Tag: Stadium

Menyoal Komplikasi Kanker Paru Stadium 4, Diidap Kiki Fatmala Sebelum Meninggal


Jakarta

Kabar duka datang dari dunia hiburan Tanah Air. Aktris Kiki Fatmala meninggal dunia pada Jumat (1/12/2023). Pihak keluarga mengungkap penyebab meninggalnya Kiki Fatmala yakni komplikasi kanker.

“Kiki Fatmala meninggal dunia pada 1 Desember 2023 pada usia 56 tahun, karena komplikasi akibat kanker,” tulis pihak keluarga di akun @qq_fatmala, Jumat (1/12/2023).

Kiki Fatmala bercerita sempat didiagnosis kanker paru-paru stadium 4 pada November 2021. Ia lalu menjalani radioterapi, kemoterapi dan terapi imun untuk memulihkan kesehatannya.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kanker paru adalah suatu kondisi saat sel-sel tumbuh secara tidak terkendali di dalam organ paru-paru. Seperti jenis kanker lainnya, stadium kanker paru-paru dikategorikan berdasarkan seberapa luas penyebarannya di dalam tubuh. Hanya saja kanker paru biasanya baru ketahuan saat stadium lanjut.

“Semua penyakit kanker yang strong, itu dibedah dan bisa sembuh, hanya saja 80 persen ketemu stadium lanjut,” ujar Prof dr Elisna Syahrudin, PhD. SpP(Okay), Guru Besar Departemen Pulmonologi dan Kedoteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dalam temu media di Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (24/11).

dr Elisna menjelaskan kanker paru-paru stadium 4 berarti jenis kankernya sudah bermetastasis atau telah menyebar dari lokasi asalnya. Penyebaran kanker paru bisa di berbagai organ di tubuh, namun terbanyak di otak.

“Kadang-kadang menyebar ke hati, perutnya jadi membengkak. Ke tulang, dada nyeri. Sakit kepala, nyeri kepala hebat. Penyebaran paling banyak adalah ke otak dan ke tulang,” tuturnya.

Angka kematian kanker paru disebut termasuk tinggi karena kebanyakan pasien datang dalam kondisi stadium lanjut. Sekitar 70 persen kasus kanker paru di Indonesia merupakan usia produktif.

“Pengobatan untuk kanker paru itu bisa bedah, bisa radioterapi, bisa kemoterapi, bisa terapi goal, bisa imunoterapi. Tidak semua orang sama pilihannya,” tandasnya.

Simak Video “Dokter Paru: Pneumonia Sudah Lama Ada di Indonesia, Gejalanya Sangat Ringan
[Gambas:Video 20detik]
(kna/suc)

6 Gejala Leukemia Stadium Awal, Kerap Tak Disadari

Jakarta

Leukemia adalah kanker darah akibat tubuh terlalu banyak memproduksi sel darah putih irregular. Leukemia dapat terjadi pada orang dewasa dan anak-anak.

Sel darah putih merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh yang diproduksi di dalam sumsum tulang. Ketika fungsi sumsum tulang terganggu, maka sel darah putih yang dihasilkan akan mengalami perubahan dan tidak lagi menjalani perannya secara efektif.

Sama seperti kanker lainnya, leukemia disebabkan oleh mutasi genetik di sel-sel darah yang membuatnya tumbuh menjadi tidak terkendali hingga membentuk tumor ganas. Bahayanya lagi, leukemia yang masih dalam stadium awal kerap tidak bergejala sehingga terlambat disadari dan mendapat penanganan.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi pada beberapa kasus, gejala leukemia stadium awal bisa saja muncul dan menyerupai gejala penyakit biasa. Untuk memudahkan penanganan dan mencegah kondisinya semakin parah, yuk kenali 6 gejala leukemia stadium awal berikut.

Gejala Leukemia Stadium Awal

1. Luka Berdarah yang Sulit Mengering

Leukemia dapat menyerang trombosit, yakni sel darah yang berperan penting dalam proses pembekuan darah. Trombosit ini pula yang membantu luka untuk kering dan tidak lagi mengeluarkan darah.

Tapi jika trombosit bermasalah, maka darah yang keluar lewat luka menjadi sulit berhenti. Selain itu, warna darah yang dikeluarkan tidak berwarna merah pekat seperti luka pada umumnya, melainkan merah terang.

