Jakarta –
Vape atau rokok elektrik belakangan menjadi persoalan baru di Amerika Serikat. Khususnya vape sekali pakai. Pasalnya, AS dibuat kelabakan dengan jutaan limbah vape yang dinilai berbahaya, vape tersebut tidak bisa digunakan kembali atau bahkan didaur ulang.
Aturan yang ada di AS juga belum mengatur bagaimana vape sekali pakai secara authorized dibuang. Padahal, remaja dan kelompok usia dewasa di AS bisa membeli sekitar 12 juta vape sekali pakai per bulan.
“Kita berada dalam kondisi peraturan yang sangat aneh karena tidak ada tempat yang sah untuk membuang barang-barang tersebut, tetapi kita tahu, setiap tahun, puluhan juta barang sekali pakai dibuang ke tempat sampah,” kata Yogi Hale Hendlin, peneliti kesehatan dan lingkungan di The Universitas California, San Fransisco.
Pada akhir Agustus, pekerja sanitasi di Monroe County, New York, mengemas lebih dari 5.500 rokok elektrik berwarna cerah ke dalam drum baja berkapasitas 55 galon untuk diangkut. Tujuannya? Sebuah insinerator limbah industri raksasa di Arkansas utara, tempat limbah tersebut akan dilebur.
Mengirim 350 pon vape ke seluruh wilayah AS untuk dibakar menjadi abu mungkin terdengar tidak ramah lingkungan. Namun, pejabat setempat mengatakan ini adalah satu-satunya cara untuk menjauhkan perangkat yang mengandung nikotin dari selokan, saluran air, dan tempat pembuangan sampah, terlebih baterai litium dapat terbakar.
“Ini adalah perangkat yang sangat berbahaya,” kata Michael Garland, Kepala Dinas Lingkungan Hidup di salah satu wilayah AS, dikutip dari AP Information, Jumat (20/10/2023).
“Mereka berisiko menimbulkan kebakaran dan tentu saja merupakan pencemaran lingkungan jika tidak dikelola dengan baik.”
Di tempat lain, proses pembuangannya menjadi mahal dan rumit. Kota New York misalnya, para pejabat menyita ratusan ribu vape terlarang dari toko-toko lokal dan menghabiskan lebih dari USD 1 per buah untuk pembuangannya.
Monroe County juga membayar USD 60 untuk membuang setiap wadah vape berukuran satu galon. Lebih dari dua pertiga rokok elektrik yang dikumpulkan di wilayah ini berasal dari sekolah.
“Jika Anda memikirkan semua sekolah menengah di seluruh negeri, mereka berada dalam kondisi yang sangat sulit saat ini.”
Litium dalam baterai rokok elektrik adalah logam yang banyak dicari dan digunakan untuk menggerakkan kendaraan listrik dan ponsel. Namun jumlah yang digunakan dalam perangkat vaping terlalu kecil untuk dapat disimpan. Hampir semua baterai vape atau rokok elektrik sekali pakai disolder ke dalam perangkat, sehingga tidak praktis untuk membuangnya, juga didaur ulang.
Rokok elektronik sekali pakai saat ini menyumbang sekitar 53 persen dari pasar vape senilai miliaran dolar AS, menurut angka pemerintah meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 2020.
Pada tahun yang sama, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) sebetulnya sudah melarang hampir semua vape dengan rasa, yang dapat digunakan kembali. Namun, kebijakan tersebut tidak berlaku untuk produk sekali pakai, sehingga membuka pintu bagi ribuan jenis vape rasa buah dan permen baru, yang hampir semuanya diproduksi di China.
Dalam beberapa bulan terakhir FDA AS bahkan mulai mencoba memblokir impor beberapa merek sekali pakai terkemuka. Para pembuat peraturan menganggap perangkat-perangkat tersebut ilegal, tetapi mereka tidak dapat menghentikan masuknya vape semacam itu ke AS. Perangkat-perangkat tersebut kini tersedia di mana-mana, termasuk di toko serba ada, pompa bensin, dan toko-toko lainnya.
Kepala tembakau FDA, Brian King, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa lembaganya akan terus mempertimbangkan secara hati-hati potensi dampak lingkungan dari produk vaping.
Simak Video “WHO Minta Semua Negara Setop Rokok dan Vape di Sekolah!“
[Gambas:Video 20detik]
(naf/naf)
Leave a Reply