Jakarta

Perwakilan World Well being Group South-East Asia Regional Workplace (WHO SEARO) menyebut Indonesia berpotensi menjadi salah satu regulator obat kuat di antarnegara Asia Tenggara.

Director Division of Well being Techniques Growth (HSD) WHO SEARO, Dr Manoj Jhalani menilai BPOM RI mampu belajar dari pengalaman untuk memperkuat sistem serta kapasitas regulatori, dan membagikannya ke banyak negara anggota South-East Asean Regulatory Community (SEARN).

“Saya meyakini dalam waktu dekat Indonesia bakal menjadi salah satu otoritas regulator yang kuat,” beber Manoj dalam pertemuan WHO SEARN Meeting assembly, Rabu (27/7/2023).

SEARN merupakan jejaring yang terbentuk dari 11 negara anggota WHO di wilayah Asia Selatan hingga Asia Tenggara, meliputi Bangladesh, Bhutan, Korea Utara, India, Indonesia, Maldives, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand, dan Timor Leste.

Ke depan, antarnegara akan memiliki sistem regulasi yang sama untuk memperkuat standar keamanan obat. WHO memberikan benchmarking software terkait tingkat kematangan atau stage maturitas BPOM RI, 2 dari 4 untuk semua fungsi dan 4 nilai untuk fungsi izin edar atau advertising and marketing authorization, vigilance, akses laboratorium dan fungsi lot launch.

“Ini pertemuan tahunan dari SEARN, intinya bagaimana kerja sama regulatory organisasi seperti BPOM di negara-negara regional ASEAN bekerja sama memperkuat produksi dan distribusi obat, alat kesehatan yang beredar di regional Asia Tenggara,” beber Kepala BPOM Penny Okay Lukito dalam kesempatan yang sama.

Simak Video “BPOM Rilis Daftar Obat Tradisional Pemicu Kerusakan Ginjal-Hati
[Gambas:Video 20detik]
(naf/naf)