2. Sering Mimisan

Sering mengalami mimisan? Waspada, hal tersebut bisa saja menjadi gejala leukemia.

Dikutip dari laman My Leukemia Crew, mimisan merupakan salah satu gejala yang paling sering terjadi pada leukemia stadium awal. Mimisan disebabkan oleh perkembangan sel darah putih yang tidak regular, sehingga menggantikan sel-sel yang sehat dalam sumsum tulang, termasuk trombosit.

Jika jumlah trombosit tidak cukup, maka darah akan sulit membeku. Inilah yang membuat pengidap leukemia kerap mengalami mimisan.

3. Sering Mengalami Memar dan Pendarahan

Memar dan pendarahan yang terjadi secara berulang juga bisa menjadi salah satu gejala leukemia stadium awal. Pada leukemia, sel darah putih yang bermutasi akan menyerang sel-sel sehat dalam tubuh, termasuk trombosit. Jika jumlah trombosit berada di bawah regular, maka dapat memicu terjadinya memar dan pendarahan.

Trombosit yang rendah juga membuat proses penyembuhan memar dan pendarahan menjadi lebih lama. Jika hal ini sering terjadi, segera periksakan diri ke dokter untuk mengetahui kondisi fisik secara pasti.

4. Rentan Terkena Infeksi

Sel darah putih memiliki tugas untuk melawan zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Tapi pada pasien leukemia, sel darah putih bermutasi dan malah menyerang sel-sel yang masih sehat.

Akibatnya, fungsi untuk melawan infeksi menjadi terbengkalai. Alhasil, virus, bakteri, dan zat asing lainnya dapat dengan mudah masuk dan menginfeksi tubuh.

5. Anemia

Anemia atau kurang darah terjadi akibat jumlah sel darah merah yang terlalu rendah. Pada pasien leukemia, anemia bisa terjadi lantaran sel darah putih yang telah bermutasi menyerang sel-sel darah merah dalam tubuh.

Akibatnya, pengidap leukemia juga kerap mengalami defisiensi sel darah merah. Gejala ini biasanya juga disertai kelelahan, wajah pucat, hingga sesak napas.

6. Nyeri Sendi dan Tulang

Pengidap leukemia stadium awal juga kerap mengalami nyeri pada persendian atau tulang bagian belakang. Rasa nyeri tersebut disebabkan oleh tumor yang terbentuk pada jaringan sumsum tulang belakang tempat diproduksinya sel darah. Ketika tumor tersebut menekan saraf di sekitarnya, maka dapat menimbulkan nyeri pada sendi atau tulang.

Simak Video “Leukemia Jadi Kasus Kanker Tertinggi pada Anak, Kenali Gejalanya!
[Gambas:Video 20detik]
(ath/suc)

5 Gejala Kanker Serviks Stadium Awal yang Perlu Diwaspadai

Jakarta

Kanker serviks adalah salah satu penyebab kematian tertinggi pada kaum wanita. Seringkali, kanker serviks tidak menunjukkan gejala hingga memasuki tahap yang lebih parah. Akibatnya, pengobatan menjadi terlambat dan tingkat kesembuhannya berkurang.

Dikutip dari Mayo Clinic, kanker serviks atau kanker mulut rahim adalah kondisi kanker tumbuh pada sel-sel di leher rahim. Penyebab kanker serviks hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini kerap berkaitan dengan infeksi human papilloma virus (HPV) yang dapat menular melalui hubungan seksual.

Karena bersifat mematikan, penting untuk mengetahui gejala kanker serviks sejak stadium awal agar bisa melakukan upaya kontrol dan intervensi sedini mungkin, supaya kondisinya tidak berkembang menjadi semakin parah.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gejala Kanker Serviks Stadium Awal

1. Perdarahan yang Irregular pada Vagina

Gejala kanker serviks stadium awal yang paling umum terjadi adalah perdarahan saat sedang tidak menstruasi. Perdarahan juga bisa terjadi pada wanita yang sudah mengalami menopause.

Biasanya, perdarahan yang terjadi lebih banyak atau lebih sedikit dibanding menstruasi biasa. Selain itu, gejala kanker serviks stadium awal juga bisa membuat wanita mengalami menstruasi yang lebih lama atau lebih hebat dibanding biasanya.

2. Keputihan Tidak Wajar

Keputihan yang disertai darah, lendir, dan bau yang tidak sedap juga merupakan salah satu gejala awal kanker serviks stradium awal. Keputihan yang irregular tersebut bisa terjadi antara siklus menstruasi hingga bahkan setelah memasuki fase menopause.

