diabetes dan tekanan darah tinggi adalah penyebab paling umum dari gagal ginjal akut dan kronis.

Diabetes yang tidak dikelola dapat menyebabkan kadar gula darah tinggi (hiperglikemia). Gula darah yang tinggi secara konsisten dapat merusak ginjal serta organ lainnya.

Tekanan darah tinggi berarti darah mengalir dengan kuat melalui pembuluh darah. Seiring waktu dan tanpa perawatan, hipertensi dapat merusak jaringan ginjal.

Gagal ginjal biasanya tidak terjadi dengan cepat. Penyebab penyakit ginjal lain yang dapat menyebabkan gagal ginjal meliputi:

1. Penyakit ginjal polikistik

PKD adalah kondisi yang diwarisi dari salah satu orang tua (bawaan) yang menyebabkan kantung berisi cairan (kista) tumbuh di dalam ginjal

2. Penyakit glomerulus.

Penyakit glomerulus memengaruhi seberapa baik ginjal menyaring limbah

3. Lupus

Lupus adalah penyakit autoimun yang dapat menyebabkan kerusakan organ, nyeri sendi, demam, dan ruam kulit.

Penyebab umum gagal ginjal akut meliputi:

  • Penyakit ginjal autoimun
  • Obat-obatan tertentu
  • Dehidrasi parah
  • Obstruksi saluran kemih
  • Penyakit sistemik yang tidak diobati, seperti penyakit jantung atau hati.

Faktor Risiko Gagal Ginjal

Gagal ginjal bisa menyerang siapa saja. Namun, orang berisiko lebih tinggi terkena gagal ginjal jika:

  • Mengidap diabetes
  • Mengidap tekanan darah tinggi
  • Memiliki penyakit jantung
  • Memiliki riwayat keluarga dengan penyakit ginjal
  • Memiliki struktur ginjal yang tidak regular
  • Berusia di atas 60 tahun
  • Memiliki riwayat panjang mengonsumsi pereda nyeri

Komplikasi Gagal Ginjal

Berikut adalah daftar komplikasi yang mungkin timbul akibat gagal ginjal:

  • Kerusakan ginjal permanen jika gagal ginjal tidak terdiagnosis tepat waktu dan benar.
  • Penumpukan cairan
  • Nyeri dada
  • Kelemahan otot
  • Kematian

Analysis Gagal Ginjal

Tes yang mungkin dilakukan tenaga medis untuk mendiagnosis risiko gagal ginjal yaitu:

1. Tes darah

Tes darah menunjukkan seberapa baik ginjal membuang limbah dari darah. Dokter menggunakan jarum tipis untuk menarik sedikit darah dari pembuluh darah di lengan. Sampel darah kemudian dianalisis di laboratorium

2. Tes urine

Tes ini mengukur zat tertentu dalam urine, seperti protein atau darah. Pasien akan buang air kecil ke dalam wadah khusus di rumah sakit. Urine akan dianalisis di laboratorium.

3. Tes pencitraan

Tes pencitraan memungkinkan dokter untuk melihat ginjal dan space sekitarnya untuk mengidentifikasi kelainan atau penyumbatan. Tes pencitraan umum termasuk USG ginjal, CT urogram dan MRI.

Pengobatan Ginjal

Dialisis dan transplantasi ginjal adalah 2 pengobatan untuk gagal ginjal. Perawatan dialisis atau transplantasi ginjal akan mengambil alih sebagian pekerjaan ginjal yang rusak dan membuang limbah dan cairan ekstra dari tubuh. Ini akan meringankan banyak gejala.

1. Dialisis

Ada 2 jenis dialisis, yaitu hemodialisis dan peritoneal. Keduanya menghilangkan limbah dan cairan ekstra dari darah. Hemodialisis menggunakan mesin ginjal buatan sedangkan peritoneal menggunakan lapisan dalam perut.

2. Transplantasi ginjal

Transplantasi ginjal adalah operasi yang menempatkan ginjal yang sehat di tubuh.

Kapan Harus ke Dokter?

Hubungi tenaga medis jika seseorang memiliki faktor-faktor risiko penyebab gagal ginjal.

Simak Video “Sidang Kasus Gagal Ginjal Akut Bakal Dilanjutkan Pekan Depan
[Gambas:Video 20detik]
(suc/suc)