Jakarta –
Keterlibatan perusahaan-perusahaan genome sequencer asal luar negeri terhadap pengembangan Biomedical and Genome Science Initiative (BGSi) gaduh dipersoalkan. Selain kekhawatiran kebocoran information, banyak masyarakat yang cemas dalam praktiknya BGSi terlalu berkiblat kepada negara asing.
Co-founder BGSi Ririn Ramadhany menampik kecurigaan tersebut. Ia menegaskan BGSi adalah sebuah platform agnostic, yang artinya BGSi tidak mengacu hanya pada satu platform saja.
“Dari awal kita membuat desain BGSi, yang pasti kita tidak mau mengacu hanya pada satu produk. Jadi misalnya kita pilih Illumina semua Illumina, kita pilih Nanopore semua Nanopore, nggak. Kita tidak berkiblat hanya pada satu platform,” ungkapnya dalam konferensi pers secara daring, Selasa (27/6/2023).
Lebih lanjut, Ririn menegaskan BGSi tidak mengacu pada satu negara tertentu saja. Sebab, BGSi menerapkan sistem kerja sama yang inklusif, termasuk dengan pihak luar negeri.
“BGSi ini kerja samanya inklusif, dan itu termasuk luar negeri. Contohnya, ada yang bilang BGSi kelihatannya asing banget nih, terlalu ke BGI-BGI-an, China banget, itu nggak juga. Karena kita kerja sama juga sama Illumina dari US dan Nanopore dari UK,” paparnya.
Ia menjelaskan hal itu dilakukan untuk menghindari ketergantungan seperti yang dialami ketika menghadapi pandemi COVID-19.
“Kita udah ngalamin zaman COVID dulu. Ketika kita cuma punya satu alat dari satu merek aja, ketika ada scarcity atau masalah, kita tidak bisa melakukan pemeriksaan,” imbuhnya.
Ririn menuturkan keterlibatan perusahaan sequencer asing diperlukan untuk memperkaya keilmuan expertise dalam negeri.
“Karena teknologi ini memang mereka yang punya. Kita nggak bisa, misalnya saya mau beli sequencer, kemudian saya mau lakukan sendiri. Kita harus punya yang namanya know-how switch. Ini yang sama BGSi diupayakan, mereka datang ke kita ngajarin kita cara pakainya bagaimana,” urainya.
“This know-how switch tidak bisa dilakukan sendirian. Yang bisa kita lakukan apa? Kita ajak mereka (asing), kita kerja sama dengan mereka biar mereka ngajarin kita. Sehingga di Indonesia terjadi peningkatan kapasitas yang memang kita idam-idamkan dari lama. Kita pengen tuh, orang Indonesia bisa melakukan sendiri tanpa ketergantungan sama orang luar negeri,” jelas Ririn.
“Akhirnya kami kumpulkan expertise (asing), kami minta untuk ngajarin talent-talent kita, dan akhirnya information yang dilakukan BGSi analisisnya in-house,” lanjutnya.
Kendati demikian, Ririn memastikan BGSi senantiasa menjaga keamanan dan kerahasiaan information genomik masyarakat Indonesia bocor ke pihak asing.
“Kita udah komitmen di sana, yang kita lakukan adalah sebaik-baik mungkin menjaga amanah ini dengan tetap bahwa tujuan kita untuk memperbaiki kesehatan dan meningkatkan ketahanan nasional kita,” pungkasnya.
Simak Video “ IDI Minta Vaksinasi Covid-19 Tetap Jalan Meski Standing Epidemi Dicabut“
[Gambas:Video 20detik]
(up/up)
Leave a Reply