3. Nyeri saat Berhubungan Intim

Nyeri pada space panggul saat berhubungan intim merupakan salah satu gejala kanker serviks stadium awal yang kerap diabaikan. Pasalnya, gejala ini juga bisa disebabkan oleh kondisi lain, seperti vagina kering, peradangan, dan lain sebagainya.

Untuk memastikan analysis dan mencegah terjadinya kondisi yang lebih serius, seperti kanker serviks, segera periksakan diri ke dokter apabila nyeri panggul saat berhubungan intim tak kunjung hilang.

4. Perdarahan setelah Berhubungan Intim

Selain nyeri pada panggul, kanker serviks pada stadium awal juga bisa menyebabkan terjadinya perdarahan setelah berhubungan intim. Namun, perlu diingat bahwa perdarahan setelah berhubungan intim tak selalu menjadi tanda pasti kanker serviks.

Pasalnya, kondisi ini juga bisa disebabkan oleh sejumlah kondisi seperti perubahan hormon, berhubungan intim saat hamil, atau akibat mengonsumsi pil kontrasepsi. Jika terjadi perdarahan hebat setelah berhubungan intim, segera memeriksakan diri ke dokter untuk mendapatkan analysis pasti dan penanganan yang sesuai.

5. Mudah Merasa Lelah

Kelelahan biasanya menjadi efek samping yang muncul akibat perdarahan. Pada kanker serviks, quantity darah yang dikeluarkan bisa jauh lebih banyak dibanding perdarahan saat menstruasi. Jika hal ini terjadi secara terus menerus, maka dapat memicu terjadinya anemia yang mengakibatkan tubuh mudah merasa lelah.

Simak Video “Stigma Tentang Penyintas Kanker yang Diharapkan Hilang dari Masyarakat
[Gambas:Video 20detik]
(ath/naf)

Sakit Punggung Bawah Mengira Menopause, Ternyata Kena Kanker Rahim Stadium 3


Jakarta

Seorang wanita di London, Inggris bernama Reija Sillanpaa (37) mengungkapkan kisahnya didiagnosis mengidap kanker rahim setelah mengira ia mengalami gejala menopause. Semua berawal pada 2017 ketika ia merasakan perubahan siklus menstruasi.

Berlanjut pada 2018, ia mulai merasakan gejala-gejala lain. Misalnya seperti sakit punggung di bagian bawah, menstruasi yang berat dan berkepanjangan, serta kelelahan.

Setelah melakukan pemeriksaan ke tenaga medis, dokter menuturkan bahwa wanita yang bekerja sebagai penulis ini mengidap kanker rahim stadium tiga. Reija menambahkan, kanker tersebut ternyata sudah menyebar ke luar rahim.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Untungnya saya punya dokter yang mengirim saya untuk tes lebih lanjut. Sayangnya, saya mengetahui terlalu banyak orang yang diagnosisnya tertunda karena dokter tidak berpikir kemungkinan terjadinya kanker rahim. Biasanya karena usia mereka masih muda,” ujar Reija dikutip dari Every day Mail, Kamis (26/10/2023).

Wanita asal Finlandia ini mengaku awalnya sempat takut setelah mendapatkan analysis tersebut. Terlebih, saat itu dokter tidak bisa memastikan apakah ia bisa bertahan hidup atau tidak.

“Bagian tersulitnya adalah memberitahu orang tua, kakak, dan adikku yang semuanya masih di Finlandia. Saya pikir mereka ingin saya pulang ke Finlandia untuk menjalani perawatan,” ujarnya.

Reija membuat sebuah weblog untuk membagikan pengalamannya dan terhubung dengan penyintas kanker lain. Menurutnya menulis tentang hal tersebut membantunya dalam memproses pikiran dan perasaan.

Kondisi Reija kini sudah lebih baik dan memasuki tahap remisi usai menjalani 30 putaran perawatan yang panjang, termasuk radioterapi. Namun, beberapa bulan setelah diagnosisnya, ia juga diberitahu dokter bahwa ia mengidap sindrom Lynch, kondisi bawaan yang dapat meningkatkan risiko kanker tertentu seperti usus, ovarium, dan pankreas.

Rejia sekarang menjalani kolonoskopi rutin untuk melacak perubahan apapun yang ada di tubuhnya.

“Orang-orang harus berhenti menganggap kanker rahim sebagai kanker pada wanita yang lebih tua. Anda bisa terkena kanker rahim pada usia berapa pun dan dokter harus selalu merujuk orang-orang yang mengalami perubahan menstruasi untuk pemeriksaan lebih lanjut,” pungkasnya.

Simak Video “Tanda Benjolan Kanker Payudara yang Perlu Kamu Tahu
[Gambas:Video 20detik]
(avk/naf)

Kanker Ginjal: Gejala, Stadium, hingga Pengobatan

Jakarta

Pengertian Kanker Ginjal

Kanker ginjal adalah kondisi ketika sel-sel ginjal tumbuh secara tidak regular dan membentuk massa atau tumor. Kanker terjadi ketika ada sesuatu yang memicu perubahan pada sel tersebut dan menyebabkannya tumbuh secara tidak terkendali.

Seiring berjalannya waktu, sel kanker tersebut dapat menyebar ke jaringan atau organ important lain. Fase ini disebut dengan metastasis.

Kanker ginjal umumnya terjadi pada orang berusia 60 tahun ke atas. Tingkat keparahan kanker ginjal tergantung pada letak sel kanker, ukuran, dan sudah sejauh apa sel kanker tersebut bermetastasis.

Penyebab Kanker Ginjal

Kanker ginjal terjadi karena perubahan (mutasi) gen pada sel-sel ginjal. Mutasi tersebut membuat sel ginjal tumbuh secara tidak regular dan tidak terkendali.

Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti penyebab kanker ginjal. Namun, ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan kanker ginjal, antara lain:

  • Merokok
  • Obesitas
  • Berusia lebih dari 60 tahun
  • Laki-laki
  • Tekanan darah tinggi (hipertensi)
  • Riwayat kanker ginjal pada keluarga
  • Paparan bahan kimia tertentu
  • Penyakit genetik, seperti Von Hippel-Lindau atau Tuberous Sclerosis complicated
  • Menjalani pengobatan ginjal jangka panjang, seperti cuci darah (dialisis)

Gejala Kanker Ginjal

Saat masih stadium awal, kanker ginjal kerap tidak menunjukkan gejala. Setelah memasuki stadium lanjut, gejala yang dapat muncul di antaranya:

  • Demam
  • Nyeri di sekitar punggung bawah dan pinggang
  • Benjolan di sekitar pinggang atau perut
  • Gampang kelelahan
  • Selera makan menurun
  • Berat badan turun tanpa alasan yang jelas
  • Kencing berdarah (hematuria)
  • Anemia
  • Tekanan darah tinggi
  • Keringat berlebih, terutama di malam hari
  • Analysis Kanker Ginjal

Analysis dilakukan dengan cara menanyakan seputar keluhan, kapan gejala muncul, riwayat penyakit pasien, dan lain sebagainya. Dokter kemudian akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mendeteksi ada tidaknya benjolan atau pembengkakan di sekitar pinggang atau punggung bagian bawah.

Lebih lanjut, analysis kanker ginjal juga bisa ditunjang lewat pemeriksaan seperti:

  • Tes darah
  • Tes urine
  • Pemindaian dengan USG, CT scan, atau MRI
  • Biopsi ginjal

Stadium Kanker Ginjal

Setelah dilakukan pemeriksaan di atas, dokter bisa menentukan tingkat keparahan kanker ginjal yang dialami pasien. Stadium kanker ginjal terbagi atas:

Stadium 1

Tumor berdiameter tidak lebih dari 7 cm dan belum menyebar ke kelenjar di sekitarnya

Stadium 2

Kanker berdiametes lebih dari 7 cm, tetapi belum menyebar ke kelenjar di sekitarnya

Stadium 3

Kanker ginjal sudah menyebar ke kelenjar getah bening

Stadium 4

Kanker telah menyebar ke organ-organ lain, seperti pankreas, paru-paru, atau usus

Pengobatan Kanker Ginjal

Pengobatan kanker ginjal disesuaikan dengan ukuran, letak, tingkat keparahan, dan kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan. Pada stadium awal, kanker ginjal bisa ditangani dengan melakukan operasi:

  • Nefrektomi parsial untuk mengangkat bagian tertentu di ginjal yang terkena kanker
  • Nefrektomi radikal untuk mengangkat seluruh bagian ginjal yang terkena kanker

Bagi pasien yang tidak bisa menjalani operasi, maka opsi pengobatan lain yang bisa dilakukan antara lain:

Ablasi

Ablasi dapat dilakukan dengan dua cara:

  • Krioterapi, yaitu membekukan dan menghancurkan sel-sel kanker menggunakan nitrogen cair
  • Ablasi radiofrekuensi, yaitu terapi dengan gelombang suara berkekuatan tinggi untuk menghancurkan tumor

Radioterapi

Radioterapi bertujuan untuk membunuh sel kanker menggunakan sinar-X berkekuatan tinggi. Meski tidak bisa menyembuhkan kanker ginjal, terapi ini bisa memperlambat perkembangan sel kanker dan membantu mengendalikan gejala.

Terapi Obat yang Ditargetkan

Terapi ini dilakukan dengan cara memberikan obat-obat khusus untuk mengatasi perkembangan sel kanker. Misalnya, pemberian obat Sunitib yang dapat menghambat protein kinase yang membantu pertumbuhan sel kanker.

Obat-obatan lain yang dapat digunakan di antaranya Pazopanib untuk menghambat pertumbuhan sel kanker, Sorafenib untuk menghentikan pembentukan pembuluh darah yang dibutuhkan sel kanker, dan Everolimus yang bisa menghambat fungsi protein MTOR dalam membantu sel kanker tumbuh dan membelah diri.

Selain terapi di atas, kanker ginjal juga bisa ditangani dengan imunoterapi untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap sel kanker. Pada kasus yang langka, kemoterapi juga bisa dilakukan.

Cara Mencegah Kanker Ginjal

Karena penyebab kanker ginjal masih belum diketahui secara pasti, tidak ada metode yang bisa menjamin pencegahan penyakit ini. Meski begitu, risiko kanker ginjal dapat dikurangi dengan menjalani pola hidup sehat seperti:

  • Tidak merokok
  • Menjaga tekanan darah tetap regular
  • Menjaga berat badan yang sehat dan ultimate
  • Mengonsumsi sayur dan buah
  • Rutin berolahraga

Simak Video “Simak Cara Perpanjang STR Seumur Hidup di SATUSEHAT SDMK
[Gambas:Video 20detik]
(ath/suc)

Heboh Pria DKI Kena Kanker Nasofaring Stadium 4, Sekarang Pantang Makan Ini


Jakarta

Dikira cuma pilek dan mampet biasa, ternyata pria asal DKI ini mengidap kanker nasofaring stadium 4. Pria bernama Yoseppy itu pun membagikan kisahnya yang berjuang melawan penyakit ganas tersebut.

Yoseppy mengatakan, gejala berupa mampet dan pilek sudah dialami sekitar tiga bulan sebelum divonis kanker oleh dokter. Saking tak bisa bernapas, ia menggunakan mulut sebagai alternatifnya.

“Waktu itu aku ngerasa pernapasan aku tuh terhambat, bahkan sampai di daerah ini, di daerah hidung sebelah kiri itu bener-bener nggak bisa napas sama sekali,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Rabu (5/10/2023).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak hanya itu, pria yang kini berusia 30 tahun itu juga mengalami gejala sering mimisan dan sakit kepala sebelah. Dokter awalnya mengira, ia hanya mengalami kondisi sinusitis atau peradangan yang terjadi pada saluran pernapasan. Bahkan Yoseppy diberikan pengobatan untuk sinusitis.

Meski sudah diberi obat, gejala yang dialami Yoseppy tidak kunjung membaik. Walhasil dia memutuskan untuk pergi lagi ke dokter untuk diperiksa lebih lanjut.

“Dokter ini ngecek dan ternyata ada polip hidung di dalam. Setelah ada polip hidung dia ngecek lagi dengan endoskopi, dia ngecek kebawah lagi, kok ada benjolan yang berdarah-darah, dia mencurigai itu kan. Sebelumnya dokter bilang, pak saya curiga ini takutnya tumor, tapi semoga bukan,” imbuhnya.

“Akhirnya saya putuskan untuk operasi pengangkatan polip, dokter melakukan biopsi kan akhirnya kepada saya. Nah pas itu dokter biopsi mengambil sampelnya dan setelah dicek, hasil lab menunjukkan bahwa itu adalah tumor ganas,” katanya lagi.

Dugaan Penyebab

Dokter menduga kanker yang dialami Yoseppy itu dipicu oleh faktor pola hidup yang tak baik, misalnya makan yang tak sehat. Pria asal DKI ini mengaku sering mengonsumsi makanan all you possibly can eat dan quick meals atau makanan cepat saji.

“Terus aku menghindari makanan quick meals kecuali ayam goreng, terus aku nggak boleh lagi daging yang dipanggang terutama dengan arang. Jadi kayak sate, ikan bakar itu udah nggak boleh lagi,” ucapnya.

“Karena kalau dokter bilang, bagian hitam-hitam nya itu adalah karsinogen, karsinogen yang bisa menyebabkan kanker. Dan memang pola makan saya dulu juga agak jeleknya gitu, saya suka makan makanan bakar,” sambungnya lagi.

Simak Video “Kemenkes Bantah soal Polusi Sengaja Dibuat untuk Munculkan Pandemi 2.0
[Gambas:Video 20detik]
(suc/naf)

Viral Pria Jakarta Kena Kanker Nasofaring Stadium 4, Awalnya Dikira Sinus


Jakarta

Baru-baru ini viral kisah pria asal Jakarta bernama Yoseppy, bercerita perjalanan dirinya berjuang melawan kanker nasofaring stadium 4. Pria berusia 30 tahun yang bekerja sebagai workers di salah satu perusahaan ibu kota ini, kini mengaku sudah ‘bebas’ dari kanker.

Jauh sebelum itu, gejala awal yang timbul bahkan sempat dikira hanya sinusitis biasa. Beberapa dokter bahkan hanya meresepkan obat sinus biasa, tetapi kondisi Yoseppy tak kunjung membaik.

Kecurigaan mulai muncul saat dirinya kembali berobat dan dokter lain menemukan benjolan di hidungnya.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Akhirnya saya ke dokter kedua, setelah di-endoskopi dia ngecek bahwa ini adalah polip. Tapi dia nggak menemukan tumor yang di bawah polipnya itu,” kata Yoseppy saat diwawancara detikcom Rabu (4/10/2023).

“Baru dokter ini (dokter yang menanganinya saat ini) yang menemukan tumor yang muncul di dalam hidung saya itu, yang benjolannya menonjol dan berdarah,” tambahnya.

Bagaimana tidak, sebelum benjolan ditemukan, Yoseppy hanya mengeluh pilek seperti sulit bernapas, beberapa kali ia hanya bisa bernapas kewat mulut. Namun, hari ke hari, keluhannya semakin parah, hingga kerap mimisan tanpa sebab disertai rasa sakit di kepala bagian kiri. Sakit kepala juga tak kunjung hilang meskipun sudah meminum obat.

“Terakhirnya setiap saya bangun pagi kepala sakit sebelah, tapi bukan migrain karena sakitnya itu sampai ke pipi,” jelas pria berusia 30 tahun ini.

Setelah dilakukan biopsi, hasil lab menunjukkan bahwa benjolan itu adalah tumor ganas. Hal ini tidak ada hubungannya dengan sinus, tetapi dokter menyebut menjadi faktor risiko memperparah kondisi tumornya.

“Jadi polip hidung di bawahnya itu ada tumor gitu dan didiagnosanya itu tanggal 13 November 2022,” ucapnya.

Kemudian dirinya memberanikan diri untuk melakukan fasescan dan hasilnya Yoseppy dinyatakan kanker nasofaring stadium 4. Pernyataan tersebut disampaikan dokter, karena tumor pada hidungnya berukuran besar dan bahkan hendak menjalar menuju otak.

Simak Video “Inggris Luncurkan Obat Suntik untuk Kanker Pertama di Dunia
[Gambas:Video 20detik]
(Nala Andrianingsih/naf)

Sendawa 10 Kali Sehari, Ternyata Perawat Ini Kena Kanker Usus Stadium 3


Jakarta

Seorang perawat muda di Sarasota, Florida, Amerika Serikat (AS) tidak pernah membayangkan dirinya didiagnosis mengidap kanker. Hal ini berawal saat wanita bernama Bailey Mcbreen mengalami gejala yang tak biasa.

Saat itu Bailey masih berusia 24 tahun dan tengah liburan bersama tunangannya pada tahun 2021. Namun, selama di perjalanan Bailey terus menerus sendawa hingga 5 sampai 10 kali sehari.

Padahal, Bailey yakin sebelumnya ia tidak pernah mengalami kondisi seperti itu. Bailey maupun tunangannya merasa itu adalah hal yang sangat wajar.

“Kami tidak berpikir itu sesuatu yang mengkhawatirkan karena bersendawa sangat regular untuk orang lain. Saya dengan santainya berkonsultasi pada dokter. Tetapi, dokter mulai cemas dengan kondisi saya,” ungkap Bailey yang dikutip dari Day by day Mail, Rabu (23/8/2023).

“Saya tidak memiliki gejala lain, hingga pada Januari 2023 semua kembali regular,” lanjut dia.

Namun, apa yang dulunya dianggap regular berubah menjadi menyeramkan. Seiring berjalannya waktu, Bailey sendawa disertai dengan berbagai gejala lain, seperti muntah dan mual.

Bailey mulai mual dan muntah saat menyiapkan pesta pernikahannya. Setelah seminggu, gejala yang dialami Bailey semakin meningkat.

“Saya mengalami sakit perut yang luar biasa, kram, dan mual, dan tidak bisa menahan makanan saya. Sebagai seorang perawat, saya tahu itu adalah gejala obstruksi usus kecil, jadi saya mencoba mengatasinya sendiri,” jelas dia.

“Namun, saat akhir pekan tiba, saya sangat kesakitan sehingga ibu saya mendesak harus pergi ke rumah sakit,” sambungnya.

Setelah menjalani CT scan, hasil diagnosisnya keluar. Bailey memiliki massa di usus besarnya yang dipercaya sebagai kanker usus besar.

“Saya langsung dibawa ke rumah sakit. Ketika hasil biopsi saya keluar, dipastikan saya menderita kanker usus besar stadium tiga,” tutur Bailey.

“Saya merasakan darah mengalir keluar dari kepala saya ketika saya mendengar kata-kata itu, dan seluruh tubuh saya membeku. Saya tidak percaya apa yang saya dengar. Saya beralih ke mode perawat dan mulai mengajukan banyak pertanyaan. Saya berpikir tentang IVF, rambut rontok, dan kemoterapi,” katanya.

Bailey menjalani operasi lebih lanjut untuk mengangkat sebagian usus besarnya dan beberapa kelenjar getah bening. Ia juga menyelesaikan kemoterapi selama 12 minggu dan sedang menunggu hasil untuk menentukan langkah selanjutnya.

Misalnya seperti membutuhkan operasi lagi atau perlu menjalani perawatan lain seperti radioterapi.

Seorang ahli onkologi mengatakan kepada Bailey, bahwa sendawa seperti yang dialaminya itu adalah salah satu gejala terbesar pada penderita kanker usus besar. Bailey fokus sepenuh hati untuk mengubah hidupnya secara ‘holistik’ sehingga dia dapat mempertahankan energi yang dibutuhkan untuk berjuang demi hidupnya.

Simak Video “Risiko Kanker Hati pada Pemanis Aspartam
[Gambas:Video 20detik]
(sao/naf)

Awal Mula Pria Ngeluh Flu Tak Kunjung Sembuh, Ternyata Idap Kanker Stadium 4

Jakarta

Heboh pria di Inggris mengira terserang flu yang tak kunjung sembuh, ternyata dokter mendiagnosis dirinya mengidap kanker tenggorokan stadium empat. Pemicunya adalah infeksi menular seksual.

Steve Bergman (63) itu mulai mengalami gejala flu disertai rasa nyeri bagian samping leher pada 2015. Awalnya, dokter menemukan tumor di amandel kanannya, setelah diperiksa lebih lanjut rupanya kanker sudah ‘menjalar’ di tenggorokan pada fase stadium lanjut.

Steve akhirnya menjalani operasi dan kemoterapi hingga dinyatakan bebas kanker. Sebelum itu, hasil tes Steve menunjukkan kanker tenggorokan yang diidap disebabkan human papillomavirus (HPV), infeksi menular seksual umum yang menyebabkan 70 persen dari 25 ribu kasus kanker tenggorokan di Amerika ditemukan tiap tahun.

Tidak jelas bagaimana Bergman, yang saat ini tinggal di AS, tertular virus tersebut, tetapi dia mengatakan bahwa selama masa mudanya dia suka ‘menjelajah’ termasuk mencoba beberapa seks berisiko.

“Sebagai pria yang jauh lebih muda, saya menjelajahi dunia, bagian dari dunia itu adalah menemukan pasangan.’ Itu terjadi setelah seorang ahli memperingatkan bahwa Inggris dan AS dapat menghadapi ‘epidemi’ kanker tenggorokan yang disebabkan oleh HPV,” katanya, dikutip dari Every day Mail, Senin (31/7/2023).

HPV dapat menginfeksi tenggorokan seseorang melalui kontak seksual oral. Virus ini biasanya tidak berbahaya, tetapi terkadang dapat bertahan dan menyebabkan mutasi yang merusak sel, hingga menyebabkan kanker.

Pejabat kesehatan mengatakan virus ini juga berada di lebih dari sembilan kasus antara 10 kanker anus dan leher rahim, 70 persen di vagina, dan 60 persen di penis.

Setiap orang di Amerika yang berusia 11 dan 12 tahun ditawarkan vaksin HPV untuk mencegah infeksi dan meminimalkan risiko kanker. Khususnya kepada anak perempuan untuk pertama kalinya pada tahun 2006 dan anak laki-laki pada tahun 2009.

Tetapi karena berusia 50-an, Bergman melewatkan batas waktu untuk mendapatkan vaksinasi. Bergman mengatakan dia adalah pelari dan pengendara sepeda yang ‘sangat bugar’, mengikuti eating regimen sehat dan bukan pemabuk berat.

Namun pada tahun 2016 tepat sebelum ulang tahunnya yang ke-56, dia jatuh sakit.

“Saya mengidap gejala pilek yang sepertinya terus menerus dan saya akan sakit tenggorokan dan kelelahan,” ceritanya.

Dia menemui seorang spesialis dalam waktu seminggu yang meletakkan kamera di hidungnya dan menemukan kanker di amandel kanan. Bergman mengatakan analysis semacam itu membuatnya merasa ‘benar-benar mati rasa’ dan tubuh seketika seperti membeku.

Seminggu berikutnya, dia melakukan operasi kecil, dikeluarkan dari tumor untuk memastikan analysis kanker.

Simak Video “Risiko Kanker Hati pada Pemanis Aspartam
[Gambas:Video 20detik]

Fakta-fakta Pengakuan Pria Kena Kanker Tenggorokan Stadium 4 gegara Seks Oral

Jakarta

Seorang pria didiagnosis mengidap kanker tenggorokan stadium 4 yang dipicu human papilloma virus (HPV). Ia terkejut karena merasa dalam keadaan sehat dan rajin bersepeda.

Pria bernama Steve Bergman mengira kondisi yang diidapnya hanya berkaitan dengan kebiasaan merokok, minum alkohol, hingga paparan bahan kimia. Tapi, ia mengaku tidak melakukan kebiasaan-kebiasaan tersebut.

“Ternyata itu semua tidak ada hubungannya,” ceritanya, kepada Metro, dikutip Sabtu (29/7/2023).

Gejala yang Dialami

Sebelum didiagnosis kankernya muncul pada Mei 2015, Bergman mengeluhkan pilek yang tidak kunjung sembuh. Ditambah rasa sakit di sisi lehernya.

“Sakit tenggorokan yang tidak kunjung sembuh merupakan gejala kanker tenggorokan,” menurut American Most cancers Society.

Dia dikirim ke spesialis yang meletakkan kamera di tenggorokannya dan menemukan kanker di amandelnya.

“Saya benar-benar merasa mati rasa,” katanya.

Penyebab Kanker Tenggorokan

Seminggu kemudian, Bergman pergi ke rumah sakit mengira akan menjalani biopsi dan tonsilektomi. Ternyata, ia menjalani pembedahan untuk mengangkat kankernya.

Saat ahli bedah mengangkat kankernya, ternyata ukurannya lebih besar dari yang diperkirakan dan khawatir Bergman tidak bisa bernapas karena pembengkakan tersebut. Jadi, dia memasangkan Bergman dengan trakeostomi, sebuah lubang yang dibuat di bagian depan leher ke tenggorokan yang membantunya bernapas.

Beberapa minggu setelah keluar dari rumah sakit pasca operasi, tes memastikan bahwa kanker Bergman adalah stadium 4. Kondisi itu disebabkan HPV yang didapat melalui kontak seksual.

Bergman menjalani dua kali kemoterapi dan satu kali radioterapi, dirinya dinyatakan bebas kanker tahun lalu 2021.

NEXT: Kondisinya pasca operasi